Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH Implantasi HCG PADA PERKEMBANGAN TELUR, Pematangan Akhir Gonad, dan Pemijahan Ikan Tor soro Jojo Subagja; Rudhy Gustiano
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1015.502 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.219-225

Abstract

Penelitian tentang implantasi hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perkembangan pematangan akhir gonad dan pemijahan ikan Tor soro telah dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Budidaya Air Tawar, Cijeruk-Bogor. Perlakuan dosis hormon yang diimplantasikan adalah: 300; 400; 500 IU.Kg-1 bobot tubuh dan kontrol (tanpa hormon). Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan nyata antara perlakuan pada pengamatan ke 25 dan 50 hari setelah implantasi, yaitu pemberian pelet hormon dengan kadar 500 IU.kg-1 bobot tubuh, menghasilkan perkembangan diameter oosit paling besar dengan rataan diameter oosit 3,07 ± 0,31 mm dibandingkan dengan perlakuan lainnya, diikuti perlakuan  kontrol, 300 IU.kg-1 bobot tubuh dan 400 IU.kg-1 bobot tubuh, dengan nilai rataan berturut-turut 2,11 ± 0,53 mm; 1,97 ± 0,55 mm; dan 0,87 ± 0,50 mm. Keberhasilan pemijahan pada dosis implan 500 IU. kg-1 bobot tubuh mencapai 100% dengan kisaran waktu laten antara 25 dan 27 jam dengan suhu inkubasi 22°C—24°C, serta larva normal berkembang mencapai 90,19%.Study aimed to identify the effect of Human Chorionic Gonadotropin hormone implantation on gonadal development, final maturation, and spawning of Tor soro was conducted at Research Instalation of Germ Plasm Cijeruk-Bogor. Experimental dosage of hormone treated were 300, 400, 500 IU kg-1 body weight and control (without hormonal treatment). The result showed a significant difference between each treatment observed at the 25th and 50 th day after implantation. Hormon pellet at dosage 500 IU kg-1 body weight produced the biggest oocytes with average diameter 3.07 ± 0.31 mm, and followed by control, 300 IU treatment and 400 IU treatment with average diameter were 2.11 ± 0.53 mm, 1.97 ± 0.55 mm and 0.87 ± 0.50 mm, respectively. Succesful spawning rate of Tor soro treated hormone pellet of 500 IU kg-1 body weight reached of 100% at latentcy time of 25—27 hour (incubation temperature of 22°C—24°C) and larvae developed normally of 90.19%.
EVALUASI KERAGAMAN GENETIK IKAN KANCRA DENGAN MENGGUNAKAN MARKER Mt DNA D-loop DAN RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) Estu Nugroho; Jojo Subagja; Sidi Asih; Titin Kurniasih
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.046 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.211-217

Abstract

Variasi genetik ikan kancra yang dikoleksi dari daerah Kuningan (Pesawahan, Gandasoli, dan Ragawacana) dan Sumedang di Jawa Barat telah diteliti dengan menggunakan polimorfisme Mitokondria DNA D-loop dan Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Berdasarkan analisis Mt DNA tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ras ikan kancra dari empat lokasi tersebut. Sedangkan analisis RAPD menunjukkan perbedaan yang nyata. Panjang daerah Mt DNA D-loop ikan kancra berkisar antara 700--800 bp. Satu komposit haplotype terdeteksi dengan menggunakan 4 enzim restriksi yaitu Rsa I, Nde II, Taq I, dan Sac I pada sekuens D-loop. Dua dari 20 primer RAPD menunjukkan perbedaan yang nyata di antara keempat populasi ikan kancra. Jarak genetik berdasarkan polimorfisme dua primer tersebut adalah 0,349.The aim of this research was to evaluate genetic variability of Tor soro. The genetic variability of Tor soro collected from Kuningan (Pesawahan, Gandasoli, and Ragawacana) and Sumedang, West Java were examined using polymorphism of the mitochondria DNA (MtDNA) D-loop and RAPD markers. Based on MtDNA D-loop analysis, there was no significant different among collection. The length size of MtDNA D-loop region was approximately 700--800 bp. A composite haplotype was detected using four endonuclease i.e. Rsa I, Nde II, Taq I, and Sac I. Two of 20 RAPD primers showed significantly different among collections. Average genetic distance based on the polymorphism of two primers was 0.349.
MANAJEMEN INDUK DALAM PEMBENIHAN IKAN Tor soro Jojo Subagja; Sidi Asih; Rudhy Gustiano
Media Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1037.838 KB) | DOI: 10.15578/ma.1.1.2006.7-11

Abstract

Untuk menghasilkan benih ikan Tor soro yang baik, maka penenganan induk sangat penting yang meliputi: cara pemeliharaan, penanganan induk, aplikasi bioteknologi melalui terapi hormon, dan pemeriksaan induk siap pijah.
KERAGAMAN GENETIK DAN MORFOMETRIK PADA IKAN BAUNG, Mystus nemurus DARI JAMBI, WONOGIRI, DAN JATILUHUR Estu Nugroho; Wartono Hadie; Jojo Subagja; Titin Kurniasih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5000.279 KB) | DOI: 10.15578/jppi.11.7.2005.1-6

Abstract

Variasi genetik dan morfometrik beberapa ras ikan baung yang dikoleksi dari Jambi, Wonogiri, dan Jatiluhur telah diteliti dengan menggunakan polimorfisme mitokondria DNA D-loop dan metode truss morphometric. Berdasarkan kedua metode tersebut terdapat perbedaan yang nyata antara ras ikan baung dari Jambi dengan Wonogiri dan Jatiluhur, dan tidak berbeda nyata antara ras Jatiluhur dengan Wonogiri.