Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

DI MORFOMETRIK UDANG JERBUNG (Fenneropenaeus merguiensis de Man) DARI BEBERAPA POPULASI DI PERAIRAN INDONESIA Eni Kusrini; Wartono Hadie; Alimuddin Alimuddin; Komar Sumantadinata; Achmad Sudradjat
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.497 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.1.2009.15-21

Abstract

Udang jerbung, Fenneropenaeus merguiensis merupakan salah satu jenis udang penaeid indegenous yang memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai kandidat budidaya tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman secara morfologi dan jarak genetik udang jerbung dari populasi alam di Selat Sunda, pantai Cilacap, pantai Bengkulu, Selat Lombok, dan pantai Pontianak. Analisis komponen utama (PCA) digunakan untuk mengetahui keragaman morfologi antar populasi alami udang jerbung. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan secara morfologi udang jerbung yang diteliti. Populasi Pontianak memiliki keragaman yang paling tinggi dan Bengkulu paling rendah. Dari analisis kluster diperoleh dua kelompok utama yaitu kluster yang pertama terdiri atas Pontianak-Selat Lombok-Bengkulu dan kluster kedua Selat Sunda-Cilacap. Jarak genetik terjauh dimiliki populasi udang jerbung dari Cilacap-Selat Lombok dan terdekat Cilacap-Selat Sunda.Banana prawn, Fenneropenaeus merguiensis, is one of several prospective local crustaceans for shrimp culture. The objective of this study was to reveal the genetic differences among banana prawn populations from Sunda strait, Cilacap coast, Bengkulu coast, Lombok strait, and Pontianak coast. Principle Component Analysis (PCA) was used to determine genetic differences among the five wild populations. Results of the PCA analysis show that there are morphometrically genetic variations among studied banana prawn populations. Banana prawn from Pontianak has the highest variation of morphology. Results of cluster analysis indicate that there are two main clusters where banana prawns from Pontianak, Lombok Strait, and Bengkulu are categorized as the first cluster while Sunda Strait and Cilacap populations are categorized as the second cluster. The highest value of genetic distance is shown by banana prawn populations from Cilacap and Lombok and the lowest value is Cilacap-Sunda Strait.
IMUNITAS MATERNAL TERHADAP Aeromonas hydrophila: PENGARUHNYATERHADAP FEKUNDITAS DAN DAYA TETAS IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypophthalmus) Wartono Hadie; Angela Mariana Lusiastuti; Sularto Sularto; Evi Tahapari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.829 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.229-235

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian vaksin Aeromonas hydrophila terhadap fekunditas dan daya tetas ikan patin siam, Pangasionodon hypophthalmus. Perlakuan yang diberikan ialah vaksin Aeromonas (hydrovac®) dengan dosis 0,4 mL/kg bobot induk. Pada perlakuan menggunakan ajuvan dengan perbandingan 1:1 antara vaksin dan ajuvan. Injeksi dilakukan secara intra peritoneal, masing-masing pada tiga induk betina dengan ajuvan dan tiga induk betina tanpa ajuvan. Injeksi dilakukan pada tingkat kematangan gonad kedua TKG II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada serum induk dan ekstrak telur terdeteksi secara positif adanya antibodi, baik pada perlakuan ajuvan (VA) maupun tanpa ajuvan (VNA). Vaksinasi dapat meningkatkan fekunditas hingga 31% dan meningkatkan daya tetas hingga 13%.The aims of this research are to determine the influence of Aeromonas hydrophila vaccines against fecundity and hatchability Pangasionodon hypophthalmus Siamese catfish. Treatment of Aeromonas vaccine is given (hydrovac®) with a dose of 0.4 mL per kg of body weight. The adjuvant which use for treatment with a ratio of 1:1 between vaccines and adjuvants. Intra-peritoneal injection is done, each on three female parent with adjuvant and three female parent without adjuvant. Injection is performed at the level of gonad maturity II. Results showed that the serum of carriers and egg extracts is positively detected the existence of antibodies, both in adjuvant treatment (VA) or without adjuvant (VNA). Vaccination could increase fecundity up to 31% and increases up to 13% hatchability. 
SUHU OPTIMUM UNTUK LAJU PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus Irin Iriana Kusmini; Wartono Hadie; Elinda P Sianipar
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.473 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.1.2006.67-72

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh suhu air yang memberikan hasil terbaik bagi laju pertumbuhan dan sintasan benih lobster air tawar, red claw. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan, yaitu pada suhu air 26°C, 28°C, 30°C, dan 32°C; masing-masing perlakuan tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan harian dan sintasan benih lobster red claw. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian dan sintasan benih lobster tertinggi terdapat pada suhu 28°C, yaitu sebesar 1,15% dan 85,93%. Laju pertumbuhan harian dan sintasan benih lobster mencapai optimum pada suhu 28°C, yaitu sebesar 1,05% dan 85,93%.The aim this research was to find out the effect of water temperature to the growth and survival rate of red claw crayfish (Cherax quadricarinatus) juvenile. The experiment design used completely randomized design (CRD) with four treatments of water temperature i.e. 26°C, 28°C, 30°C, 32°C and each of the treatments was replicated three times. Parameters observed are daily growth rate and survival rate of red claw crayfish juvenile. The result showed that temperatures were effected to growth rate and survival rate of red claw crayfish juvenile which expressed through quadratic response curve. The highest daily growth rate and survival rate of red claw crayfish fry was found on temperature 28°C C i.e. 1.15% and 85.93%. The optimum growth rate and survival rate was found on temperature 28°C i.e. 1.05% and 85.93%.
FILOGENETIK POPULASI UDANG JERBUNG (Fenneropenaeus merguiensis de Man) DI INDONESIA BERDASARKAN SEKUENS 16S-rRNA DNA MITOKONDRIA Eni Kusrini; Komar Sumantadinata; Wartono Hadie; Alimuddin Alimuddin; Achmad Sudradjat
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (893.036 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.191-198

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kekerabatan stok udang jerbung Indonesia sebagai informasi dasar bagi program pemuliaan. Udang jerbung uji berasal dari Pantai Bengkulu, Selat Sunda (Banten), Pantai Cilacap (Jawa Tengah), Selat Lombok (NTB), dan Pontianak (Kalimantan Barat). Amplifikasi PCR dan sekuensing daerah 16S-rRNA DNA mitokondria dilakukan menggunakan primer 5’-CGCCTGTTTAAC-AAAAACAT-3’ dan 5’-CCGGTCTGAACTCAGATCATGT-3’. Hasil analisis homologi susunan nukleotida 16S-rRNA DNA mitokondria menunjukkan bahwa udang jerbung yang digunakan dalam penelitian merupakan Fenneropenaeus merguiensis. Hasil analisis kekerabatan menunjukkan bahwa 5 populasi udang jerbung uji dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu kelompok Kalimantan Barat dan kelompok Bengkulu-Banten-Jawa Tengah-NTB. Populasi udang jerbung Kalimantan dan Bengkulu masing-masing memiliki sekuens spesifik, yaitu ACTGACT dan C-GAC di terminal 5. Sekuens tersebut mungkin dapat digunakan sebagai penanda dalam program pemuliaan udang jerbung Indonesia.The experiment was conducted to understand the family relationship of banana prawn in Indonesia and to provide basic information for breeding program. Prawns were obtained from Bengkulu Coast, Sunda Strait (Banten), Cilacap Coast (Central Java), Lombok Strait (West Nusa Tenggara), Pontianak Coast (West Kalimantan). PCR amplification and sequencing of 16S-rRNA mitochondrial DNA region were performed using 5’-CGCCTGTTTAAC-AAAAACAT-3’ and 5’-CCGGTCTGAACTCAGATCATGT-3’. Analysis of homology sequences of 16S-rRNA mtDNA showed that banana prawn used in this study was Fenneropenaeus merguiensis. Result of family relationship analysis indicated that five populations of banana prawn can be divided into two groups, i.e. West Kalimantan and Bengkulu-Banten-Central Java-NTB groups. Banana prawns from West Kalimantan and Bengkulu have specific sequences at 5’ terminal, ACTGACT and C-GAC, respectively. Those sequences can potentially be used as marker in the breeding program of banana prawn in Indonesia.
PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM PADA MEDIA TERHADAP SIKLUS MOLTING DAN PERTUMBUHAN BIOMASSA UDANG GALAH, Macrobrachium rosenbergii (de Man) Azam Bachur Zaidy; Wartono Hadie
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.555 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.2.2009.179-189

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan kalsium ke dalam media dalam proses peningkatan kadar kalsium kulit dan konsumsi pakan, serta konsekuensinya bagi pertumbuhan udang. Penelitian tahap 1 dengan perlakuan dosis penambahan Ca(OH)2 sebanyak 0 mg/L, 15 mg/L, 30 mg/L, 45 mg/L, dan 60 mg/L, dengan 3 ulangan. Penelitian tahap 2 dengan perlakuan penambahan kalsium 0 mg/L, 30 mg/L, dan 60 mg/L. Parameter yang diukur meliputi kadar kalsium kulit, tingkat konsumsi pakan, laju pertumbuhan, dan efisiensi pemanfaatan pakan. Penambahan Ca(OH)2 sebanyak 15-60 mg/L meningkatkan kadar kalsium media (25,51-35,22 mg/L) dibanding dengan kontrol (18,53 mg/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kalsium Ca(OH)2 sebanyak 30 mg/L mampu mempercepat laju peningkatan kadar kalsium kulit. Laju peningkatan kadar kalsium kulit yang lebih cepat berimplikasi terhadap peningkatan konsumsi pakan dan berkonsekuensi lanjut bagi peningkatan pertumbuhan udang. Aplikasi penggunaan kalsium  Ca(OH)2 sebanyak 15-30 mg/L untuk mempercepat proses ganti kulit udang berimplikasi terhadap pertumbuhan udang. Konsumsi pakan harian, mulai meningkat pada penambahan Ca(OH)2 15 mg/L, dan tertinggi pada perlakuan penambahan Ca(OH)2 sebanyak 45 mg/L. Laju pertumbuhan biomassa pada media yang ditambah Ca(OH)2 sebanyak 30 dan 60 mg/L memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05). Efisiensi tingkat konsumsi pakan perlakuan penambahan Ca(OH)2  sebanyak 30 mg/L lebih tinggi dibanding perlakuan penambahan Ca(OH)2 sebanyak 0 dan 60 mg/L.This research was aimed to study the effect of calcium addition into culture media in order to increase husk calcium and food consumption and its consequences to prawn growth. Research phase 1 consisted of treatments of Ca(OH)2 addition i.e. 0 mg/L, 15 mg/L, 30 mg/L, 45 mg/L, and 60 mg/L, with 3 replications for all  treatments. Research phase 2 consisted of treatments of calcium addition of 0 mg/L, 30 mg/L, and 60 mg/L. The measured parameters were the rate of husk calcium, feed consumption rate,  growth rate, and feed conversion ratio. The Ca (OH)2 addition was 15-60 mg/L to increase calcium concentration in the media (25.51-35.22 mg/L) compared to the control (18.53 mg/L). Result of the research indicated that the usage of calcium Ca(OH)2 of 30 mg/L can accelerate the calsium deposition in prawn husk. Acceleration of calsium deposition has direct implication to the increase of FCR and thus it increases prawn growth rate. Application of calcium Ca(OH)2 addition of 15-30 mg/L to accelerate molting process has positive effect on the growth rate of prawn. Daily food consumption rate started to increase with the addition of 15 mg/L of Ca(OH)2, and the highest was reached at the concentration of 45 mg/L Ca(OH)2. Growth rate of prawn biomass in culture media added with 30 and 60 mg/L of Ca(OH)2 were significantly different (P<0.05). Better food consumption efficiency levels were achieved by the treatment of Ca(OH)2 addition of 30 mg/L compared to the other treatments.
BUDI DAYA KARANG HIAS MENDUKUNG PERDAGANGAN KARANG HIAS YANG BERKESINAMBUNGAN Ofri Johan; Wartono Hadie; Adang Saputra; Joni Hariyadi; Nurbakti Listyanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.25 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.415-424

Abstract

Kegiatan budi daya karang hias di Indonesia perlu dilakukan untuk menjamin perdagangannya agar berjalan tanpa merusak keanekaragaman dan kondisi terumbu karang. Budi daya karang hias menggunakan rak berupa meja yang terbuat dari paralon PVC yang dinilai sangat ekonomis dan mudah diaplikasikan masyarakat lokal. Pengamatan pertumbuhan hanya dilakukan pada 1 rak masing-masing jenis karang yang dibudidayakan yaitu Acropora sp., Acropora formosa, Acropora humilis, Acropora millepora, Acropora nobilis, dan Seriatopora hystrix. Kegiatan dilakukan pada dua lokasi yaitu Pulau Simakakang-Mentawai, Sumatera Barat dan Gondol, Bali. Pengamatan dilakukan setiap dua bulan dan penelitian dilaksanakan selama 6 bulan. Hasil pengamatan diperoleh tingkat mortalitas pada lokasi Pulau Simakakang diperoleh 5,56% dari 36 sampel yang diukur dari 6 jenis karang dan 6 ulangan, pertambahan panjang jenis A. formosa 0,64 cm/bulan, lebih cepat dibandingkan dengan jenis A. millepora 0,58 cm/bulan dan jenis lain. Karang A. humilis memiliki laju perambatan pada substrat semen dan batang pengikat yang  lebih cepat dari jenis lain. Pada lokasi Gondol, Bali memiliki laju pertambahan panjang karang A. millepora lebih cepat (0,50 cm/bulan) dibandingkan dengan jenis A. tenuis (0,43 cm/bulan) dan jenis lain berkisar antara 0,21—0,39 cm/bulan.Tingkat kematian 3 koloni (7,1%) dari total 42 koloni yang disampling.The culture of ornamental coral is important to be conducted to guarantee the coral trade can be run well without giving impact to coral reef biodiversities and coral reef condition in Indonesia. This cultured using table using nets as a place which is made from PVC pipe. This method can minimize cost comparing with others materials as well as applicable for coastal community. One table can be placed 12 (3x4) substrate with a distance among others of 25 cm, then fragmented coral were tied to that substrates. This activity was carried out in two locations that were Simakakang Island, Mentawai, West Sumatera, and Gondol, Bali. The observation of mortality found that the one in Simakakang Island had 5.56% of 36 fragments of 6 species and of 6 replications, length growth of A. formosa was 0.64 cm/month, more rapid than the one of A. millepora (0,58 cm/month) and others species. A. humilis had encrusted to cement substrate, it was more rapid than the one in others species. Length growth rate of A. millepora in Gondol, Bali was more rapid (0.50 cm/month) than A. tenuis (0.43 cm/month), and others (0.21—0.39 cm/month). The mortality rate was 7.1% (3 colonies) from 42 colonies.
KORELASI PADAT TEBAR DAN DEBIT AIR DALAM TEKNIK PENDEDERAN BENIH UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) SECARA INTENSIF Wartono Hadie; Lies Emmawati Hadie
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.212 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.3.2008.323-328

Abstract

Riset ini dilaksanakan untuk mengetahui korelasi antara padat tebar dan debit air dalam teknik pendederan udang galah. Riset dilakukan dengan menggunakan bak ukuran 4 m x 2 m x 0,75 m yang mempunyai sistem air mengalir. Perlakuan yang diaplikasikan adalah padat tebar dalam tiga tingkatan yaitu 250, 500, dan 750 ekor/m2 yang dikombinasikan dengan tiga tingkat debit air yaitu 0,010; 0,020; dan 0,030 liter/detik/m2. Setiap perlakuan dilakukan dengan 3 ulangan. Udang galah dalam penelitian ini adalah PL-44 dengan ukuran 0,04 g. Pendederan udang galah dilaksanakan selama 40 hari. Hasil riset menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara variabel padat tebar dan debit air. Variabel debit air memberikan kontribusi sebesar 57% dan variabel padat tebar mempunyai kontribusi 18% dalam mendukung sintasan benih udang galah. Hasil terbaik dicapai oleh perlakuan padat tebar 500 ekor/m2 dan debit air 0,030 liter/detik/m2 dengan laju pertumbuhan harian udang mencapai rata-rata 2,84% dan sintasan sebesar 89,6% selama 40 hari masa pemeliharaan.The research aim was to evaluate the correlation between fry density and water flow rate in the nursery of giant prawn. The experiment was conducted in concrete tanks. The treatment consisted of three levels, 250, 500, and 750 fry/m2 and combination of three levels of water flow, i.e. 0.010, 0.020, and 0.030 litre/second/m2. Three replications were used in each treatments. The prawn fry were PL-14 with 0.04 g of average weight. The research was conducted for 40 days of post-larvae rearing. Result of this experiment showed that there was interaction between density and water flow. The data analysis indicated that there were 57% contribution of water flow and 18% of fry density to survival rate of giant prawn. The best result was showed by the density of 500 fry/m2 and water flow of 0.030 litre/second/m2. The specimen have specific growth rate of 2.84% and survival rate of 89.6% for 40 days of rearing.
KAJIAN EFEKTIVITAS KALSIUM UNTUK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INTENSIF PADA BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) Lies Emmawati Hadie; Wartono Hadie; Irin Iriana Kusmini
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.727 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.221-228

Abstract

Dalam proses pertumbuhan lobster dibutuhkan mineral kalsium (Ca) yang dapat dicukupi dari makanan dan lingkungan. Pada fase pengerasan kulit diperlukan kalsium yang cukup tinggi. Kebutuhan akan kalsium tidak dapat dipenuhi dari dalam tubuhnya yang tersimpan di dalam hemolimf. Oleh karena itu, diperlukan kajian tentang efektivitas mineral kalsium di dalam air pada budidaya lobster. Penelitian dilakukan secara in door pada bak semen yang dilengkapi dengan sistem resirkulasi. Rancangan penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan konsentrasi penambahan calcium hydroxyde ke dalam media yaitu 0 mg/L, 5 mg/L, 10 mg/L, dan 15 mg/L. Masing-masing perlakuan mendapat 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek pemberian kalsium (CaOH2) pada lobster tawar terlihat secara signifikan memberikan efek yang positif dan jauh lebih baik dibandingkan dengan kontrol (P<0,05). Konsentrasi kalsium 5,0–10,0 mg/L memberikan hasil yang baik dalam mempengaruhi pertumbuhan lobster. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini membuktikan bahwa manajemen dalam konsentrasi kalsium yang seimbang pada media pemeliharaan lobster dapat diaplikasikan sehingga budidaya lobster dapat dilaksanakan secara intensif.Calcium mineral was need to support of lobster growth it’s sufficient from feed and environment. Phase of harden carapace was need a high calcium. The calcium need did not fulfilled by hemolymphe body. And then the assessment of calcium effect was conducted to lobster culture. Complete randomized design was used for this research with different level of calcium hydroxide to the media namely 0.0 mg/L, 5.0 mg/L, 10.0 mg/L, and 15.0 mg/L. The experiment was conducted in the completely randomized design with three replications. Result of this experiment showed that there were significant different positively compared than control (P<0.05). Calcium level of 5.0-10.0 mg/L indicated positively affect to the growth of lobster. Result of this experiment to prove that management of calcium in the media rearing can be used to intensive culture of lobster.
RESPONS SELEKSI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DALAM LINGKUNGAN AIR PAYAU Wartono Hadie; Lies Emmawati Hadie; Nurbakti Listyanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.491 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.209-214

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons seleksi udang galah yang dipelihara dalam lingkungan bersalinitas hingga generasi kedua. Udang galah dipelihara dalam lingkungan air payau dengan salinitas 0‰, 10‰, dan 15‰. Penelitian dilakukan hingga generasi kedua dalam lingkungan yang sama. Metode seleksi pada generasi pertama dan kedua dilakukan dengan seleksi keluarga (family selection). Seleksi pada masing-masing generasi dilakukan pada karakter pertumbuhan dalam masing-masing lingkungan salinitas. Secara keseluruhan respons seleksi harapan untuk semua genotipe mencapai 5,58 g per generasi dan respons seleksi kenyataan untuk semua genotipe mencapai 3,07 g per generasi di atas rataan tetua. Hasil ini sangat bermakna dalam meningkatkan ukuran bobot badan udang galah sebagai keberhasilan program seleksi. Hasil ini berlaku untuk seleksi pada salinitas perlakuan hingga 15‰.This research aimed to evaluate the selection response of the giant freshwater prawn cultured in different salinity levels that were observed up to second generation. Prawns were reared in brackish water environment with salinity levels of 0%, 10%, and 15%. Research was conducted up to the second generation in the same salinity level environments. Method of selection was family selection applied to both first and second generations. Selection process of each generation was performed on the growth character of prawns in each salinity level environment. Overall, expected selection response of all genotype achieved 5.58 g per generation and real selection response for all genotype reached 3.07 g above the parent generation. The result is arguably very meaningful in the effort of increasing the body mass of tiger prawn. The findings are valid for selection using salinity level up to 15 ppm.
EFEKTIVITAS MINERAL KALSIUM TERHADAP PERTUMBUHAN YUWANA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) Lies Emmawati Hadie; Wartono Hadie; Tri Heru Prihadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.2 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.1.2009.65-72

Abstract

Pertumbuhan udang galah dibatasi oleh kulitnya yang bersifat tidak elastis, karena terdiri atas khitin. Agar udang galah tumbuh dengan baik, maka harus ada unsur mineral dalam pakannya. Salah satu mineral yang bersifat esensial adalah mineral kalsium. Kalsium mempunyai fungsi dalam pembentukan tulang, jaringan lunak, proses regulasi dalam tubuh, dan menjaga keseimbangan asam basa. Oleh karena peran penting dari kalsium tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai efek mineral kalsium dalam ransum pakan udang galah terhadap pertumbuhannya. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah yuwana udang galah dengan kisaran bobot 56,0 ± 3,0 mg. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan yang diterapkan adalah kalsium 1,0%; 3,0%; 5,0%; 7,0%; dan 0,0% sebagai kontrol. Setiap perlakuan mendapat 3 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar kalsium dalam ransum pakan sangat mempengaruhi laju pertumbuhan harian udang galah (P<0,05). Kadar kalsium yang optimal dalam ransum pakan udang galah adalah sebesar 3,46%.The growth of giant prawn is limited by a non elastic material called chitin, which is a limiting factor in its growth. Feed containing mineral is needed to improve its growth. One of the essential minerals is calcium. The function of calcium is essential in bone and soft tissue formations, acid balancing, and regulation processes in the body. Because of its benefits, the research on the calcium effect on giant prawn was conducted. The aims of this study was to know the effect of calcium on the growth rate of giant prawn juvenile. Test animals were juveniles of giant prawn with average weight of 56.0 ± 3.0 mg. Research design employed complete randomized design with five calcium mineral treatments as follows:1.0%, 3.0%, 5.0%, 7.0%, and 0.0% as control. Each treatment has three replications. The result showed that calcium affected the daily growth rate of giant prawn (P<0.05). The calcium dosage of 3.46% is the optimum level for giant prawn juvenile.