Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral (Journal of Geology and Mineral Resources)

Penentuan Bidang Gelincir Longsoran berdasarkan Karakteristik Fisis Batuan dengan Seismik Bias Dangkal di Daerah Cililin, Bandung Marjiyono Marjiyono; Asdani Soehaimi; Januar H. Setiawan
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 16 No. 6 (2006): Jurnal Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v16i6.378

Abstract

Hazard history of the Cililin area shows that landslides often occur there. Seismic refraction measurement has been aimed at detecting the existence of sliding planes in this area. Hagiwara method was applied for calculating the depth of layers beneath each geophone. The result of the analysis shows that the thickness of the layer which is potential to sliding is about 1.4 m in average consisting of thallus and weathering material of tuffaceous sandstone . Keyword : landslide, seismic refraction, sliding plane
Potensi Penguatan Gelombang Gempabumi oleh Sedimen Permukaan: Studi Kasus Daerah Pantai Utara Kendal Januar Setiawan; Hidayat Hidayat; Ahmad Setiawan; Riecca Octavitania; Marjiyono Marjiyono
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 1 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v22i1.570

Abstract

Daerah Kendal merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang akan dikembangkan. Secara geologi bagian utara daerah ini tersusun oleh aluvium yang merupakan sedimen lunak dan dapat menyumbang resiko penguatan gelombang gempabumi. Kajian karakteristik geologi permukaan telah dilakukan di daerah ini dengan menggunakan kombinasi metode mikrotremor stasiun tunggal dan bersusun. Data mikrotremor bersusun yang dilakukan di 10 lokasi di daerah Kendal digunakan untuk sounding kecepatan gelombang geser secara 1D. Dalam penelitian ini pemodelan kondisi bawah permukaan didekati dengan model sederhana dua lapis dengan mempertimbangkan kontras kecepatan gelombang geser terbesar. Adapun data mikrotremor stasiun tunggal dilakukan di 208 lokasi, digunakan untuk memetakan ketebalan lapisan sedimen permukaan. Kecepatan gelombang geser lapisan sedimen permukaan di daerah ini berkisar antara 80-180 m/detik yang mencerminkan batuan sangat lunak. Batuan yang mengalasi sedimen permukaan mempunyai kecepatan gelombang geser antara 280-433 m/detik yang diduga masih merupakan fasies aluvium yang lebih tua. Hasil perhitungan nilai penguatan gelombang oleh lapisan sedimen permukaan diperoleh nilai 1,1 – 1,87 dengan zona berpenguatan gelombang tinggi menempati daerah sekitar pantai dan pinggiran sungai besar. Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam penataan ruang wilayah yang akan dikembangkan.Katakunci : mikrotremor stasiun bersusun, mikrotremor stasiun tunggal, kecepatan gelombang geser, penguatan gelombang, tataruang wilayah.
Studi Magnetotelurik (MT) untuk Mendelineasi Potensi Regional Gas Serpih Bawah Permukaan Berdasarkan Properti Tahanan Jenis di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur Hidayat Hidayat; JB Januar H. Setiawan; Adrian Ibrahim; Marjiyono Marjiyono; G.M Lucki Junursyah
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 2 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v22i2.571

Abstract

Telah dilakukan penelitian menggunakan metode magnetotelurik (MT) pada 40 titik lokasi pengukuran di sekitar Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Studi ini bermaksud untuk mengkarakterisasi keberadaan batuan induk untuk potensi gas serpih berdasarkan nilai tahanan jenis. Guna memperoleh gambaran kondisi geologi bawah permukaan yang baik, pengolahan data secara objektif dilakukan agar memperoleh kualitas data MT terbaik. Beberapa teknik pengolahan data seperti robust processing dan seleksi cross power (XPR) diaplikasikan untuk memisahkan komponen data dari gangguan sehingga memperoleh gambaran bawah permukaan yang dapat dipercaya dari kedalaman yang relatif dangkal hingga sangat dalam melalui tahap pemodelan inversi 2-D. Model inversi terdiri dari 3 penampang vertikal, yaitu penampang A-B, C-D dan E-F dengan arah relatif barat – timur yang memotong Antiklinorium Samarinda dengan panjang lintasan berturut-turut ±50 km, ±48 km dan ±32 km. Berdasarkan ketiga penampang vertikal tersebut, informasi sebaran anomali tahanan jenis rendah regional berhasil dipetakan yang selanjutnya ditafsirkan sebagai respon keberadaan batuan induk gas serpih di bawah permukaan. Pada penampang A-B, bagian atas lapisan konduktif ini diperoleh pada kedalaman yang bervariasi pada rentang kedalaman 1000-5000 m di bawah permukaan. Sementara itu, lapisan konduktif pada penampang C-D diperoleh pada kedalaman yang bervariasi dengan rentang 1500-7000 m di bawah permukaan, sedangkan anomali serupa pada penampang E-F diperoleh pada sekitar kedalaman 2000-3000 m. Variasi kedalaman lapisan konduktif ini ditafsirkan akibat adanya struktur geologi berupa patahan dan lipatan di sepanjang ketiga penampang vertikal yang tercermin dari adanya Antiklinorium Samarinda di permukaan.Katakunci: Cekungan Kutai, gas serpih, magnetotelurik, tahanan jenis.
Delineation of Banyumas Sub-Basins using Gravity Anomaly Based on Trend Surface Analysis Equation Hidayat Hidayat; Marjiyono Marjiyono; Zulilmatul S Praromadani; Januar H.Setiawan; G.M. Lucki Junursyah; Subagio Subagio; Ahmad Setiawan; Andrian Ibrahim
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 4 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v22i4.651

Abstract

A study using gravity methods in the Banyumas Basin, located in the southern part of Central Java, Indonesia had been conducted to generate a map for regional geological features in sub-volcanic basin related to petroleum system. This study used the first and second-order of Trend Surface Analysis (TSA) to separate gravity anomaly into regional and residual components. Matrix inversion is applied to obtain constants values for both the first and second-order of TSA. To interpret geological features related to oil and gas study, residual components are used for gravity anomaly. Residual anomaly is also compared for both first and second order of TSA with a regional geological map to validate the result. Residual anomaly from the second order of TSA showed a very comparable result to geological features, as shown in the regional geological map, compared to those of the first order of TSA. These results also showed a strong contrast of some important geological features such as the Gabon-Nusakambangan Formation outcrop, Karangbolong outcrop, and the eastern part of the south Serayu mountain arc. This study also displayed two potential subbasins i.e Citanduy and Majenang sub-Basin that might be a possible setting in which source rocks of the Banyumas Basin were deposited. From this study, it can be concluded that TSA showed a reliable result of separating gravity anomaly data set into regional and residual components.Keywords: Gravity anomaly, Banyumas Basin, petroleum system, trend surface analysis (TSA).
Interpretasi Penyebaran Batuan Induk Pada Cekungan Bintuni, Papua Barat Berdasarkan Analisis Data Magnetotelurik dan Gayaberat Hidayat Hidayat; Asep Rohiman; Marjiyono Marjiyono; G.M. Lucki Junursyah; Irianto Djaswadi
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 23 No. 4 (2022): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v23i4.693

Abstract

Integrasi data magnetotelurik (MT) dan gayaberat satelit digunakan untuk mendelineasi keberadaan batuan induk di bawah permukaan di Cekungan Bintuni. Data MT diperoleh dengan survei darat sebanyak 8 titik pengukuran yang membentang sepanjang 20 km berarah timurlaut-baratdaya. Pengolahan data MT berhasil meningkatkan kualitas data dari rentang 53,17 - 74,53 % ke rentang koherensi 78,57 - 91,12 %. Data MT dengan kualitas baik selanjutnya digunakan untuk melakukan pemodelan bawah permukaan. Data gayaberat diperoleh dari data GGMPlus yang memiliki resolusi spasial sebesar 200 m. Data berupa gravity disturbance kemudian diolah hingga memperoleh anomali Bouguer lengkap. Selanjutnya, anomali Bouguer lengkap ditapis untuk memperoleh sebaran anomali residual. Hasil dari metode gayaberat menunjukkan adanya klosur anomali tinggi dan rendah dengan arah baratlaut -tenggara yang diduga merupakan sumbu antiklin-sinklin di sekitar area yang tersesarkan geser mengiri berarah timurlaut - baratdaya. Geometri struktur geologi berupa antiklin dan sinkin tersebut dikonfirmasi oleh penampang vertikal MT yang sekaligus memetakan keberadaan puncak (top) anomali tahanan jenis rendah yang diperoleh di kedalaman 1.500 - 4.000 m di bawah permukaan. Anomali tahanan jenis rendah ini diduga merupakan respons keberadaan mature black shale Formasi Ainim yang berperan sebagai batuan induk di Cekungan Bintuni. Integrasi metode MT dan gayaberat ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam studi regional pada Cekungan Sedimen.Katakunci: Cekungan Bintuni, gayaberat, GGMPlus, magnetotelurik, struktur geologi.Â