Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Morphological Variation in Arabica Coffee (Coffea arabica L.) Growing in North Sumatra Indonesia Sabam Malau; and Samse Pandiangan
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 46 No. 3 (2018): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.467 KB) | DOI: 10.24831/jai.v46i3.19342

Abstract

Genetic variation is important in plant breeding. However, information on the genetic variability of Arabica coffee especially in coffee field of North Sumatra was not yet available.  Magnitude of morphological variation, genotypic variation, phenotypic variation, heritability, genetic advance, genetic correlation, and phenotypic correlation of plant vigors and yield components of 28 genotypes were evaluated using nested design.  This research showed morphological and genetic variations of the genotypes in the field. Based on the research locations as operational taxonomic unit, the genotypes were separated into three clusters. Most of the parameters had low to moderate genotypic variation, while phenotypic variation was moderate to high. Heritability and genetic advance were low, moderate, and high. Several plant vigors and yield components had a positive significant genetic and phenotypic correlation one another, and several had negative ones. Coffee berry borer infestation (CBBI) had a highly significant negative genetic correlation with leaf width (rG = -0.309**), leaf weight (rG = -0.671**), fruit diameter (rG = -0.320**), and bean length (rG = -0.175**). CBBI showed a significant positive genetic correlation with mesocarp pH (rG = 0.134*).  To reduce CBBI, selection for higher leaf weight is better. Selection on lower pH of mesocarp could be considered to decrease CBBI.Keywords: cluster analysis, genetic correlation, genetic heritability, variability
Intensitas Cahaya dan Dosis NPK Menentukan Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Parlindungan Lumbanraja; Samse Pandiangan; Kevin Prayoga Pelawi
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 24, No 2 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v24i2.8191

Abstract

Sebagai daerah tropis yang melimpah dengan cahaya, namun kenyataan bahwa tidak semua tanaman dapat menerima intensitas cahaya penuh, untuk mendapatkan intensitas cahaya yang optimal bagi pertumbuhan bibit tanaman kopi dilakukanlah penelitian dengan bahan benih kopi Arabika dan naungan menggunakan paranet yang dapat dilalui cahaya. Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi dengan tiga taraf intensitas cahaya 100%; 75%; 50% dan empat taraf pupuk: 0 kg/ha setara dengan 0 g/ 5 kg tanah; 200 kg/ha setara dengan 0,5 g/ 5 kg tanah; 300 kg/ha setara dengan 0,75 g/ 5 kg tanah, dan 400 kg/ha setara dengan 1 g/ 5 kg tanah. Hasil penelitian membuktikan, intensitas cahaya 75% dengan sangat nyata berpengaruh terbaik terhadap bobot basah dan bobot kering tajuk demikian juga halnya dengan akar, sedangkan dosis pupuk dan intraksi antara perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter yang diamati.
Peningkatan Produksi Biji Kedelai (Glycine max L. Merril) dengan Pemberian Dolomit dan Pupuk Fosfor pada Ultisol di Simalingkar Parlindungan Lumbanraja; Samse Pandiangan; Fernando L.H Manalu
AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian Vol 9, No 1 (2021): Agriland: Jurnal Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Islam sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/agr.v9i1.4379

Abstract

Tanah ultisol juga memiliki reaksi pH yang sangat rendah berkisar antara 3-5 dan kandungan Al yang tinggi. Dolomit efisien digunakan untuk meperbaiki tanah ultisol sehingga sesuai penggunaannya untuk tiap komoditi pertanian. Fosfor sangat berperan dalam mendapatkan hasil optimal produksi biji kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimal dolomit dan pupuk fosfor dalam meningkatkan produksi biji kedelai pada ultisol di Simalingkar. Penelitian dilaksanakan di Desa Simalingkar B, pada ketinggian tempat sekitar ± 33 mdpl dari April sampai Juli 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial tiga ulangan dengan perlakuan Dolomit 3 taraf dan Pupuk Fosfor 4 taraf. Parameter yang diamati adalah: produksi biji kedelai per hektar, dan bobot 100 butir biji kering jemur. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian dolomit dengan dosis 18.075 ton/ha mampu meningkatkan produksi biji kedelai pada ultisol di Simalingkar, sedangkan pemberian dosis pupuk fosfor belum mampu meningkatkan produksi biji kedelai.
Aplikasi Abu Boiler Dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Tanah Ultisol Simalingkar Parlindungan Lumbanraja; Bangun Tampubolon; Samse Pandiangan; Benika Naibaho; Ferisman Tindaon; Rachmat C Sidbutar
Agrium Vol 20, No 1 (2023)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v20i1.10646

Abstract

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh abu ketel dan kotoran sapi terhadap hasil tanaman kacang tanah. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan pada bulan Februari-Juni 2022.  Rancangan yang digunakan adalah Rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri dari empat taraf abu boiler, yaitu: A0 = 0 t/ha, A1 = 2,5 t/ha, A2 = 5 t/ha, dan A3 = 7,5 t/ha dan kotoran sapi = 0 t/ha, S1 = 10 t/ha, S2 = 20 t/ha dan S3 = 30 t/ha ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu boiler setara 2,5 t/ha nyata meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang tanaman kacang tanah. Tidak ada interaksi antara kedua perlakuan untuk semua parameter yang diamati. Berdasarkan data tersebut, ada kecenderungan peningkatan hasil kacang tanah pada kombinasi abu boiler setara 5 t/ha dengan kotoran sapi 30 t/ha.
Aplikasi Pupuk Kandang dan Mikoriza terhadap Peningkatan P-tersedia, serapan P serta Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays Saccharata L.) Pada Tanah Ultisol Parlindungan Lumbanraja; Bangun Tampubolon; Samse Pandiangan; Johan Ambarita; Ferisman Tindaon
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 26, No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v26i1.13806

Abstract

AbstractKondisi tanah ultisol yang kurang subur memerlukan penanganan yang kompleks agar dapat berfungsi dengan baik sebagai lahan pertanian. Upaya tersebut diharapkan mampu memberi perbaikan kesuburan tanah secara menyeluruh.  Untuk tujuan ini dilalukan suatu penelitian yang menggunakan pupuk kandang dan pupuk hayati mikoriza yang diharapakan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah tersebut hingga diperoleh tingkat pengaruh aplikasi bahan tersebut pada tingkat yang optimal. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok, dengan dua factor.  Faktor pupuk kandang 3 taraf dan factor mikoriza 4 taraf. Setiap pengaruh parameter yang signifikan akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Untuk pengamatan dilakukan pengukuran tanah tersedia fosfor, kandungan fosfor tongkol jagung, dan produksi jagung manis. Produksi jagung manis tertinggi 16,06 t/ha terjadi dengan kombinasi perlakuan pada aplikasi atau pemberian pupuk kandang setara dengan 5 t/ha dan mikoriza 3 g/lubang tanam, produksi ini lebih tinggi 3,83 t/ha setara dengan 31,31 % dibandingkan dengan kontrol. Pupuk kandang hanya meningkatkan kandungan fosfor secara nyata pada tongkol jagung. Mikoriza hanya meningkatkan ketersediaan fosfor tanah secara signifikan.
Biochar Sekam Padi dan Pukan Sapi Memperbaiki Pertumbuhan, dan Produksi Tanaman Baby Corn (Zea mays saccaratha L.) Pada Ultisol Simalingkar Parlindungan Lumbanraja; Ferisman Tindaon; Samse Pandiangan; Bangun Tampubolon; Mika Lidia Nababan; Nurhayati Nurhayati
BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology) Vol 6, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/best.v6i2.7576

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari aplikasi biochar sekam padi dan pupuk kandang sapi yang diduga aplikasinya secara perlakuan tunggal mauppun kombinasinya akan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman baby corn (Zea mays saccaratha L.) dimana perlakuan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data mengenai untuk mengetahui pengaruh aplikasi biochar sekam padi dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman baby corn (Zea mays saccaratha L.) pada tanah Ultisol Simalingkar. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan di Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan.  Lahan penelitian terletak pada ketinggian  sekitar  ±33 meter diatas permukaan air laut (mdpl) dengan keasaman  (pH) tanah 5,5-6,5 dan jenis tanah Ultisol, tekstur tanah pasir berlempung (Lumbanraja dkk., 2023).  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2023 sampai Maret 2023.  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Jagung manis varietas Secada F1, Pupuk Kandang Sapi, Biochar sekam padi , Fungisida Dithane M-45, Insektisida Decis 25 EC, Ridomil Gold MZ 4, Fungisida Acrobat dan air.Pada hasil uji penelitian diperoleh data pengamatan parameter pertumbuhan tanaman, memperlihatkan bahwa perlakuan biochar sekam padi berpengaruh dengan  nyata pada pengamatan tinggi tanaman pada umur 2 MST dan 3 MST saja, sedangkan untuk minggu selanjutnya pengaruh perlakuan terhadap parameter ini tidak berbeda nyata
Pembuatan Mi Kering Komposit Rumput Laut Labu Kuning Sebagai Pangan Fungsional Hotman Manurung; Rosnawyta Simanjuntak; Yossi A. Pakpahan; Samse Pandiangan
Rona Teknik Pertanian Vol 12, No 2 (2019): Volume 12, No. 2, Oktober 2019
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v12i2.14717

Abstract

Pembuatan mi kering komposit bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi mi terutama komponen pangan fungsional dengan melakukan subtitusi sebagian tepung terigu dengan tepung rumput laut dan tepung labu kuning.Penelitian dilakukan dengan tiga tahap. Tahap ke 1 pembuatan tepung rumput laut dan tepung labu kuning.Tahap ke 2 pembuatan mi kering komposit, dan tahap ke 3 analisis kimia, dan uji fisik mi kering.Metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan perbandingan (%)  tepung rumput laut dan tepung labu kuning yang terdiri  atas 4 taraf (t=4): P0= 30:0; P1= 20:10: P2= 10:20; dan P3=0:30. Dilakukan dengan 3 ulangan.Tepung rumput laut dan tepung labu kuning mengandung komponen pangan fungsional (iodium, serat, dan karoten) masing-masing 27,05 ppm, 5,65%, dan 12,32 ppm pada tepung rumput laut dan 0,10 ppm, 9,69%, dan 397,20 ppm pada tepung labu kuning. Iodium dan karotenoid pada tepung terigu tidak terdeteksi, sedangkan serat hanya 0,29%. Komposisi kimia mi kering adalah:  air 6,75-7,99%; protein 7,32-11,24%; iodium 0,03-7,39 ppm; serat 1,01-2,11%; dan karoten 1,69-80,25 ppm. Waktu optimum pemasakan rata-rata 3,50 menit dan KPAP antara 14,42-20,72. Mi yang memenuhi SNI 01-2974-1996 adalah mi kering R10L20 dan R0L30. Mi R10L20 dapat dijadikan makanan fungsional karena sangat potensial sebagai sumber karoten dan sumber iodium.Making Composite Dry Noodles Of Seaweed (E.Cottonii)  Pumpkin Flour (Cucurbita moschata)  as  Functional Food Composite dry noodle-making aims to improve the nutritional value of noodles, particularly functional food components by performing partial substitution of wheat flour with seaweed and wheat flour pumpkin. Research carried out by three stages. The first stage is to manufacture seaweed flour and flour pumpkin. The second stage is to make dry noodle by using seaweed flour and flour pumpkin as the wheat substituer and third stage is to analyze the component of dry noodle. Methods of experimental research with completely randomized design with treatment ratio (%) for seaweed flour and flour pumpkin which consisting of 4 levels (t = 4).  R30L0 = 30: 0; R20L10 = 20:10: R10L20 = 10:20; and R0L30 = 0: 30. It is done with three time repetitions.Flour seaweed and flour pumpkin contain functional food components (iodine, fiber, and carotenoids) respectively 27.05 ppm, 5.65%, and 12.32 ppm in flour seaweed and 0.10 ppm, 9.69%, and 397.20 ppm in flour pumpkin. Iodine and carotenoid of rice flour undetected, and the fiber was only 0.29%.The chemical compositions of dry noodles are:,6.75-7.99% moisture content; protein content of 7,32-11,24%; 0.03 -7.39 ppm iodine content; 1.01-2.11% crude fiber; and 1.69-80.25 ppm carotene.The optimum cooking time is average of 3.50 minutes and KPAP between 14.42-20.72%. Noodles that meet SNI 01-2974-1996 are R10L20 and R0L30 dry noodles. The noodles  R10L20 is very potential as a source of carotene and iodine.  
Pupuk Kandang Sapi dan Mikroorganisme Lokal Menaikkan Jumlah Pembentukan Bintil Akar, Pertumbuhan dan Hasil Biji Kacang Tanah pada Ultisol Simalingkar Parlindungan Lumbanraja; Anggi Ardika Tampubolon; Ferisman Tindaon; Yanto Raya Tampubolon; Samse Pandiangan; Bangun Tampubolon
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 27, No 1 (2024)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v27i1.18765

Abstract

Bintil akar pada tanaman legum berperan penting sebagai penambat nitrogen bebas dari udara yang selanjutnya diurai oleh mikrobia hingga berfungsi memenuhi kebutuhan N tanaman.  Jumlah bintil akar yang meningkat akan meningkatkan jumlah N udara yang dapat diubah menjadi N yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh perlakuan pupuk kandang dan mikroorganisme lokal, baik sebagai perlakuan tunggal maupun kombinasi dari kedua perlakuan terhadap masing-masing parameter penelitian yang diamati. Jumlah bintil akar yang meningkat akan meningkatkan jumlah N udara yang dapat diubah menjadi N yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh perlakuan pupuk kandang  sapi dan mikroorganisme lokal, baik sebagai perlakuan tunggal maupun kombinasi dari kedua perlakuan terhadap masing-masing parameter penelitian yang diamati. Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari pupuk kandang sapi terdiri dari empat taraf perlakuan, dan pemberian mikroorganisme local (MOL) terdiri dari tiga taraf perlakuan.  Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan uji analisis varians dan setiap parameter pengamatan dengan hasil sidik ragam yang nyata pengaruhnya dilanjutkan dengan uji jarak BNT pada taraf uji α = 0,05. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hanya perlakuan pupuk kandang sapi saja yang memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah bintil akar tanaman, meski tidak berpengaruh nyata terhadap parameter hasil tanaman tetapi menunjukkan adanya kecenderungan yang menggambarkan terjadinya kompetisi terselubung antara jumlah bintil akar dengan parameter produksi.  Perlakuan tunggal MOL dan juga interaksi dari kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap semua parmeter tanaman yang diamati.