Ida Bagus Gde Rama Wisesa
Laboratorium Parasitologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Preliminary Study: Detection of Ecto and Endoparasites Among Wild Rats From Urban Area in Blimbing, Malang, East Java shelly kusuma; Reza Yesica; Ida Bagus Gde Rama Wisesa; Jenny Hermanto; Yustia Nurholizah; Maria Widyaneni Trinastuti
Acta VETERINARIA Indonesiana 2021: Special Issues
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi...95-101

Abstract

Zoonotic parasitic infections is one of the global public health issues. The complex parasite transmission allows for the relationship between people, animals, vectors, and the environment. The existence of rat in the environment has an important role as a host and reservoir for various types of ecto and endoparasites. This study was conducted to collect informative data on the parasitic infection of wild rats in Blimbing sub-district, Malang city, East Java. A total number of eight wild rat were captured using live-traps from landfills during 4 days. They were classified by sex, weight and body length. The rats were anesthetized, collecting for any ectoparasites and then their carcasses were dissected for examinations of endoparasites. The result of this study show succesfull live-trap of rodents including Rattus norvegicus (87.5%) and Suncus murinus (12.5%). 50% of sampled rodents were male, 37.5% were female, and 12.5% of female the musk shrew. The presence of helminthes infection in all wild rats, namely Hymenolopis nana, Syphacia obvelata, Nippostrongylus brasiliensis. Furthermore, the ectoparasites identification were Xenopsylla cheopis, Echinolaelap echidninus, and blood protozoa identifications Trypanosoma lewisi. Based on the results show 100% of wild rats positive infections of endo-ectoparasites. This study indicates to continuous study among rodents’ parasites in wild rats in different urban areas and analysis of their potential impact on public health.
Data Prevalensi, Pemetaan Spasial, Analisis Morfologi, dan Morfometrik Trypanosoma lewisi Pada Tikus Liar Di Malang Reza Yesica; Yustia Nur Holizah; Herlina Pratiwi; Andreas Bandang Hardian; Shelly Kusumarini R; Ida Bagus Gde Rama Wisesa
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 10 No. 1 (2022): Maret 2022
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.10.1.71-79

Abstract

Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah ekstraseluler berflagela yaitu Trypanosoma sp. Trypanosoma lewisi adalah parasit darah pada tikus, yang ditularkan oleh pinjal Xenopsylla cheopis. Walaupun parasit ini bersifat non patogen, tetapi keberadaannya dapat mengancam kesehatan manusia. Kasus infeksi T. lewisi pada manusia telah dilaporkan di Thailand dan India, yang mengindikasikan bahwa penyakit ini dapat menginfeksi manusia dalam beberapa keadaan yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi T. lewisi berdasarkan morfologi dan morfometrik serta dilakukan perhitungan prevalensi dan pemetaan spasial kasus infeksi T. lewisi pada tikus liar di Malang. Sebanyak 74 ekor tikus dikumpulkan dari berbagai wilayah di Malang dengan menggunakan perangkap hidup tunggal. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi T. lewisi pada tikus liar di Malang dari bulan Agustus sampai Oktober 2020 sebesar 17,5%. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji Fisher, diperoleh hasil tidak ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara infeksi T. lewisi dengan jenis kelamin dan umur tikus. Morfologi T. lewisi memiliki posterior tipis dengan kinetoplas oval di sub-terminal, dan nukleus di anterior. Secara morfometrik, T. lewisi memiliki panjang rata-rata 33,19 μm, lebar 3,52 μm, panjang inti 7,82 μm, lebar inti 3,05 μm, panjang kinetoplas 5,25 μm, serta jarak inti ke kinetoplas 10,79 μm. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa Trypanosoma lewisi menginfeksi tikus liar dan hasil gambaran geografis didapatkan bahwa terdapat risiko penyebaran penyakit trypanosomiasis di wilayah Malang.
Efek Pemberian Ekstrak Oregano (Origanum Vulgare) Terhadap Histomorfometri Ileum Pada Mencit Kolibasilosis Indah Amalia Amri; Vinka Melinda; Fidi Nur Aini EPD; Ida Bagus Gde Rama Wisesa
Acta VETERINARIA Indonesiana 2022: Special Issues
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi...15-22

Abstract

Escherichia coli termasuk ke dalam bakteri koliform dengan famili enterobacteriaceae, bakteri tersebut mampu bertahan hidup di dalam salurann pencernaan. E. Coli berbentuk batang atau basil yang bersifat gram-negatif, fakultatif anaerob dan tidak mempunyai spora. Pemberian antibiotik streptomisin golongan aminoglikosida dapat bekerja dengan menghambat sintesis protein. Oregano (Origanum vulgare) kandungan yang dimiliki yaitu flavanoid, fenol cravaracol, glikosida fenolik, tanin, timol dan terpenoid. Fenol cravaracol dapat merusak membran sel dan dapat merusak DNA sel bakteri, serta mengurangi kerusakan sel ileum fenol sebagai antioksidan. Timol berfungsi akan meningkatkan permeabilitas membran sel. Penelitian bersifat eksperimental menggunakan mencit Balb/C (Mus musculus) jantan dengan berat badan 20-25 gr berumur 8-10 minggu. Penelitian ini menggunakan rangkaian acak yang terdiri dari K- (Sehat), K+ (induksi antibiotik streptomisin dan diinduksikan Escherichia coli), P1, P2, P3 diberikan antibiotik streptomisin dan induksi E. coli serta pemberian ekstrak origanum vulgare dengan konsentrasi 5 mg/ekor pada P1, 10 mg/ekor pada P2 dan 20 mg/ekor pada P3. Variabel yang diamati histopatologi ileum secara deskriptif dan histomorfometri dengan pengukuran panjang dan lebar vili menggunakan image J, dan dianalisa menggunakan uji One Way ANOVA dengan homogenitas dan normalitas p>0,05. Hasil peneilitian dan kesimpulan pada histopatologi dan histomorfometri menunjukan bahwa kelompok P1 (5 mg/ekor) tidak mengalami penurunan kerusakan pada epitel vili ileum serta tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan kontrol positif (K+). Sedangkan kelompok P1 (5 mg/ekor) berbeda nyata (p<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok P2 (10mg/ekor) dan P3 (20 mg/ekor).