Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Potensi Lamun Sebagai Penunjang Ekowisata Bahari di Pantai Ketapang, Desa Batu Menyan, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung Anma Hari Kusuma
Journal of Tropical Fisheries Management Vol 6 No 2 (2022): Journal of Tropical Fisheries Management
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jppt.v6i2.43852

Abstract

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem yang produktif dan penting. Ekosistem lamun sebagai ekologi bagi biota laut, produksi perikanan dan pariwisata bahari. Wisata merupakan bentuk pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepuasan manusia. Penelitian ini dilakukan September 2021. Lokasi penelitian di Pantai Ketapang, Desa Batu Menyan, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pantai Ketapang yang merupakan kawasan pantai dimanfaatkan oleh penduduk lokal dan pelaku usaha. Di Pantai Ketapang ditemukan 2 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides dan Thallasia hemperichi. Kondisi fisika-kimia perairan masih dibawah baku mutu. Komposisi jenis makrozoobentos terdapat 3 kelas yaitu Kelas Gastropoda, Bivalvia dan Asteriodea. Indeks ksesuaaian wilayah ekowisata lamun masuk ke dalam kategori sesuai. Daya dukung lingkungan lamun yaitu 90 orang/hari. Secara keseluruhan Pantai Ketapang sesuai untuk ekowisata lamun.
Peningkatan Kapasitas Kelompok Rentan Bencana (KRB) Melalui Program Sekolah Siaga Bencana (SSB) Sebagai Upaya Mitigasi Bencana di Desa Trimulyo Kabupaten Pesawaran Moh Muhaemin; Henky Mayaguezz; Anma Hari Kusuma; Oktora Susanti; Siti Hudaidah; eko Efendi
Jurnal Pengabdian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Vol 1, No 2 (2022): Jurnal Pengabdian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Publisher : Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpfp.v1i2.5847

Abstract

Bencana di kawasan pesisir dapat terjadi kapan saja dengan skala bencana dan cenderung berdampak besar bagi masyarakat terutama kelompok rentan. Amanat UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa kelompok rentan merupakan kelompok masyarakat berisiko tinggi, karena berada dalam situasi dan kondisi yang kurang memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam menghadapi risiko bencana atau ancaman bencana,  Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan mengidentifikasi peluang bencana di sekitarnya dan meningkatkan keterampilan penanganan diri untuk mengurangi resiko kebencaan yang diderita. Peningkatan kapasitas kelompok mayarakat rentan dilakukan dengan mengadakan kegiatan penyuluhan tatap muka, dan kegiatan simulasi bencana kepada sejumlah siswa sekolah dasar (SD) dan masyarakat desa setempat. Pemilihan kelompok rentan tersebut didasarkan pada kondisi demografi masyarakat setempat. Kegiatan pengabdian mendapatkan adanya peningkatan pengetahuan dan kemampuan kelompok masyarakat rentan dalam mengidentifikasi dan menangani jenis dan resiko kebencanaan di daerahnya.
STRUKTUR KOMUNITAS KARANG PASCA TSUNAMI DI DESA KUNJIR, KECAMATAN RAJABASA, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, PROVINSI LAMPUNG Anma Hari Kusuma; Amril Ma’ruf Siregar; Helvi Yanfika; Puspita Yuliandari; Muhammad Havis; Lusmeilia Afriani; Rudy Rudy
Jurnal Perikanan Unram Vol 12 No 2 (2022): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v12i2.301

Abstract

Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir yang memiliki peranan penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Namun karang sangat rentan terhadap kerusakan. Kerusakan tersebut dapat yang disebabkan faktor bencana alam seperti tsunami. Desa Kunjir merupakan salah satu desa terkena dampak dari bencana tsunami. Penelitian ini bertujuan mengukur struktur komunitas ekosistem di Desa Kunjir. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni-Desember 2021 menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT). Hasil penilitian menunjukkan tutupan habitat bentik di Desa Kunjir sebagian besar berupa abiotik, dan patahan karang serta hanya sebagian kecil berupa karang hidup. Gelombang tsunami mengakibatkan ekosistem terumbu karang di perairan Desa Kunjir berada dalam kondisi rusak dengan kategori tinggi. Kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi terhadap surnberdaya laut dan pesisir sangat dibutuhkan untuk memperbaiki ekosistem perairan dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat dengan pendampingan yang intensif.
ESTIMASI PENYIMPANAN KARBON EKOSISTEM LAMUN DI DESA SUKAJAYA, KABUPATEN PESAWARAN anma hari kusuma; Eko Efendi; Amril Ma’ruf Siregar; Novi Susetyo Adi; Agustin Rustam; Nazolla Audia Laresty
Jurnal Perikanan Unram Vol 14 No 1 (2024): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v14i1.783

Abstract

Climate change is caused by an increase in the concentration of greenhouse gases, especially carbon dioxide (CO2) in the atmosphere since the industrial revolution. One of the ways to mitigate climate change is blue carbon. Blue carbon is the ability of coastal and marine ecosystems to absorb CO2 in the atmosphere through the process of photosynthesis and convert it into biomass and deposit it in sediment. Seagrass is one such blue carbon ecosystem. Seagrass is an ecosystem formed from higher plants that are able to adapt to saline environments by living completely submerged in the sea. This research was conducted with the aim of analyzing carbon stores in the seagrass ecosystem in Sukajaya Village. This research was conducted in Sukajaya Village, Pesawaran Regency, Lampung Province. The results of this research are that the composition of seagrass consists of Enhalus acoroides, Thallasia hemperichi and Halodule uninervis. Seagrass vegetation carbon stores are 31,94 gC/m2 while seagrass sediment carbon stores are 12,02 gC/m2. Keywords: Climate Change, Blue Carbon, Sea Grass, Sukajaya Village