Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Peningkatan Kadar Vitamin A pada Telur Ayam melalui Penggunaan Daun Katuk (Sauropus androgynus L.Merr) dalam Ransum (Improvement of Vitamin A Content in Chicken Egg by Katuk Leaves (Sauropus androgynus L.Merr) Utilization in Diet) Rachmat Wiradimadja; Handi Burhanuddin; Deny Saefulhadjar
Jurnal Ilmu Ternak Vol 6, No 1 (2006)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v6i1.2262

Abstract

Penelitian mengenai “Peningkatan Kadar Vitamin – A pada Telur Ayam melalui Penggunaan Daun Katuk (Sauropus androgynus L.Merr) dalam Ransum”, telah dilakukan. Penelitian dilakukan secara eksperimental terhadap 72 ekor ayam petelur fase produksi (umur 30 minggu). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 (tiga) perlakuan ransum dan 6 ulangan.  Ransum tersebut, yaitu R-0 mengandung 0% daun katuk; R-1 mengandung 7,5% daun katuk, dan R-2 mengandung 15% daun katuk.  Peubah yang diamati adalah :  kualitas telur (intensitas warna kuning telur, Haugh Unit, dan tebal kerabang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  pemberian daun katuk 15% dalam ransum ayam memberikan kualitas telur terbaik dibandingkan dengan 0% dan 7,5%.Kata Kunci :  Ransum, Daun Katuk, Vitamin A, Warna Kuning Telur.
Efek Pemberian Ransum yang Mengandung Tepung Daun Singkong, Daun Ubi Jalar dan Eceng Gondok sebagai Sumber Pigmen Karotenoid Terhadap Kualitas Kuning Telur Itik Tegal (The Effect of Feed Enriched with Pigmen Carotenoid Source : Cassava, Sweet Potato and W Endang Sujana; Siti Wahyuni; Handi Burhanuddin
Jurnal Ilmu Ternak Vol 6, No 1 (2006)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v6i1.2267

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian tepung daun singkong, daun ubi jalar dan eceng gondok sebagai sumber pigmen karotenoid terhadap kualitas kuning telur itik yang dipelihara secara intensif.  Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).  Terdapat empat jenis perlakuan ransum (RK=ransum kontrol, RS=ransum mengandung 5% tepung daun singkong, RU=ransum mengandung 5% daun ubi jalar dan RE=ransum mengandung 5% tepung eceng gondok), dengan lima ulangan.  Peubah yang diamati yaitu skor warna kuning telur, persentase kuning telur dan indeks kuning telur.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan RS lebih baik (p<0,05) dari pada RU, RE dan RK, sedangkan indeks kuning telur tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata.Kata kunci : Pigmen karotenoid, Itik petelur, Kualitas kuning telur   
Peningkatan Kadar Vitamin A pada Telur Ayam melalui Penggunaan Daun Katuk (Sauropus androgynus L.Merr) dalam Ransum (Improvement of Vitamin A Content in Chicken Egg by Katuk Leaves (Sauropus androgynus L.Merr) Utilization in the Diet) Rachmat Wiradimadja; Handi Burhanuddin; Deny Saefulhadjar
Jurnal Ilmu Ternak Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v10i2.429

Abstract

Penelitian mengenai “Peningkatan Kadar Vitamin A pada Telur Ayam melalui Penggunaan Daun Katuk (Sauropus androgynus L.Merr) dalam Ransum”, telah dilaksanakan selama enam minggu.  Penelitian dilakukan secara eksperimental terhadap 72 ekor ayam petelur fase produksi (umur 30 minggu). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 (tiga) perlakuan ransum dan 6 ulangan.  Ransum tersebut, yaitu R-0 mengandung 0% daun katuk; R-1 mengandung 7,5% daun katuk, dan R-2 mengandung 15% daun katuk.  Peubah yang diamati adalah :  kualitas telur (intensitas warna kuning telur, Haugh Unit, dan tebal kerabang) serta kandungan vitamin A kuning telur.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa  penggunaan daun katuk 15% dalam ransum memberikan kualitas telur dan kandungan vitamin A yang terbaik dibanding perlakuan pemberian ransum tanpa daun katuk maupun dengan penambahan daun katuk 7,5%. Kata Kunci :  Ransum, daun katuk, vitamin A, kualitas telur.
Pengaruh lama fermentasi dan pemberian aditif molases atau lumpur kecap terhadap fermentabilitas dan kandungan protein kasar silase rumput gajah cv. taiwan Muhamad Rifki B. Ali; Dedi Pratomo; Handi Burhanuddin; Budi Ayunungsih; Tidi Dhalika; Mansyur ,; Iman Hernaman
Jurnal Ilmu Ternak Vol 20, No 1 (2020): June
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v20i1.29853

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh lama fermentasi dan pemberian aditif molases atau lumpur kecap terhadap fermentabilitas dan kandungan protein kasar silase rumput Gajah cv. Taiwan. Dua puluh empat unit percobaan rumput Gajah yang homogen dialokasikan secara acak ke dalam 8 macam perlakuan lama fermentasi yaitu 3, 6, 9, dan 12 minggu dengan menggunakan aditif molasses dan lumpur sawit sebanyak 5%. Data yang telah terkumpul dilakukan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan mempengaruhi kandungan asam laktat dan ammonia silase (P<0,05), namun tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH dan protein kasar. Asam laktat tertinggi (P<0,05) diperoleh pada perlakuan penggunaan lumpur sawit pada lama fermentasi 3 minggu, sedangkan nilai ammonia tertinggi (P<0,05) diperoleh pada perlakuan penggunaan lumpur kecap pada lama fermentasi 12 minggu. Semakin lama fermentasi akan semakin meningkat kadar ammonia. Kesimpulan, menunjukkan bahwa  jenis aditif dan lama ensilase memberikan pengaruh terhadap kandungan asam laktat dan ammonia namun tidak terhadap nilai pH dan protein kasar. Hubungan antara lama waktu dengan kadar ammonia/N-NH3adalah pada penggunaan molasses y=0,4094x+3,0083, R² = 0,8927, r = 0,945, sedangkan lumpur kecap y = 0,3156x + 3,4167, R² = 0,6487, r = 0,805.
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK CENTELLA ASIATICA L. TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DAN DIFERENSIASI LEUKOSIT AYAM PETELUR Titin Patimah; Handi Burhanuddin
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Vol 2, No 4 (2020)
Publisher : Unpad Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnttip.v2i4.29318

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan selama 24 hari, bertempat di salah satu peternakan ayam petelur Desa Sukarapih, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Ekstraksi maserasi dan evaporasi dilakukan di laboratorim ternak unggas dan non Ruminansia fakultas peternakan serta laboratorium Sentral Universitas Padjadjaran.Analisis darah dilakukan di Laboratorium Uji Indosains, Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap jumlah leukosit dan diferensiasi leukosit pada ayam petelur fase layer. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Analisis statistika menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) empat perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu, Po = pemberian ransum tanpa ekstrak pegagan, P1 = pemberian ransum dengan ekstrak pegagan 0,04%, P2 = pemberian ransum dengan ekstrak pegagan 0,08%, P3 = pemberian ransum dengan ekstrak pegagan 0,12%. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan Uji Sidik Ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian ekstrak pegagan pada berbagai level pemberian tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar leukosit (58,83x103/mm3). Namun, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap diferensiasi leukosit pada taraf pemberian ekstrak pegagan 0,12% yang mampu menurunkan basophil (5,31x103/mm3), eosinofil (4,20x102/mm3) dan meningkatkan kadar limfosit (15,18x103/mm3) serta pemberian ekstrak pegagan 0,04% mampu menurunkan kadar neutrofil. Basophil, neutrofil dan limfosit belum mencapai kadar normal, sedangkan eosinofil berada pada ambang batas normal.Kata kunci: Ayam Petelur, Ekstrak Pegagan, Leukosit, Diferensiasi Leukosit
PENGARUH LAMA WAKTU ENSILASE RUMPUT GAJAH YANG DIBERI MOLASES ATAU LUMPUR KECAP TERHADAP FERMENTABILITAS DAN KECERNAAN IN VITRO Iman Hernaman; Lukman Purwanto; Handi Burhanuddin; Atun Budiman; Budi Ayuningsih; Tidi Dhalika
ZIRAA'AH MAJALAH ILMIAH PERTANIAN Vol 46, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Publikasi Jurnal Universitas Islam Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/zmip.v46i1.3630

Abstract

This study aimed to evaluate in vitro of Elephant grass silage using molasses and soy sauce sludge as additives with different length of ensilage. This research was conducted experimentally using a completely randomized design (CRD) with eight treatments and three replications. The data collected was carried out by variance and Duncan's test. The elephant grass is carried out by the ensilage process using molasses and soy sauce sludge additives as much as 5% with an incubation time of 3, 6, 9, and 12 weeks. The results showed that the incubation time resulted in the concentration of volatile fatty acids, dry matter, and organic matter digestibility which were significantly different (P <0.05), but not the ammonia (N-NH3) concentration. The use of soy sauce sludge additive resulted in higher volatile fatty acid and dry matter and organic matter digestibility compared to the use of molasses with the average volatile fatty acids (139.21 vs 102.92 mM), dry matter digestibility (73.34 vs 69.18%), and organic matter digestibility (66.47 vs 61.74%). The use of 5% soy sauce sludge with an ensilage duration of 12 weeks resulted in the highest average of volatile fatty acids and dry matter and organic digestibility, respectively, namely 150.67 mM, 76.10%, and 69.26%. In conclusion, the use of soy sauce sludge as much as 5% and 12 weeks of ensilage in making elephant grass silage resulted in the best fermentability and digestibility.