Articles
Pengaruh Kualitas dan Pemasangan Kabel Suplai Pada Peralatan Rumah Tangga Sesuai SNI IEC 60335-1:2009
Mohamad Marhaendra Ali
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (715.106 KB)
|
DOI: 10.36048/jtpii.v2i2.3467
Pemasangan kabel dan kualitas isolasi kabel pada peralatan rumah tangga harus tahan tekanan listrik terhadap gaya tarik dan torsi dan aman terhadap arus hubung singkat. Pengujian dilakukan sesuai klausal 23 tentang pengkawatan internal dan klausal 25 tentang sambungan suplai dan senur fleksibel eksternal pada produk kipas angin, pompa air dan seterika listrik. Metode pengujian yang digunakan adalah inspeksi pengawatan dalam, kekuatan dielektrik bahan isolasi, luas penampang konduktor, uji tarik dan torsi. Topik penulisan ini membahas faktor penyebab kegagalan pengujian dan cara memperbaikinya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa piranti yang baik mempunyai pengawatan dalam yang memadai terhadap bagian tajam, bagian bergerak dan panas. Selain itu kabel fleksibel eksternal menggunakan standard kabel yang dipersyaratkan sesuai arus dan berat pirantinya, mempunyai jangkar kabel yang kuat dan pergeseran kabel < 2 mm setelah uji tarik dan torsi sehingga terjamin keselamatan pengguna selama penggunaan normal.Cabling and cord insulation qualities on household appliances should withstand electrical pressure against pull force and torque and are safe against short circuit currents. The test is carried out in accordance with clause 23 about internal wiring and clause 25 about supply connection and external flexible cords on fan, water pumps and electric iron. Test methods used are internal wiring inspection, dielectric strength of insulation material, conductor of cross section area, pull test and torque test. This topic discusses the causes of test failure and how to fix it. The test results indicate that a good device has adequate internal wiring of sharp, moving parts and heat. In addition, the external flexible cord use standard cables required according to current and weight of the equipment, have a strong cable anchors and shifting cables <2 mm after pull test and torque to ensure user safety during normal use.
EMISI RADIASI SPEAKER AKTIF PADA FREKUENSI 30 MHz - 1 GHz DAN 1 – 6 GHz
Agung Yanuar Wirapraja;
Mohamad Marhaendra Ali
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 4, No 2 (2019): Vol. 4, No. 2, November 2019
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (669.863 KB)
|
DOI: 10.36048/jtpii.v4i2.5736
Speaker merupakan piranti atau komponen yang kedudukannya hampir tidak bisa dipisahkan lagi dengan perangkat elektronika lainnya. Speaker aktif banyak digunakan ditempat tinggal, rumah ibadah, perkantoran hingga pertokoan. Saat ini speaker aktif dilengkapi oleh beberapa fitur komunikasi nirkabel untuk mempermudah proses pengiriman suara yang akan dihasilkan. Kemajuan teknologi komunikasi nirkabel juga dapat menghasilkan radiasi elektromagnetik yang dapat memberikan gangguan perangkat elektronik lain yang ada disekitarnya. Penelitian ini secara khusus menganalisa emisi radiasi elektromagnetik pada speaker aktif. Penelitian ini menggunakan dua kelompok speaker aktif yaitu speaker aktif dengan kabel suplai listrik dan speaker aktif menggunakan baterai. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan kabel suplai listrik dan baterai terhadap nilai emisi radiasi speaker aktif. Metoda pengujian mengacu pada CISPR 32 yaitu emisi radiasi pada frekuensi 30 MHz – 1 GHz dan 1 – 6 GHz. Speaker aktif dengan menggunakan baterai memiliki nilai emisi radiasi elektromagnetik yang lebih rendah jika dibandingkan speaker aktif dengan kabel suplai listrik langsung. Semua speaker aktif dengan baterai lulus persyaratan uji CISPR 32 emisi radiasi elektromagnetik pada frekuensi 30 MHz – 1 GHz.
Pengaruh Ketahanan Insulasi Pada Lampu LED Swabalast Terhadap keselamatan Pengguna Sesuai SNI IEC 62560:2015
Mohamad Marhaendra Ali;
Gunawan Sukaca;
Zaenal Panutup Aji
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 5, No 2 (2020): Vol. 5, No. 2, November 2020
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36048/jtpii.v5i2.6595
Kerusakan lampu LED paling banyak terjadi pada ketahan insulasi yang kurang baik sehingga membahayakan keselamatan pengguna. Sesuai SNI IEC 62560:2015 yang berkaitan dengan uji ketahanan insulasi yaitu pada klausal Ketahanan insulasi setelah perlakuan kelembaban, Ketahanan terhadap kuat listrik setelah perlakuan kelembaban, Ketahanan insulasi dan kuat listrik pada kondisi lembab setelah uji kuat mekanis. Hal yang perlu diperhatikan pada ketahanan insulasi pada lampu LED swabalast adalah kualitas bahan terutama selungkup harus memadai, tidak terlalu tipis dan mampu meredam daya hantar listrik dengan resistansi minimal 4 MΩ, kekuatan perekat / lem pada selungkup ke glasstube atau selungkup ke kaki lampu harus kuat dan tidak mudah bergeser atau terbuka dan bagian bertegangan tidak langsung terlihat sehingga apabila terdapat jejak air atau pergeseran selungkup akibat uji mekanik maka tidak terjadi flashover / tembus tegangan.
Pengaruh Ketahanan Insulasi Pada Lampu LED Swabalast Terhadap keselamatan Pengguna Sesuai SNI IEC 62560:2015
Mohamad Marhaendra Ali;
Gunawan Sukaca;
Zaenal Panutup Aji
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 5, No 2 (2020): Vol. 5, No. 2, November 2020
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36048/jtpii.v5i2.6595
Kerusakan lampu LED paling banyak terjadi pada ketahan insulasi yang kurang baik sehingga membahayakan keselamatan pengguna. Sesuai SNI IEC 62560:2015 yang berkaitan dengan uji ketahanan insulasi yaitu pada klausal Ketahanan insulasi setelah perlakuan kelembaban, Ketahanan terhadap kuat listrik setelah perlakuan kelembaban, Ketahanan insulasi dan kuat listrik pada kondisi lembab setelah uji kuat mekanis. Hal yang perlu diperhatikan pada ketahanan insulasi pada lampu LED swabalast adalah kualitas bahan terutama selungkup harus memadai, tidak terlalu tipis dan mampu meredam daya hantar listrik dengan resistansi minimal 4 MΩ, kekuatan perekat / lem pada selungkup ke glasstube atau selungkup ke kaki lampu harus kuat dan tidak mudah bergeser atau terbuka dan bagian bertegangan tidak langsung terlihat sehingga apabila terdapat jejak air atau pergeseran selungkup akibat uji mekanik maka tidak terjadi flashover / tembus tegangan.
Pengaruh Kualitas dan Pemasangan Kabel Suplai Pada Peralatan Rumah Tangga Sesuai SNI IEC 60335-1:2009
Mohamad Marhaendra Ali
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (715.106 KB)
|
DOI: 10.36048/jtpii.v2i2.3467
Pemasangan kabel dan kualitas isolasi kabel pada peralatan rumah tangga harus tahan tekanan listrik terhadap gaya tarik dan torsi dan aman terhadap arus hubung singkat. Pengujian dilakukan sesuai klausal 23 tentang pengkawatan internal dan klausal 25 tentang sambungan suplai dan senur fleksibel eksternal pada produk kipas angin, pompa air dan seterika listrik. Metode pengujian yang digunakan adalah inspeksi pengawatan dalam, kekuatan dielektrik bahan isolasi, luas penampang konduktor, uji tarik dan torsi. Topik penulisan ini membahas faktor penyebab kegagalan pengujian dan cara memperbaikinya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa piranti yang baik mempunyai pengawatan dalam yang memadai terhadap bagian tajam, bagian bergerak dan panas. Selain itu kabel fleksibel eksternal menggunakan standard kabel yang dipersyaratkan sesuai arus dan berat pirantinya, mempunyai jangkar kabel yang kuat dan pergeseran kabel < 2 mm setelah uji tarik dan torsi sehingga terjamin keselamatan pengguna selama penggunaan normal.Cabling and cord insulation qualities on household appliances should withstand electrical pressure against pull force and torque and are safe against short circuit currents. The test is carried out in accordance with clause 23 about internal wiring and clause 25 about supply connection and external flexible cords on fan, water pumps and electric iron. Test methods used are internal wiring inspection, dielectric strength of insulation material, conductor of cross section area, pull test and torque test. This topic discusses the causes of test failure and how to fix it. The test results indicate that a good device has adequate internal wiring of sharp, moving parts and heat. In addition, the external flexible cord use standard cables required according to current and weight of the equipment, have a strong cable anchors and shifting cables <2 mm after pull test and torque to ensure user safety during normal use.
EMISI RADIASI SPEAKER AKTIF PADA FREKUENSI 30 MHz - 1 GHz DAN 1 – 6 GHz
Agung Yanuar Wirapraja;
Mohamad Marhaendra Ali
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 4, No 2 (2019): Vol. 4, No. 2, November 2019
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36048/jtpii.v4i2.5736
Speaker merupakan piranti atau komponen yang kedudukannya hampir tidak bisa dipisahkan lagi dengan perangkat elektronika lainnya. Speaker aktif banyak digunakan ditempat tinggal, rumah ibadah, perkantoran hingga pertokoan. Saat ini speaker aktif dilengkapi oleh beberapa fitur komunikasi nirkabel untuk mempermudah proses pengiriman suara yang akan dihasilkan. Kemajuan teknologi komunikasi nirkabel juga dapat menghasilkan radiasi elektromagnetik yang dapat memberikan gangguan perangkat elektronik lain yang ada disekitarnya. Penelitian ini secara khusus menganalisa emisi radiasi elektromagnetik pada speaker aktif. Penelitian ini menggunakan dua kelompok speaker aktif yaitu speaker aktif dengan kabel suplai listrik dan speaker aktif menggunakan baterai. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan kabel suplai listrik dan baterai terhadap nilai emisi radiasi speaker aktif. Metoda pengujian mengacu pada CISPR 32 yaitu emisi radiasi pada frekuensi 30 MHz – 1 GHz dan 1 – 6 GHz. Speaker aktif dengan menggunakan baterai memiliki nilai emisi radiasi elektromagnetik yang lebih rendah jika dibandingkan speaker aktif dengan kabel suplai listrik langsung. Semua speaker aktif dengan baterai lulus persyaratan uji CISPR 32 emisi radiasi elektromagnetik pada frekuensi 30 MHz – 1 GHz.
Pengaruh Uji Minimum Kelistrikan Untuk Keselamatan Pengguna Pada Blender
Mohamad Marhaendra Ali;
Gunawan Sukaca
Jurnal Arus Elektro Indonesia Vol 7 No 3 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19184/jaei.v7i3.28142
Piranti blender sebelum diedarkan membutuhkan suatu pemeriksaan secara sistematis sesuai Permendag nomer 18 tahun 2019 sehingga mutu produk pada hasil produksi dapat terjaga kualitasnya. Uji minimum kelistrikan untuk keselamatan penggunan terdiri dari uji klausal 8 yaitu perlindungan terhadap akses bagian aktif dan uji klausal 13 yaitu arus bocor dan kuat listrik sesuai SNI 7859:2013 dan SNI IEC 60335-2-14:2011. Metode pengukuran pada uji arus bocor disesuaikan dengan kelas pirantinya sedangkan uji kuat listrik disesuaikan dengan jenis insulasinya Sedangkan uji perlindungan terhadap akses bagian aktif disesuaikan dengan pelindung yang berdekatan dengan bagian bertegangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa piranti yang baik adalah apabila nilai arus bocor tidak melebihi standard yang dipersyaratkan dan tidak terjadi tembus tegangan antara bagian logam yang bertegangan dengan bagian pelindungnya yang terbuat dari plastik atau sejenisnya. Sedangkan bagian permukaan luarnya lebih tertutup untuk menghindari kontak langsung dengan bagian logam atau bagian bertegangan sehingga tidak mengandung arus yang menggangu keselamatan pengguna.
Pengaruh Kontruksi Kipas Angin Terhadap Keselamatan Pengguna Sesuai SNI 7609:2011
Mohamad Marhaendra Ali;
Lukman Hanafi
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 6, No 2 (2021): Vol. 6, No. 2, November 2021
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36048/jtpii.v6i2.7424
Konstruksi pada kipas terhadap persyaratan keselamatan pengguna sesuai SNI 7609:2011. Pengujian dilakukan sesuai klausal 20 tentang kestabilan dan bahaya mekanik, klausal 21 tentang kuat mekanik dan klausal 22 tentang kontruksi pada produk kipas angin. Metode pengujian yang digunakan adalah uji pukul, uji tarik dan tekan serta inspeksi kontruksinya terhadap bagian bertegangan dan bagian bergerak yang disesuaikan dengan kelas pirantinya. Topik penulisan ini membahas faktor penyebab kegagalan pengujian dan cara memperbaikinya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa piranti yang baik adalah tidak boleh ada kerusakan atau pecah pada pelindung di bagian bergerak dan bagian bertegangan sehingga tidak mudah tersentuh. Selain itu tidak boleh ada kerusakan pada celah isolasi, dan stabil sehingga terjamin keselamatan pengguna selama penggunaan normal.
Pengaruh Thermostat dan Thermal Fuse Pada Produk Penanak Nasi Terhadap Keselamatan Pengguna
Mohamad Marhaendra Ali;
Agung Yanuar Wirapraja
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 6, No 2 (2021): Vol. 6, No. 2, November 2021
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36048/jtpii.v6i2.7423
Penanak nasi adalah peranti listrik rumah tangga yang apabila beredar dipasaran wajib lulus uji sesuai SNI IEC 60335-1:2009 tentang persyaratan umum uji keselamatan dan SNI IEC 60335-2-15:2011 tentang persyaratan khusus untuk pemanas cairan. Klausal standard yang paling sering terjadi kegagalan pada proses pengujian adalah klausal 11 tentang pemanasan dan klausal 19 tentang uji operasi abnormal. Pengujian dilakukan untuk mengetahui perubahan suhu yaitu klausal 11 pada saat penggunaan normal dan klausal 19 pada saat thermostat dihubungsingkatkan. Pengaruh keberadaan dan kinerja komponen termostat dan thermal fuse menjadi topik yang dibahas pada penulisan ini. Cara kerja thermostast sebagai pengatur suhu yang bekerja secara otomatis berdasarkan prinsip umpan balik dan thermal fuse untuk menurunkan atau memutus arus yang masuk kedalam termostat secara simultan dan periodik apabila telah melebihi batas ambang kapasitasnya sehingga menghindari resiko kebakaran dan pengaruh buruk lainnya terhadap keselamatan pengguna. Hasil pengujian perubahan suhu terhadap 9 buah piranti penanak nasi yang terekam pada alat hybrid recorder pada klausal 11 terlihat bahwa sebagian besar bentuk grafik mendekati lurus yang menunjukkan bahwa termostat berfungsi dengan baik sedangkan pada klausal 19 terlihat sebagian besar bentuk grafik selalu naik hingga waktu tertentu mengalami penurunan yang menunjukkan bahwa thermal fuse bekerja menurunkan atau memutus arus yang berlebihan.
Pengaruh Thermostat dan Thermal Fuse Pada Produk Penanak Nasi Terhadap Keselamatan Pengguna
Mohamad Marhaendra Ali;
Agung Yanuar Wirapraja
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 6, No 2 (2021): Vol. 6, No. 2, November 2021
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36048/jtpii.v6i2.7423
Penanak nasi adalah peranti listrik rumah tangga yang apabila beredar dipasaran wajib lulus uji sesuai SNI IEC 60335-1:2009 tentang persyaratan umum uji keselamatan dan SNI IEC 60335-2-15:2011 tentang persyaratan khusus untuk pemanas cairan. Klausal standard yang paling sering terjadi kegagalan pada proses pengujian adalah klausal 11 tentang pemanasan dan klausal 19 tentang uji operasi abnormal. Pengujian dilakukan untuk mengetahui perubahan suhu yaitu klausal 11 pada saat penggunaan normal dan klausal 19 pada saat thermostat dihubungsingkatkan. Pengaruh keberadaan dan kinerja komponen termostat dan thermal fuse menjadi topik yang dibahas pada penulisan ini. Cara kerja thermostast sebagai pengatur suhu yang bekerja secara otomatis berdasarkan prinsip umpan balik dan thermal fuse untuk menurunkan atau memutus arus yang masuk kedalam termostat secara simultan dan periodik apabila telah melebihi batas ambang kapasitasnya sehingga menghindari resiko kebakaran dan pengaruh buruk lainnya terhadap keselamatan pengguna. Hasil pengujian perubahan suhu terhadap 9 buah piranti penanak nasi yang terekam pada alat hybrid recorder pada klausal 11 terlihat bahwa sebagian besar bentuk grafik mendekati lurus yang menunjukkan bahwa termostat berfungsi dengan baik sedangkan pada klausal 19 terlihat sebagian besar bentuk grafik selalu naik hingga waktu tertentu mengalami penurunan yang menunjukkan bahwa thermal fuse bekerja menurunkan atau memutus arus yang berlebihan.