Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

LEGAL ASPECTS OF THE USE OF DIGITAL TECHNOLOGY THROUGH SHARIA ONLINE TRANSACTIONS IN TRADITIONAL MARKETS IN INCREASING COMMUNITY ECONOMY Andi Aina Ilmih; Kami Hartono; Ida Musofiana
International Journal of Law Reconstruction Vol 3, No 2 (2019): INTERNASIONAL JOURNAL OF LAW RECONSTRUCTION
Publisher : UNISSULA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26532/ijlr.v3i2.7896

Abstract

This research focuses on the use of digital technology through sharia online transactions in traditional markets in the City of Semarang. Then analyze the legal policies governing the use of digital technology through sharia online transactions in Indonesia and determine the impact of the use of digital technology through sharia online transactions in the Semarang traditional market. This research uses empirical legal research methods, with descriptive-analysis method. Based on research that has been done, the legal arrangements for the use of digital technology through sharia online transactions in Traditional Markets are regulated in Act Number 11 of 2008 concerning Electronic Information and Transactions (ITE) and the impact of using digital technology through sharia online transactions includes both positive and negative impacts. Positive impacts include: Industrial productivity has increased; encourage MSMEs to enter e-commerce; facilitate the promotion and marketing activities of a product; and more new services are making it easier for the economy and business. As well as the negative impacts, among others: the easier transactions are prohibited and the more cases of lawlessness occur in online trading.
ANTI-CORRUPTION EDUCATION AT AN EARLY AGE AS A STRATEGIC MOVE TO PREVENT CORRUPTION IN INDONESIA Ida Musofiana
The 2nd Proceeding “Indonesia Clean of Corruption in 2020" Table Of Content
Publisher : The 2nd Proceeding “Indonesia Clean of Corruption in 2020"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Corruption has become an extra ordinary crime, which is why many studies that discuss about corruption. Although many studies of corruption are able to find out the causes of corruption, by knowing the causes or factors of corruption is able to reduce corruption. In addition to the many studies of corruption, has also been a lot of coverage in both print and electronic media that presents news of the suspects or defendants involved in corruption cases, it is intended to give a lesson to the general public, as well as provide a deterrent effect so ashamed of corruption that has been done , but corruption is still frequently encountered. It is in fact considered normal by society. Further unrest arises how it affects young people who will be the successor to the ideals of the nation, that almost every time served reporting corruption is everywhere. Here the next question how so that the younger generation is not affected by the disease of corruption, should the anti-corruption legal education at an early age entered in learning in schools. Given the starting gate education acquired knowledge, insight and understanding for self-discovery. This paper will discuss the need for anticorruption education for children from an early age as a strategic move to prevent corruption in order to create a corruption-free Indonesia in 2020. From the results of research that has been done shows that the much needed anti-corruption education included in school subjects or courses at the college level are not only in the faculty of law. A proposal must be observed. Anti-corruption education materials could be inserted in the subjects of Pancasila, Citizenship, Mathematics, as well as career guidance, which includes the subject of honesty, discipline, and teach togetherness fighting spirit and simplicity. As all of which are meant to instill a sense of responsibility in a very important and settle obligations to completion. Combating corruption in developed countries are very intensively conducted are like in Singapore, which is implanted namely state hard ahead if the government does not free from corruption, prevention and repression of corruption through four things: effective anticorruption agency, effective acts, effective adjudication, and efficient administration , And all the pillars were motivated by the strong will pilitical against corription of government. As well as in Lithuania country. Key word : anti-corruption education, early age, prevention of corruption.
JURIDICAL STUDIES AGAINST DIVERSION IN CRIMINAL JUSTICE SYSTEM Indah Setyowati; Ida Musofiana
Jurnal Pembaharuan Hukum Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pembaharuan Hukum
Publisher : UNISSULA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26532/jph.v6i2.8211

Abstract

The diversion provisions in the juvenile justice system law whether it has prevented children from the negative effects of the Criminal Justice System. By the way, all children who have problems with the law put the best interests of the child. The method of approach is the statutory approach and the comparative approach. Primary, secondary and tertiary legal materials obtained by the author will be analyzed using the method of systematic interpretation, namely interpretation by looking at the relationship between the rules in an interdependent law.The result, diversion is a settlement of child cases that are carried out outside formal justice with the aim of preventing children from stigmatizing children who are dealing with the law must be in accordance with the purpose of diversion in The Beijing Rules. Whereas in Indonesia, the diversion provisions in the Criminal Justice System Act of the Child are still included in the criminal justice system by giving stronger stigmatization to children who are in conflict with the law and so it is not in accordance with the purpose of diversion in The Beijing Rules. So the diversion provisions in the Child Criminal Justice System Law do not yet reflect the principle of child protection as mandated by the Child Protection Act and the Child Criminal Justice System Law. Where the diversion in the Child Criminal Justice System Law has not fully mandated the principle of the best interests of children viewed from the perspective of child protection, with a view of all issues by placing the child's position as first and foremost.
PERBANDINGAN HUKUM PIDANA KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP REMAJA DI ERA DIGITAL: TINJAUAN PERSPEKTIF HUKUM DAN PERLINDUNGAN KORBAN Nola Nurromah; Ida Musofiana; Achmad Sulchan
Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan Vol. 3 No. 2 (2024): Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3783/causa.v3i2.2916

Abstract

Latar Belakang: Kekerasan seksual terhadap remaja di era digital menjadi perhatian utama dalam studi ini karena fenomena tersebut semakin meningkat dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Tindakan kekerasan seksual di dunia maya memunculkan tantangan baru dalam penegakan hukum dan perlindungan korban. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan hukum pidana kekerasan seksual terhadap remaja di era digital, mengidentifikasi tantangan dalam penerapan hukum, dan memberikan saran untuk pengembangan hukum pidana di masa depan. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah analisis doktrinal dengan mengumpulkan data dari studi literatur dan analisis peraturan perundang-undangan terkait. Data dianalisis untuk mengidentifikasi isu-isu kunci dalam penerapan hukum pidana kekerasan seksual terhadap remaja di era digital. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada kerangka hukum yang ada, penerapan hukum pidana kekerasan seksual terhadap remaja di era digital masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, termasuk kurangnya kesadaran remaja tentang tindakan kekerasan seksual, kesulitan dalam mengumpulkan bukti digital, dan keterbatasan kerja sama internasional. Berbagai saran diberikan untuk pengembangan hukum pidana di masa depan, termasuk meningkatkan kesadaran remaja, meningkatkan kemampuan penegak hukum dalam mengumpulkan bukti digital, dan memperkuat kerja sama internasional.
PEMISKINAN KORUPTOR SEBAGAI SALAH SATU HUKUMAN ALTERNATIF DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI Fara Anindita Salsabila; Ida Musofiana
Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 8 (2024): Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3783/causa.v6i8.6333

Abstract

Korupsi merupakan suatu tindakan menyimoang untuk mendapatkan kekayaan dan keuntungan pribadi menggunakan uang rakyat atau negara secara ilegal dengan menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan. Salah satu kasus yang terjadi belakangsn ini dan cukup memprihatinkan ialah kasus korupsi bantuan sosial. Tujuan penulisan ini adalah menganalisis perilaku korupsi bantuan sosial oleh para aparatur pemerintahan di tengah pandemi virus corona, Penanganan tindakan korupsi aparatur pemerintahan Indonesia, dan Upaya untuk meminimalisir tindakan korupsi bantuan social di Indonesia. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa korupsi merupakan masalah yang sangat besar karena dapat mengganggu pertumbuhan dan pembangunan negara, serta butuh penanganan serius untuk mengatasi atau meminimalisir keberadaannya. Korupsi bisa terjadi karena cara pandang seseorang akan kekayaan yang salah, ketamakan, adanya peluang, kebutuhan, penyalahgunaan kekuasaan, tidak adanya nilai-nilai integritas dan nasionalisme, ketidaktegasan hukum, dan pandangan terhadap hukum. Salah satu contohnya ialah kasus korupsi penyalahgunaan dana bantuan sosial saat pandemi virus corona yang menyebabkan kerugian besar. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir hal ini dapat dilakukan dengan memberi edukasi sejak dini akan nilai-nilai anti korupsi, menegakkan hukum yang berlaku secara tegas, dan menyosialisasikan kepada masyarakat tentang mekanisme pengaduan dan pelaporan apabila mengetahui terjadinya tindakan korupsi. Korupsi merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Korupsi sudah berkembang di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini jelas sangat merugikan perekonomian negara serta menghambat jalannya pembangunan bagi negara Indonesia. Tindak pidana korupsi telah dianggap sebagai "extraordinary crime" atau kejahatan luar biasa. Pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia telah diatur dalam hukum positif yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam undang-undang tersebut terdapat sanksi pidana yang penerapannya dilakukan secara kumulatif.
KETIDAKADILAN DALAM SISTEM PERADILAN MENJADI BUKTI BAHWA HUKUM HANYA UNTUK KAUM ELITE Saffa Ega Arfika; Ida Musofiana
Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 11 (2024): Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3783/causa.v6i11.6491

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan yang dihadapi oleh sistem peradilan di Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap ketidakadilan, dan mengusulkan solusi untuk meningkatkan akses keadilan bagi masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan praktisi hukum, analisis dokumen, dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik diskriminatif, korupsi, dan kurangnya transparansi dalam sistem peradilan mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik. Selain itu, penelitian ini merekomendasikan reformasi menyeluruh dalam sistem peradilan serta pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan aksesibilitas keadilan bagi semua lapisan masyarakat. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan sistem peradilan di Indonesia dapat berfungsi lebih efektif dan memenuhi harapan publik terhadap keadilan yang adil dan merata. Kata kunci: Sistem peradilan, transparansi, reformasi
STUDI PERBANDINGAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGANAN KEJAHATAN SIBER: PERSPEKTIF INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT Yunita Sekar Ety Arabel; Ida Musofiana
Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 12 (2024): Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3783/causa.v6i12.6512

Abstract

Dalam era globalisasi dan teknologi informasi yang pesat, kejahatan siber menjadi isu utama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dan Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan peraturan dan undang-undang yang mengatur kejahatan siber serta efektivitas penegakan hukum di kedua negara. Di Indonesia, meskipun terdapat Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), tantangan dalam penegakan hukum menghambat efektivitasnya. Sebaliknya, Amerika Serikat memiliki kerangka hukum yang lebih matang dan lembaga penegak hukum yang lebih siap. Penelitian ini juga mempertimbangkan faktor sosial dan budaya yang memengaruhi kebijakan hukum di kedua negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AS memiliki pendekatan yang lebih efektif dalam menangani kejahatan siber, sementara Indonesia perlu meningkatkan kerangka hukum dan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki penanganan kejahatan siber. Kata kunci: Kejahatan Siber, Penegakan Hukum, Indonesia, Amerika Serikat
Tantangan : Implementasi Kebijakan Hukum Restitusi Sebagai Perlindungan Hak Korban Tindak Pidana di Indonesia Ida Musofiana; Hetiyasari
Qistie Jurnal Ilmu Hukum Vol 17 No 2 (2024): Qistie : Jurnal Ilmu Hukum
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The human rights of criminals starting from their status as suspects, defendants, and even convicts are not comparable to the protection of the human rights of victims in order to recover from loss or suffering. The aim of this research is to examine the challenges of implementing policies providing restitution for victims of criminal acts. This research method uses normative juridical, examining aspects of currently applicable legal regulations. This research found that it is important to provide restitution for victims. Considering that so far the victim has only been represented by law enforcement officials. Even though there is a request for compensation by the public prosecutor, not everyone understands the procedure for applying for compensation for a criminal act. Victims really need to receive compensation regardless of age, educational background, and social status.