M. Yoga Supeno
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGGUNA JALAN DALAM WUJUD KARYA CIPTA MUSIK BERJUDUL “BANGJO” Raden Aditya Nugraha; M. Yoga Supeno
SELONDING Vol 16, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v16i1.5053

Abstract

Komposisi Kala M. Yoga Supeno
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 13, No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v13i1.514

Abstract

Komposisi ini merupakan representasi dari sebuah perubahan pola pikir manusia yang dari zaman ke zaman selalu bergerak maju. Kala yang berarti waktu merupakan refl eksi garis panjang sejarah dari terbentuk dan berkembangnya peradaban pada masa lampau. Perkembangan waktu tersebut kemudian dijadikan tiga bagian waktu (prasejarah, sejarah, modern) untuk menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap waktu khususnya di provinsi Lampung. Secara garis besar penyajian Kala adalah memadukan instrumen musik Barat dan etnis yang sebagian besar instrumen terdiri dari instrumen perkusi seperti marimba, vibraphone, xylophone, chime, drumset, bonang Sunda, cetik, rebana serta ditambah dengan instrumen melodis seperti akodion, biola, gambus, dan electric bass. Motif dan teknik permainan merupakan salah satu penggambaran dari ketiga zaman tersebut yang menghasilkan suasana liar, agamis, dan modernisasi dan bernuansa etnis Lampung dan Melayu.Kata kunci: Kala/waktu, sejarah Lampung.ABSTRACTThe Kala Music Composition. This composition is a representation of a human mindset change which is alwaysmoving forward from time to time. Kala which means time is a refl ection of a history starting from when the history andthe civilization were formed and developed in the past. Then, the time development is divided into a three-part time(prehistory, history, modern) to describe the changes that may occur at any time, especially in the province of Lampung.Basically, the presentation of Kala is combining the western and ethnic musical instruments that most of the them consistof percussion instruments such as marimba, vibraphone, xylophone, chime, drum set, bonang Sunda, cetik, tambourines, and melodic instruments such as accordion, violin, harp, and electric bass. The motive and technique of the performance is one of the three depictions of the era that produces the wild and religious atmosphere, modernization, and that is nuanced by Lampung and Malay ethnics.Keywords: Kala /time, history of Lampung
Aspek Sains dan Budaya Instrumen Cetik dalam Tinjauan Etno Organologi Akustik M. Yoga Supeno; Ary Nugraha
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 7 No 2 (2021): Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya (Mei)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v7i2.362

Abstract

Abstrak Pro dan kontra instrumen cetik muncul karena ada pemaksaan mindset dan masih terbatasnya kajian pada wilayah aspek sains budaya. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini fokus untuk menelaah aspek sains budaya cetik melalui perspektif etno organologi akustik. Metode penelitian mempergunakan campuran konkuren untuk mempertemukan kualitatif sebagai pelaksana penelitian sedangkan kuantitatif sebagai eksekusi data akhir, analisis merupakan komparasi komponen intramusikal dari program audacity dengan komponen ekstramusikal. Penelitian menunjukkan bahwa aspek sains mempunyai relasi dengan fungsinya dalam masyarakat berbasis kearifan lokal jenius. Abstract The pros and cons of the cetik instrument arise because there is an imposition of the mindset and the limited study in the area of cultural science aspects. Based on these problems, this research focuses on examining the aspects of cetik culture science through the perspective of acoustic ethno organology. The research method uses a concurrent mixture, to bring together the qualitative as the research implementer, while the quantitative as the final data execution, the analysis is a comparison of the intramusical component of the audacity program with the extramusical component. Research shows that aspects of science have a relationship with their function in a society based on genius local wisdom.
Inovasi Pembelajaran Kesenian Ndolalak “Egol Langen Kredho Santosa” Dusun Jlarang, Desa Kalijoso, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang Supeno, M. Yoga
Jurnal Pendidikan dan Penciptaan Seni Vol 4, No 1 (2024): Jurnal Pendidikan dan Penciptaan Seni - Mei
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34007/jipsi.v4i1.440

Abstract

Kesenian tradisional seringkali menghadapi tantangan dalam hal inovasi dan manajemen, termasuk kesenian Ndolalak “Egol Langen Kredo Santoso” yang mengalami kesulitan dalam pengembangan musik, gerak tari, dan manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sublimasi inovasi melalui transmisi kompetensi dan pengetahuan profesionalisme guna mengatasi permasalahan tersebut. Pendekatan konsep Pika digunakan sebagai kerangka teori dalam penelitian ini. Metode penelitian yang diterapkan adalah etnografi, dengan pengumpulan data melalui studi lapangan dan wawancara, sementara analisis data dilakukan melalui interaksi berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sublimasi inovasi pada aspek instrumentasi, pola tabuhan, pola gerakan, dan konsep manajemen dapat meningkatkan aspek estetika kesenian Ndolalak dan kualitas manajemennya. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional melalui pendekatan inovatif yang terstruktur dan berbasis kompetensi profesional.
Pelatihan Karawitan di Paguyuban Laras Budoyo Makmur Desa Sukomakmur, Kajoran, Magelang Supeno, M. Yoga; Wijaya, Adi
Jurnal Pengabdian Seni Vol 6, No 1 (2025): MEI 2025
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jps.v6i1.14602

Abstract

Artikel ini mengkaji implementasi program penyuluhan seni karawitan di Paguyuban "Laras Budoyo Makmur", Desa Sukomakmur, Kajoran, Magelang. Tujuan pengabdian adalah memaparkan metode program penyuluhan dalam meningkatkan kualitas permainan gamelan dan pemahaman gending gaya Yogyakarta dan Surakarta. Metode pelaksanaan dilakukan melalui pendekatan secara personal baik itu secara ceramah, tanya jawab, diskusi, maupun eksplorasi. Program penyuluhan diikuti oleh lebih dari 25 anggota paguyuban dengan total pertemuan sebanyak 12 kali dalam jangka waktu satu bulan. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa program penyuluhan berhasil meningkatkan kemampuan teknis dan pemahaman teoretis anggota paguyuban terhadap seni karawitan. Melalui evaluasi pada akhir pelatihan, anggota telah berhasil menabuh sesuai dengan tata cara permainan masing–masing gaya gending. Pengabdian ini memberikan kontribusi terhadap model pengembangan seni tradisional berbasis masyarakat. This article examines the implementation of a karawitan (traditional Javanese music) outreach program at the “Laras Budoyo Makmur” Association in Sukomakmur Village, Kajoran District, Magelang Regency. The program aimed to improve the quality of gamelan performance and deepen participants’ understanding of Yogyakarta and Surakarta-style gending (musical compositions). The program was conducted using a personalized approach through lectures, Q&A sessions, discussions, and exploratory practices. It was attended by over 25 members of the association, with 12 sessions held over the course of one month. The results indicate that the program significantly enhanced both the technical skills and theoretical knowledge of participants. Evaluation at the end of the training showed that members were able to perform according to the stylistic conventions of each gending tradition. This initiative contributes to the development of a community-based model for the preservation and growth of traditional arts.
Pelatihan Karawitan di Paguyuban Laras Budoyo Makmur Desa Sukomakmur, Kajoran, Magelang Supeno, M. Yoga; Wijaya, Adi
Jurnal Pengabdian Seni Vol 6, No 1 (2025): MEI 2025
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jps.v6i1.14602

Abstract

Artikel ini mengkaji implementasi program penyuluhan seni karawitan di Paguyuban "Laras Budoyo Makmur", Desa Sukomakmur, Kajoran, Magelang. Tujuan pengabdian adalah memaparkan metode program penyuluhan dalam meningkatkan kualitas permainan gamelan dan pemahaman gending gaya Yogyakarta dan Surakarta. Metode pelaksanaan dilakukan melalui pendekatan secara personal baik itu secara ceramah, tanya jawab, diskusi, maupun eksplorasi. Program penyuluhan diikuti oleh lebih dari 25 anggota paguyuban dengan total pertemuan sebanyak 12 kali dalam jangka waktu satu bulan. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa program penyuluhan berhasil meningkatkan kemampuan teknis dan pemahaman teoretis anggota paguyuban terhadap seni karawitan. Melalui evaluasi pada akhir pelatihan, anggota telah berhasil menabuh sesuai dengan tata cara permainan masing–masing gaya gending. Pengabdian ini memberikan kontribusi terhadap model pengembangan seni tradisional berbasis masyarakat. This article examines the implementation of a karawitan (traditional Javanese music) outreach program at the “Laras Budoyo Makmur” Association in Sukomakmur Village, Kajoran District, Magelang Regency. The program aimed to improve the quality of gamelan performance and deepen participants’ understanding of Yogyakarta and Surakarta-style gending (musical compositions). The program was conducted using a personalized approach through lectures, Q&A sessions, discussions, and exploratory practices. It was attended by over 25 members of the association, with 12 sessions held over the course of one month. The results indicate that the program significantly enhanced both the technical skills and theoretical knowledge of participants. Evaluation at the end of the training showed that members were able to perform according to the stylistic conventions of each gending tradition. This initiative contributes to the development of a community-based model for the preservation and growth of traditional arts.