Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

“HUMAN, HUMANITY, AND HUMANITIES” DALAM PENCIPTAAN KARYA KRIYA KULIT Rohmad Eko Priyono
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 6, No 2 (2017): NOVEMBER 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1036.074 KB) | DOI: 10.24821/corak.v6i2.2398

Abstract

The creation of it has a title “human, humanity, and humanities” The author would like to learn about the unique symbol of a Human and its application in the form of the installation of art. The approach used in the creation is an aesthetic approach, the method used is based on the aesthetic values embodied in art. Aesthetic is the main objective in the creation of works derived from the shape of a Human. Terms of design that has been studied in the study of art as craft unconscious part spontaneously out of the standard values in making the creation of craft art, starting from sketches to the final stage. Semiotics is used in the creation of works of art craft is semiotics Charles Sanders Peirce - sign approach based on the idea of a philosopher and thinker United clever, Charles Sanders Peirce (1839-1914) is the method used to determine whether a work of art has meaning symbol, index, and icon. This approach is actually used as the meaning of the meaning and purpose of the philosophical. In this case, the artist commented aesthetic value and his symbolization, artists explore the beauty, the uniqueness of the shape of a human and then pour it into the leather craft three-dimensional and two-dimensional. And artists have chosen the concept of human as a concept in leather craft work.Keyword: Creation, Craft, Leather and the Making Process  Jurnal Penciptaan ini memiliki judul "human, humanity, and humanities". Penulis ingin mengetahui simbol unik tentang manusia dan mengaplikasikannya dalam bentuk instalasi seni. Pendekatan yang digunakan dalam penciptaan adalah pendekatan estetika, yaitu pendekatan yang berdasar pada nilai estetika yang terkandung dalam karya seni. Estetika memiliki tujuan utama dalam penciptaan karya yang berasal dari bentuk manusia. Kerangka desain yang telah dipelajari dalam studi seni sebagai karya seni bagian bawah sadar secara tak langsung keluar dari nilai fungsional dalam pembuatan karya seni, mulai dari sketsa hingga tahap akhir. Semiotika yang digunakan dalam penciptaan karya seni adalah semiotik Charles Sanders Peirce - pendekatan tanda berdasarkan gagasan seorang filsuf dan pemikir Amerika yang cerdas, Charles Sanders Peirce (1839-1914) adalah metode yang digunakan untuk menentukan apakah suatu karya seni Memiliki makna simbol, indeks, dan ikon. Pendekatan ini sebenarnya digunakan sebagai makna - makna dan tujuan filosofis. Dalam hal ini, seniman memiliki pandangan bahwa nilai estetika dan simbolisasi, seniman mengeksplorasi keindahan, keunikan bentuk manusia dan kemudian menuangkannya ke dalam kriya kulit tiga dimensi dan dua dimensi. Dan seniman telah memilih konsep manusia sebagai konsep dalam karya seni kriya. Kata Kunci: Penciptaan, Kriya, Kulit dan Proses Pembuatan
Penciptaan Karya Tatah Timbul pada Kulit Nabati dengan Konsep Nusantara Rohmad Eko Priyono; Junende Rahmawati
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 8 No. 1 (2025): Vol. 8 No.1 JUNI 2025
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v8i1.16889

Abstract

Penelitian karya seni kriya kulit yang mengutamakan keterampilan tangan (handicraft) dengan memperhatikan nilai estetika dan fungsionalitas.Seni kriya memiliki akar dalam tradisi lokal yang diwariskan secara turun-temurun, dan biasanya mencerminkan identitas budaya suatu masyarakat. Sebagai perpaduan antara seni dan keterampilan, seni kriya tidak hanya memiliki nilai seni tetapi juga bisa mengangkat nilai budaya yang ada di Indonesia, karena banyak produk seni kriya yang dipasarkan sebagai barang konsumsi atau suvenir. Kulit menghadirkan sesuatu yang dapat digunakan sebagai alternatif bahan berkesenian, keunggulan dari tatah timbul adalah adanya verifikasi ornamen yang bisa dikembangkan sedemikian rupa, kulit juga menawarkan susunan kepadatan yang unik. Selain itu, kulit memiliki kemampuan bahan yang berada ditengah kayu dan kain. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penciptaan kriya adalah metode penelitian kualitatif meliputi studi observasi, studi pustaka, dan dokumentasi. Pada penelitian ini pengetahuan sebagai keterampilan yang dapat kita sebut sebagai teknik tentang-mengetahui membuat, bagaimana bertindak, bagaimana melaksanakan. Karya seni kriya dengan teknik tatah timbul memakai kulit nabati ketebalan 2,3 mm dengan mengangkat konsep nusantara seperti motif kawung, motif parang, dan tokoh pewayangan, dan beberapa motif tradisional Indonesia lainnya. Karya tatah timbul yang dijadikan sebuah teknik penciptaan mengambil konsep Nusantara sebagai ide utama dalam pembuatan sebuah karya. Penciptaan karya ini menunjukan kreativitas dan inovasi produk kulit dengan teknik tatah timbul, konsep Nusantara sendiri diambil oleh peneliti dengan tujuan selain upaya pelestarian, tetapi juga menjadi upaya respon dari kebutuhan Masyarakat terhadap produk fungsional tas kulit tatah timbul yang terus berubah. Dengan adanya karya ini penulis berharap bisa ikut dalam melestarikan budaya di Indonesia lewat karya yang sudah diciptakan dan bisa mengenalkan budaya Indonesia kekancah Internasional, penulis juga berharap Kerajinan kulit di Indonesia semakin maju dan berkembang dan melahirkan karya-karya inovasi sesuai dengan perkembangan zaman.
Inovasi Seni Tatah Timbul Kulit Sapi Pada Produk Fungsional di UMKM Geoge Leather Yogyakarta Priyono, Rohmad Eko; Novilasari, Ima; Rahmawati, Junende
Corak Vol 14, No 1 (2025): Corak : Jurnal Seni Kriya
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v14i1.14757

Abstract

This research aims to raise the embossed inlay technique applied to functional products made by Geoge Leather Yogyakarta MSMEs. The embossed inlayment technique produced by Geoge Leather Yogyakarta MSME products is one of the innovative products that is the hallmark of the Geoge Leather Yogyakarta Brand DNA. Embossed inlaid products as one of the leather craft arts prioritize hand skills (handicraft) by paying attention to aesthetic and functional values. Through qualitative research with artistic research methods that discuss practice-based research that produces knowledge and technical understanding of embossed inlays applied to plant-based tanned leather media that has not been widely applied to leather industry products that produce bags, shoes, jackets, etc. The identity of Geoge Leather products is not only in terms of technical creation, but also motif designs that raise the local wisdom of the archipelago's culture such as puppets, batik, dance visuals, and so on as part of product innovation that becomes the identity or Brand DNA of the UMKM.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengangkat teknik tatah timbul yang diterapkan pada produk fungsional karya UMKM Geoge Leather Yogyakarta. Teknik tatah timbul hasil produk UMKM Geoge Leather Yogyakarta sebagai salah satu produk inovasi yang menjadi ciri khas dari Brand DNA Geoge Leather Yogyakarta. Produk-produk tatah timbul sebagai salah satu karya seni kriya kulit mengutamakan keterampilan tangan (handicraft) dengan memperhatikan nilai estetika dan fungsionalitas. Melalui penelitian kualitataif dengan metode penelitian artistic yang membahas tentang penelitian berbasis praktik yang menghasilkan pengetahuan dan pemahaman teknis tatah timbul diterapkan pada media kulit samak nabati yang belum banyak diterapkan pada produk industry kulit penghasil tas, sepatu, jaket, dsb. Identitas produk Geoge Leather tidak hanya dari segi teknis penciptaannya, namun juga desain motif yang mengangkat kearifan lokal budaya Nusantara seperti wayang, batik, visual tarian, dan lain sebagainya sebagai bagian dari inovasi produk yang menjadi identitas atau Brand DNA UMKM tersebut. 
Karya Tatah Sungging Non Wayang Produk Aksesori Kulitan Tari Gagrak Yogyakarta Rohmad Eko Priyono; Junende Rahmawati
Ornamen Vol. 22 No. 1 (2025): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/ornamen.v22i1.7017

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengenalkan tatah sungging pada produk non wayang seperti aksesori kulitan tari. Teknik tatah sungging ini dikerjakan pada aksesori tari dengan tatahan bubukan, langgatan, semut dulur, mas-masan, dan juga dibagian jamang sebagian menggunakan patran. Teknik sunggingan pada produk non wayang untuk garak Yogyakarta hanya disungging warna emas dapat menggunakan brom atau prodo mas. Produk-produk tatah sungging non wayang dikerjakan dengan handmade memperhatikan nilai estetika dan fungsionalitas. Melalui penelitian kualitataif dengan metode penelitian artistic yang membahas tentang penelitian berbasis praktik yang menghasilkan pengetahuan dan pemahaman teknis tatah sungging diterapkan pada media kulit perkamen dan disungging hanya menggunakan satu warna emas memakai brom atau prodo mas, yang belum banyak diterapkan pada. Identitas produk tatah sungging non wayang ini tidak hanya dari segi teknis penciptaannya, namun juga bentuk tatahan dan sunggingan yang mengangkat gagrak Yogyakarta sebagai ide penelitian.
UMKM TATAH SUNGGING DI KABUPATEN BANTUL SEBAGAI BENTUK SOSIALISASI PENGENALAN PROGRAM RISET BERDIKARI DALAM UPAYA PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI ALAT PENYAMAKAN KULIT PERKAMEN Rahmawati, Junende; Novilasari, Ima; Priyono, Rohmad Eko; Rahmawati, Ari Dwi
Journal of Social and Economics Research Vol 7 No 2 (2025): JSER, December 2025
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v7i2.1079

Abstract

UMKM tatah sungging di Kabupaten Bantul merupakan salah satu sektor kerajinan tradisional yang memiliki nilai budaya tinggi. Seiring berjalannya waktu, menghadapi tantangan dalam proses produksi, khususnya pada tahapan pemenuhan bahan kulit perkamen. Tidak setiap pengrajin tatah sungging memproduksi bahan kulit perkamen sendiri. Pengolahan kulit perkmen membutuhkan keahlian khusus yang diperoleh dari keahlian yang turun temurun serta latihan yang terus menerus sehingga lebih memahami kualitas atau standar kulit perkamen terbaik untuk wayang maupun kulitan tari. Terbatasnya bahan mentah, SDM yang mengolah kulit, dan juga waktu pengerjaan yang kurang efisien maka penelitian tentang pengolahan kulit perkamen dengan mesin menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini diawali dengan melakukan studi lapangan sekaligus menjadi sarana sosialisasi Program Riset Berdikari dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud 2024. Melalui pendekatan pemberdayaan UMKM dan pengembangan inovasi teknologi alat penyamakan kulit. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM membutuhkan teknologi penyamakan yang lebih efisien dan higienis guna meningkatkan kualitas produk. Program Riset Berdikari berpotensi menjadi jembatan antara kebutuhan UMKM dan dunia riset untuk menghadirkan teknologi tepat guna.
UMKM TATAH SUNGGING DI KABUPATEN BANTUL SEBAGAI BENTUK SOSIALISASI PENGENALAN PROGRAM RISET BERDIKARI DALAM UPAYA PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI ALAT PENYAMAKAN KULIT PERKAMEN Rahmawati, Junende; Novilasari, Ima; Priyono, Rohmad Eko; Rahmawati, Ari Dwi
Journal of Social and Economics Research Vol 7 No 2 (2025): JSER, December 2025
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v7i2.1079

Abstract

UMKM tatah sungging di Kabupaten Bantul merupakan salah satu sektor kerajinan tradisional yang memiliki nilai budaya tinggi. Seiring berjalannya waktu, menghadapi tantangan dalam proses produksi, khususnya pada tahapan pemenuhan bahan kulit perkamen. Tidak setiap pengrajin tatah sungging memproduksi bahan kulit perkamen sendiri. Pengolahan kulit perkmen membutuhkan keahlian khusus yang diperoleh dari keahlian yang turun temurun serta latihan yang terus menerus sehingga lebih memahami kualitas atau standar kulit perkamen terbaik untuk wayang maupun kulitan tari. Terbatasnya bahan mentah, SDM yang mengolah kulit, dan juga waktu pengerjaan yang kurang efisien maka penelitian tentang pengolahan kulit perkamen dengan mesin menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini diawali dengan melakukan studi lapangan sekaligus menjadi sarana sosialisasi Program Riset Berdikari dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud 2024. Melalui pendekatan pemberdayaan UMKM dan pengembangan inovasi teknologi alat penyamakan kulit. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM membutuhkan teknologi penyamakan yang lebih efisien dan higienis guna meningkatkan kualitas produk. Program Riset Berdikari berpotensi menjadi jembatan antara kebutuhan UMKM dan dunia riset untuk menghadirkan teknologi tepat guna.
TEKNOLOGI PENYAMAKAN KULIT PERKAMEN TERINTEGRASI UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI DAN PELESTARIAN BUDAYA UMKM KRIYA WAYANG KULIT Novilasari, Ima; Rahmawati, Junende; Priyono, Rohmad Eko; Rahmawati, Ari Dwi
AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol 7 No 3 (2025): AKSELERASI: JURNAL ILMIAH NASIONAL
Publisher : GoAcademica Research dan Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jin.v7i3.1457

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengatasi masalah inefisiensi waktu, ketidakstabilan kualitas, serta risiko kesehatan dalam proses penyamakan kulit tradisional pada UMKM Kriya Wayang Kulit melalui pengembangan teknologi penyamakan kulit perkamen terintegrasi. Pendekatan yang digunakan adalah rekayasa desain (Detail Engineering Design/DED) yang disertai delapan siklus uji purwarupa terhadap tiga unit mesin utama: Mesin Drum, Alat Pementang/Togel, dan Mesin Buffing. Evaluasi dampak dilakukan secara komparatif sebelum dan sesudah intervensi, dengan penekanan pada aspek ekonomi dan sosial, didukung data kapasitas produksi dan survei relevansi pasar. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan terhadap efisiensi waktu, di mana proses produksi yang sebelumnya berlangsung dalam hitungan minggu dapat dipersingkat menjadi beberapa hari, serta Mesin Drum berhasil mencapai kapasitas target 10–20 lembar per siklus. Secara sosial, teknologi ini memiliki daya terima pasar yang tinggi dan berkontribusi pada pelestarian budaya kriya wayang kulit. Namun, Mesin Buffing belum mampu menghasilkan ketebalan seragam (0,5–1 mm) sehingga membutuhkan rekayasa ulang desain. Secara keseluruhan, teknologi penyamakan kulit terintegrasi ini memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas UMKM dan mendukung keberlanjutan budaya lokal.