Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Alih Fungsi Kawasan Kampus Terpadu UII dan Pengaruhnya Terhadap Aliran Limpasan Permukaan Widodo Brontowiyono; Eko Siswoyo; R. Lupiyanto
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 1 No. 2 (2009): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol1.iss2.art4

Abstract

Pembangunan Kampus Terpadu UII yang menempati daerah resapan primer dikhawatirkan akan menimbulkan degradasi sumberdaya air. Perkembangan kawasan terbangun diindikasikan akan meningkatkan aliran limpasan permukaan dan menurunkan pasokan airtanah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui koefisien aliran limpasan permukaan (surface runoff) sesudah didirikannya Kampus Terpadu UII dengan menggunakan rumus koefisien aliran puncak (Cp) dan koefisien aliran volumetrik (Cv) serta untuk mengetahui apakah pembangunan gedung Kampus Terpadu UII memiliki dampak terhadap lingkungan, khususnya kondisi hidrologi. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder dengan metode analisis, yaitu perhitungan matematis dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan koefisien aliran puncak (Cp) pada tahun 1993 sebelum berdirinya Kampus Terpadu UII sebesar 0,3 dan pada tahun 2004 setelah berdirinya Kampus Terpadu UII sebesar 0,35, sedangkan koefisien aliran volumetrik (Cv) pada tahun 1993 sebesar 0,3 dan pada tahun 2005 sebesar 0,32. Nilai tersebut menunjukkan aliran limpasan tidak mengalami peningkatan signifikan. Artinya, pembangunan Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia tidak menimbulkan dampak yang sangat berbahaya terhadap lingkungan, khususnya kondisi hidrologi. Hal ini dikarenakan kawasan Kampus Terpadu UII sudah dilengkapi dengan saluran drainase yang cukup baik, sumur-sumur resapan, taman kampus dan hutan kampus.
Pengelolaan Kawasan Sungai Code Berbasis Masyarakat Widodo Brontowiyono; Ribut Lupiyanto; Donan Wijaya
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 2 No. 1 (2010): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol2.iss1.art2

Abstract

Diantara beberapa sungai yang melintas di Yogyakarta, Sungai Code menjadi pusat perhatian banyak pihak dan memiliki tingkat kemendesakan dalam pengelolaannya. Kawasan Sungai Code memiliki potensi positif berupa letak yang strategis dalam orientasinya dengan lokasi lain, eksotisme lingkungan yang berpotensi bagi pengembangan ekowisata, juga potensi sosial budaya yang menarik. Semakin meningkatnya aktivitas pembangunan ekonomi, perubahan tata guna lahan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan tingginya tekanan kawasan sungai terhadap lingkungan. Pemukiman yang padat telah menghiasi bantaran sungai dan kondisi kualitas airnya pun menunjukkan kecenderungan semakin memburuk. Salah satu prasyarat penting dalam implementasi penataan kawasan yang optimal adalah pelibatan peran seluruh stakeholder (community-based development), mulai dari perencanaan hingga operasionalisasi dan evaluasi. Partisipasi masyarakat lokal menjadi kunci strategis untuk dapat diberdayakan dan disinergiskan dengan komponen lainnya. Komunitas masyarakat lokal banyak terbentuk dan terorganisasi di setiap penggal kawasan sungai. Perguruan tinggi dan instansi pemerintah juga banyak melakukan program di Sungai Code. Permasalahan mendasarnya adalah pihakpihak terkait tersebut belum terkoordinasi secara terpadu dan program penataannya juga belum sistematis. Hasil analisa tulisan ini merekomendasikan agar supaya pelibatan partisipasi masyarakat dilakukan melalui pemberdayaan komunitas lokal. Seluruh komunitas yang ada dapat dikoordinasikan dalam satu lembaga formal yang didukung penuh oleh pemerintah daerah. Dukungan pemerintah daerah berupa fasilitasi program, jaringan, hingga pendanaan. Pihak-pihak lain seperti perguruan tinggi, swasta, LSM, dan lainnya juga dapat berperan dengan turut menguatkan komunitas tersebut dengan program-program pemberdayaan.
Pengembangan RWH dari aspek WTP dan ATP : Studi Kasus Yogyakarta Widodo Brontowiyono; Ribut Lupiyanto
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 2 No. 2 (2010): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol2.iss2.art1

Abstract

Rainwater harvesting (RWH) secara teknis dan ekologis layak dikembangkan di Kartamantul (Yogyakarta, Sleman dan Bantul) DIY dalam bentuk sumur resapan, penampungan air hujan (PAH), kolam konservasi, vegetasi, dan lahan terbuka. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kelayakan sosial ekonomi RWH. Kelayakan sosial ditentukan dengan metode Willingness To Pay (WTP) melalui penelitian survey. Kelayakan ekonomi ditentukan dengan metode Cost Benefit Ratio (CBR) dan Ability To Pay (ATP). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa teknik RWH yang layak secara sosial ekonomi di daerah surplus dan daerah kritis antropogenik adalah sumur resapan, kolam konservasi, vegetasi, biopori, dan lahan terbuka, sedangkan untuk daerah kritis alami adalah penampungan air hujan.
Pengembangan Kawasan Pinggiran Kota dan Permasalahan Lingkungan di Kampung Seni Nitiprayan, Bantul Widodo Brontowiyono; Ribut Lupiyanto
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 3 No. 1 (2011): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol3.iss1.art3

Abstract

Pengembangan wilayah secara umum masih kurang menyentuh dan memperhatikan karakteristik khas daerah rurban (rural-urban). Daerah ini umumnya berada pada pinggiran perkotaan, yang terpengaruh oleh karakter kota (baik fisik maupun non fisik) dan di sisi lain juga masih memiliki karakter desa. Tanpa perhatian yang khusus dalam pengembangannya, wilayah ini akan semakin menerima implikasi problematika kota yang kompleks dan semakin pudar potensi asalnya. Kampung Nitiprayan adalah salah satu pinggiran kota yang mengkhawatirkan perkembangan lingkungan dan pembangunannya. Kawasan ini secara fisiografis terletak pada pinggiran Kota Yogyakarta dan secara administratif masuk dalam Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY. Tulisan ini bertujuan merancang arahan dan strategi pengembangan Kampung Nitiprayan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan dan optimalisasi potensi unggulan wilayah. Analisis dilakukan dengan metode SWOT berdasarkan data sekunder dan survei lapangan. Nitiprayan sebagai wilayah pinggiran kota memiliki potensi unggulan dalam bidang seni budaya. Nitiprayan diarahkan secara umum sebagai kampung wisata terpadu dan berkelanjutan. Basis pengembangan adalah seni budaya lokal dengan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, mempertahankan karakter asli, ramah terhadap kelestarian lingkungan hidup, dan penguatan partisipasi masyarakat.
Rapid Assessment Terhadap Kerusakan Bangunan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010 Any Juliani; Widodo Brontowiyono; Ribut L.; Hamidin Hamidin; Evi O.
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 3 No. 2 (2011): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol3.iss2.art5

Abstract

Erupsi Gunungapi Merapi di tahun 2010 memberikan dampak salah satunya adalah kerusakan bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menginventarisasi kerugian bangunan serta memberikan rekomendasi kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi tempat tinggal dan fasilitas permukiman, khususnya di wilayah Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis penginderaan jauh dan sistem informasi geografis serta survey lapangan. Data dasar menggunakan Citra IKONOS, Citra ASTER dan Citra Geo eye-1. Hasil penelitian menunjukkan 3245 buah bangunan mengalami kerusakan berat hingga hancur, semuanya di Kecamatan Cangkringan. Wilayah ini direkomendasikan PVMBG menjadi Kawasan Rawan Bencana III Merapi. Penelitian merekomendasikan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman untuk melakukan relokasi warga dengan pendekatan persuasif dan sistematis berbasis sosial budaya, dengan sistem bedol dusun/kampung, penyediaan wilayah tujuan relokasi yang sesuai dengan wilayah asal, sistem tukar lahan, dan penyediaan fasilitas yang memadai. Rehabilitasi dan rekonstruksi juga perlu memperhatikan penyediaan fasilitas lingkungan permukiman antara lain fasilitas air bersih, fasilitas air limbah dan MCK, fasilitas pengelolaan sampah, fasilitas ruang publik, serta fasilitas jalan dan drainase.
Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010 Widodo Brontowiyono; Ribut L.; Hamidin Hamidin
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 3 No. 2 (2011): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol3.iss2.art1

Abstract

Gunungapi Merapi merupakan gunungapi paling aktif di Indonesia Potensi bahaya vulkanik Gunungapi Merapi salah satunya adalah bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin. Salah satu sungai yang memiliki resiko kerugian besar adalah Sungai Code, karena sungai ini melintasi Kota Yogyakarta yang padat permukiman. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan estimasi kemampuan tampungan Sungai Code terhadap volume lahar dingin serta estimasi kebutuhan waktu untuk mengembalikan kondisi Sungai Code seperti sebelum erupsi terjadi. Metode penelitian dilakukan dengan kombinasi metode survey lapangan dan metode analisis matematis menggunakan teknik GIS (Geographic Information System) 3 (tiga) dimensi dengan metode cut and fill. Hasil estimasi volume sedimen lahar dingin di Sungai Code adalah sebesar 8389444,531 m3. Sungai Code masih mampu menampung lebih banyak sedimen lahar dingin yaitu sebanyak 12404689.844 m3 artinya dari kapasitas yang dimiliki, Sungai Code baru mengambil 40,34%. Hasil survey menunjukkan dalam 1 hari 2696 m3 pasir dan batu sedimen lahar dingin yang mampu diambil. Hasil perhitungan estimasi menyimpulkan bahwa diperlukan waktu 3112 hari (± 8,5 tahun) untuk normalisasi Sungai Code seperti sebelum erupsi tahun 2010.
Balance of Green Open Space to Support Green Settlement in Yogyakarta Urban Area Widodo Brontowiyono
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 8 No. 2 (2016): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol8.iss2.art1

Abstract

The greatest problem relating to settlement growth in Yogyakarta urban area is the declining number of green open spaces. This study aimed to analyze the balance between the availability of and need for green open space development to promote the existence of green settlement in Yogyakarta urban area. The methods employed in this study were field research and studio analysis by referring to the related research methods previously conducted by the researcher as well as by the others. The results showed that the extent of green open space in Yogyakarta urban area reached 1,469.45 Ha or 16.2% of the total area. Therefore, the need for green open space lacked 13.8% of the total area. The general condition of the green open space was categorized as average in either housing clusters or settlements (non-housing clusters). Good condition was found only in low-density settlement, while poor condition of green open space was located in high-density settlement. The development of green open space should focus on public green open space while maintaining the private one. Some of the potential areas for this included rice fields, village treasury lands, riverbanks, roadsides, railway boundaries, public areas, and others.
PENERAPAN CLEARITY METER SEBAGAI ALAT UKUR SEDERHANA KUALITAS INFLUEN DAN EFFLUEN PENGUJIAN PARAMETER TSS, TDS, COD, DAN BOD DI IPAL PALGADING DAN TIRTO ASRI Widodo Brontowiyono; Elita Nurfitriyani Sulistyo; Suphia Rahmawati; Nurul Istiqomah Agustin
Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan Vol. 13 No. 2 (2021): SAINS & TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jstl.vol13.iss2.art8

Abstract

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini mempengaruhi tingginya jumlah limbah domestik yang dihasilkan. IPAL Komunal dapat menjadi salah satu solusi dalam pengolahan air limbah domestik. Data dari DLH DIY 2016 tercatat 376 IPAL komunal di seluruh DIY, tetapi hanya 41 IPAL yang dipantau, sisanya tidak mengetahui nilai effluent yang dihasilkan. Tingginya biaya pengujian parameter juga menjadi alasan. Diperlukan suatu alternatif pemantauan yang mudah, murah, sederhana, portabel, dan hasil langsung dapat dibaca sehingga dapat dilakukan secara mandiri. Clearity meter merupakan suatu alat ukur sederhana yang digabungkan dengan kurva kalibrasi untuk mengetahui hubungan antar parameter dengan metode analisis regresi linier berganda. Penelitian dilakukan di IPAL komunal Palgading dan Tirto Asri dengan parameter uji TSS, TDS, COD, dan BOD dengan metode pada SNI 6989. Tabung dengan dimeter besar mempunyai hasil yang lebih baik dimana nilai R2 dan signifikansinya mendekati ketetapan meskipun belum sesuai. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar memperlihatkan korelasi antar parameter dan kestabilan alat.
Analisis Kualitas Air dan Daya Tampung Sungai dengan Metode Qual2Kw (Studi Kasus: Sungai Code, Yogyakarta) Nelly Marlina; Widodo Brontowiyono; Rosida Chasna
Jurnal Serambi Engineering Vol 5, No 4 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v5i4.2323

Abstract

Code River is one of the rivers in the D.I Province Yogyakarta that crosses the administrative areas of Sleman Regency, Bantul Regency and Yogyakarta City. Each administrative region provides input of waste with various contents and affects the capacity of the pollution load with the study area along ± 21 km. The study was conducted at the point of Ngentak, Gondolayu, Sayidan, Keparakan, Tungkak, Ngoto and Wonokromo. The study area is divided into 6 segments for water sampling. In the study conducted with 4 scenario simulations based on existing conditions, prediction of population in the next 5 years, conformity of class I quality standards without pollutant burden and trial error. The method used to analyze water quality is the QUAL2Kw method. By using this software, it can be easier to simulate changes in the upstream to downstream areas. This study aims to analyze the capacity of the pollution load on the concentration of Ammonia, Phosphate and TSS in order to determine the strategy of water quality management in the Code River
An Analysis of the Environmental Impact Management of Tingal Irrigation Scheme in Temanggung Regency Widodo Brontowiyono
International Journal of Science and Society Vol 2 No 3 (2020): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.988 KB) | DOI: 10.54783/ijsoc.v2i3.357

Abstract

A study of the environmental impacts of Tingal Irrigation Scheme should be conducted to derive maximum benefits from the project development and management. This research aimed to identify the pre-existing environmental conditions, describe the expected potential impacts, and recommend some methods to manage and monitor the impacts. The analysis results indicated that the pre-existing environmental conditions of the study area were generally good, different types of impacts potentially arose from each stage of the development, and each type of impacts required specific, detailed management and monitoring.