Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Perbandingan Akurasi Berbagai Metode Kalibrasi Skala Pengukuran dalam Morfometri Eritrosit Elang Ular Bido (Spilornis cheela) Hardian, Andreas Bandang; Megarani, Dorothea Vera; Nugrahani, Warih Pulung; Rahmawati, Irhamna Putri
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (1) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.122 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.1.68

Abstract

Morfometri sel berguna untuk mendeteksi abnormalitas seluler berdasar pengukuran sel secara kuantitatif. Metode ini telah diterapkan pada berbagai pemeriksaan klinis yang melibatkan inspeksi morfologi sel seperti pemeriksaan sitologi, histopatologi, dan patologi digital. Kalibrator skala yang umum digunakan adalah mikrometer kalibrasi (calibration slide). Terbatasnya ketersediaan mikrometer kalibrasi di laboratorium sering menjadi hambatan dalam melakukan morfometri sel sehingga diperlukan alat alternatif yang terbukti memiliki akurasi yang sama. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan parameter morfometri eritrosit elang ular bido (Spilornis cheela) menggunakan tiga kalibrator berbeda: mikrometer kalibrasi, kamar hitung Neubauer, dan batang skala digital pada kamera mikroskop. Sebanyak 58 eritrosit elang ular bido dipilih dari preparat apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa dan difoto menggunakan kamera mikroskop. Seluruh sel diukur menggunakan aplikasi ImageJ. Kalibrasi pengukuran dilakukan dalam lima metode dengan kalibrator yang telah disebutkan. Analisis perbandingan secara statistika dilakukan dengan membandingkan rata-rata panjang sel, lebar sel, panjang nukleus, dan lebar nukleus melalui uji analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjutan Tukey’s Honestly Significant Difference (HSD). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada rata-rata parameter morfometri eritrosit berdasar lima metode kalibrasi. Hasil uji lanjutan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil pengukuran menggunakan kalibrasi dengan mikrometer kalibrasi (calibration slide) dan kamar hitung Neubauer. Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwa kamar hitung Neubauer dapat digunakan untuk menggantikan mikrometer kalibrasi (calibration slide) jika belum tersedia di fasilitas klinik maupun laboratorium.
Data Prevalensi, Pemetaan Spasial, Analisis Morfologi, dan Morfometrik Trypanosoma lewisi Pada Tikus Liar Di Malang Reza Yesica; Yustia Nur Holizah; Herlina Pratiwi; Andreas Bandang Hardian; Shelly Kusumarini R; Ida Bagus Gde Rama Wisesa
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 10 No. 1 (2022): Maret 2022
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.10.1.71-79

Abstract

Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah ekstraseluler berflagela yaitu Trypanosoma sp. Trypanosoma lewisi adalah parasit darah pada tikus, yang ditularkan oleh pinjal Xenopsylla cheopis. Walaupun parasit ini bersifat non patogen, tetapi keberadaannya dapat mengancam kesehatan manusia. Kasus infeksi T. lewisi pada manusia telah dilaporkan di Thailand dan India, yang mengindikasikan bahwa penyakit ini dapat menginfeksi manusia dalam beberapa keadaan yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi T. lewisi berdasarkan morfologi dan morfometrik serta dilakukan perhitungan prevalensi dan pemetaan spasial kasus infeksi T. lewisi pada tikus liar di Malang. Sebanyak 74 ekor tikus dikumpulkan dari berbagai wilayah di Malang dengan menggunakan perangkap hidup tunggal. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi T. lewisi pada tikus liar di Malang dari bulan Agustus sampai Oktober 2020 sebesar 17,5%. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji Fisher, diperoleh hasil tidak ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara infeksi T. lewisi dengan jenis kelamin dan umur tikus. Morfologi T. lewisi memiliki posterior tipis dengan kinetoplas oval di sub-terminal, dan nukleus di anterior. Secara morfometrik, T. lewisi memiliki panjang rata-rata 33,19 μm, lebar 3,52 μm, panjang inti 7,82 μm, lebar inti 3,05 μm, panjang kinetoplas 5,25 μm, serta jarak inti ke kinetoplas 10,79 μm. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa Trypanosoma lewisi menginfeksi tikus liar dan hasil gambaran geografis didapatkan bahwa terdapat risiko penyebaran penyakit trypanosomiasis di wilayah Malang.
Keragaman Massa Abnormal Superfisial pada Mencit (Mus musculus) di Malang Raya Andreas Bandang Hardian; Sang Ayu Putri Aristya Dewi; Maulidi Robingi Mardiyani Wukirani; Essly Hervianingsih Adha
Jurnal Veteriner Vol 22 No 4 (2021)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.116 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2021.22.4.554

Abstract

Mencit dikenal sebagai salah satu jenis hewan coba yang mudah dikembangbiakan. Beberapa galur mencit telah digunakan secara luas untuk tujuan riset eksperimental maupun komparatif. Akan tetapi, kontrol genetik dan beberapa aspek pemeliharaan lainnya seringkali kurang diperhatikan terutama pada peternakan mencit tradisional. Hal ini dapat memicu kemunculan beberapa jenis penyakit yang menyebabkan kerugian ekonomi peternak. Salah satu penyakit akibat rendahnya kualitas manajemen pemeliharaan mencit adalah kemunculan massa abnormal superfisial. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi variasi dan karakter morfologis dari temuan massa abnormal superfisial dari mencit-mencit di Malang Raya. Sebanyak 54 ekor mencit dengan massa abnormal superfisial dikoleksi dari tujuh peternakan mencit dan dieutanasi berdasar aturan berlaku. Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik dilakukan dengan prosedur standar. Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan prosedur Fine Needle Aspiration dengan pewarnaan Giemsa. Dua jenis morfologi utama yang dapat dikenali dikategorikan sebagai massa non-neoplastik dan nonneoplastik. Pemeriksaan sitologi pada massa neoplastik menunjukkan selularitas yang tinggi didominasi sel-sel epitelial sedangkan pada massa nonneoplastik didominasi oleh leukosit dan eritrosit. Arsitektur histopatologi dari 36 massa neoplastik menunjukkan karakter adenokarsinoma mammae sedangkan pada massa noneoplastik lebih bervariasi antara lain abses subkutan (13), hematoma (1), krusta (2), dan nodul granulasi (2). Simpulannya adalah massa abnormal superfisial yang muncul pada mencit-mencit yang dibudidayakan di Malang Raya dapat berupa adenokarsinoma, abses subkutan, dan hematoma. Kejadian adenokarsinoma mendominasi jenis massa yang ditemukan disusul oleh abses subkutan dan hematoma.
Tyrosine Kinase Gene Polymorphisms in Limousin (Bos taurus) Bull Correlation with Fresh Semen Qualities Ageng Ilham Ramadhani; Yudit Oktanella; Wawid Purwatiningsih; Andreas Bandang Hardian; Tatik Hernawati
Jurnal Veteriner Vol 23 No 4 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.480

Abstract

Tyrosine kinase (TEK) is the subgroup of protein kinases class. Tyrosine kinase (TEK) is a protein in spermatozoa plasm that functions as a mediator during spermatozoa penetration to pellucide zone 3 (PZ3) of the ovum. The purpose of this study was to analyse the variation of receptor tyrosine kinase genes related to the fresh semen qualities of limousin bulls, using Polymerase Chain Reaction Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) method with HindIII restriction enzyme in A/AGCTT restriction site. This study used 20 blood samples of limousin bull from BBIB Singosari Malang. DNA amplification carried out by PCR method using forward primer (TEK_F) 5'-TAGATTGTCGCTTGCCTGGG-3’ and reverse primer (TEK_R) 5'-CCTGTGCCGACAGGTTTACT-3’. The data analysis were obtained by counting the total of RFLP DNA fragments as the genetic variation. The correlation between the total of RFLP DNA fragments and the fresh semen qualities were analysed by Spearman correlation test with RStudio software. The polymorphic DNA fragments were on 136 bp, 88 bp, 72 bp, and 12 bp range. Monomorphic DNA fragment was on 39 bp range. Correlation coefficient between the RFLP DNA fragments total with semen pH was -0,158 (negative correlation) with the p-value 0,912; semen volume was -0.105 (negative correlation) with the p-value 0,659, sperm motility was -0,050 (positive correlation) with the p-value 0,831; and sperm concentration was 0,044 (positive correlation) with the p-value 0,852. The RFLP DNA fragment total with some fresh semen evaluation parameters had very low correlation with no significancy because of the p-value >0,05.
Umur Sangat Memengaruhi Kejadian Massa Abnormal Superfisial Nonneoplastik pada Mencit di Wilayah Malang Raya Adha, Essly Hervianingsih; Dewi, Sang Ayu Putri Aristya; Wukirani, Maulidi Robingi Mardiyani; Setianingrum, Ani; Hardian, Andreas Bandang
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (4) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.4.506

Abstract

Massa abnormal superfisial sering ditemukan pada mencit yang dibudidayakan di Malang Raya. Massa abnormal superfisial dapat bersifat neoplastik ataupun nonneoplastik, terletak pada bagian superfisial tubuh, dan relatif mudah teramati secara visual. Massa nonneoplastik merupakan massa dengan pertumbuhan yang lambat dan tidak memiliki sel-sel neoplastik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan faktor risiko umur dan kepadatan populasi di dalam kandang mencit terhadap kejadian massa nonneoplastik di Malang Raya. Spesimen diambil dengan metode koleksi secara purposif pada mencit dengan massa nonneoplastik pada delapan peternakan mencit di Malang Raya. Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk mengidentifikasi jenis massa nonneoplastik superfisial, sedangkan hasil wawancara dengan peternak digunakan sebagai data sekunder untuk mengetahui faktor risiko pada manajemen peternakan mencit. Proporsi kejadian divisualisasikan menggunakan QGIS 3.4.5 melalui peta sebaran proporsi temuan massa pada mencit di Malang Raya dan analisis faktor risiko menggunakan uji chi-square SPSS 26 untuk mengetahui ada tidaknya hubungan faktor risiko umur dan kepadatan kandang terhadap kejadian massa nonneoplastik superfisial pada mencit. Identifikasi histopatologi massa nonneoplastik superfisial menunjukkan setidaknya terdapat tiga variasi massa: abses subkutan, dermatitis, dan hematoma. Analisis faktor risiko dengan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara umur mencit dengan tingkat kejadian massa nonneoplastik superfisial dan tidak ditemukan adanya hubungan dengan kepadatan populasi dalam kandang. Kalkulasi Odd Ratio (OR) menunjukkan mencit dengan umur di atas dua bulan berpeluang 8,21 kali lipat untuk mengalami kejadian massa nonneoplastik superfisial dibandingkan mencit dengan rentang umur 0-2 bulan.
Blood Cells Morphometry and Descriptive Morphology of Captive Changeable Hawk Eagles (Nisaetus chirratus) at Wildlife Rescue Centre Jogja Hardian, Andreas Bandang; Nugrahani, Warih Pulung; Rahmawati, Irhamna Putri; Megarani, Dorothea Vera
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.69-78

Abstract

Providing qualitative and quantitative haematologic references of neglected captive wild animals is pivotal for the sanctuary health management and improvement. Changeable hawk eagles (Nisaetus chirratus) are abundantly kept in sanctuary in which no haematologic reference is ever reported. This study aimed to present the visual keys and morphometric references of changeable hawk eagles’ blood cells as the standard for further haematologic count. The peripheral blood smears were prepared and collected from eight changeable hawk eagles kept at Wildlife Rescue Centre Jogja then stained with 10-fold diluted Giemsa stain following the standard manners. All slides were inspected and captured under camera-equipped microscope which then were morphologically and morphometrically evaluated using ImageJ version 1.52a. As the changeable hawk eagles are naturally present in dark and bright morph, we statistically compared the blood cells morphometric parameters between morph-based groups. Changeable hawk eagles’ erythrocytes were oval shaped with occasional morphologic variation. Leukocyte consisted of polymorphonucleated granulocytes - with exception of basophils which lacked nuclear lobulation - and mononucleated agranulocytes. There were significant differences (P<0.05) of all erythrocyte morphometric parameters, heterophils diameter, and lymphocytes diameter between dark and bright morph group. Overall, the morphologic properties of changeable hawk eagles’ blood cells were visually identical to other avian species though the blood cells morphometry might be comparatively different.
Putative Mechanical Asphyxiation and Cerebral Cyst in a Sudden Death Changeable Hawk Eagle (Nisaetus chirratus) Hardian, Andreas Bandang; Nugrahani, Warih Pulung; Rahmawati, Irhamna Putri; Widyarini, Sitarina
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 3 (2023): November 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.3.220-227

Abstract

An adult changeable hawk eagle (Nisaetus chirratus) was found dead with no significant lesion. Previous health examination showed no abnormality suggesting that the bird underwent sudden death. Necropsy resulted no significant findings except intact living prey stuck at the upper digestive tract and nodular lesion accompanied with cerebral cyst in the cerebrum. Intact lizard body was found in the proventriculus suggesting that the bird showed odd feeding behaviour of failing to macerate the lizard. Thus, mechanical asphyxiation due to proventricular content compression was highly expected as the cause of this sudden death event. A cerebral cyst with nodular masses was present and might become space-occupying lesion in the cerebrum which distorted the cerebral parenchyma and affected the centre of neural response. Histopathology revealed that there were no proliferative reaction and neoplastic growth present. Hence, we presumed that the nodular masses came from outwards compression during the cyst formation.
The Method of Total Erythrocyte and Leukocyte Counting in Raptors at Wildlife Rescue Centre (WRC) Jogja Hardian, Andreas Bandang; Nugrahani, Warih Pulung Nugrahani; Rahmawati, Irhamna Putri Rahmawati; Megarani, Dorothea Vera Megarani
Veterinary Biomedical and Clinical Journal Vol. 2 No. 2 (2020)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.VetBioClinJ.2020.002.02.2

Abstract

Most of raptor species rehabilitated for conservation purpose at WRC Jogja are eagles. Annually, we perform general raptor examination involving conventional routine hematologic examination. However, low sample quality and over dense blood cell population during total erythrocyte and leukocyte counting were deemed as obstacles. This study aimed to give wider insight in how total erythrocyte and leukocyte counting was performed at WRC Jogja to overcome those obstacles. Firstly, handling and restraint were done physically adapting the Aba method. One-to-two half millilitres of blood was collected from the ulnar vein using 3-ml-syringe with 24-gauge-needle which was then preserved in an EDTA-containing tube and proceeded to subsequent method no more than 3 hours after collection. No hypovolemic shock was observed. During total erythrocyte and leukocyte counting using Neubauer-ruled counting chamber, we modified the dilution factor to be 250-fold and 50-fold respectively. This method yielded a countable cell density and can be applied in other species in similar condition.
Analysis of Slaughtering Points Distribution during Eid al-Adha 1440H in Malang City, East Java, Indonesia Adrenalin, Sruti Listra; Airlangga, Gegana Wimaldy; Hardian, Andreas Bandang
Veterinary Biomedical and Clinical Journal Vol. 2 No. 2 (2020)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.VetBioClinJ.2020.002.02.5

Abstract

Eid al-Adha is an annual Muslim celebration throughout the world indicated by sacrificing animals such as cattles, goats or sheep. This study aimed to analyse the distribution of slaughtering points, types and the number of animals being slaughtered as well as antemortem and postmortem abnormalities of the carcasses during Eid al-Adha 1440 H in Malang City. Data were collected from the geocode service location and the secondary data were obtained through questionnaire. This study listed a total of 145 slaughtering points located in Blimbing, Kedung Kandang, Klojen, Lowokwaru, and Sukun District with 3102 animals being sacrificed. The slaughtering points were taken place in the office yards, mosque yards, home yards, school yards or other public fields. As many as 75.86% of slaughtering points provided special shelters for the animals before being slaughtered. The antemortem examination resulted that animals from 21.38% of the slaughtering points suffered from conjunctivitis, lesions on the skin, broken horns, and lameness. Proportions of apparent postmortem abnormalities were measured respectively: cattle 64.83%, goat 41.38%, and sheep 4.14%.  Hence, we recommend to further involve the veterinarians to monitor the animal condition during Eid al-Adha and to ensure the slaughtering processes were done properly.
Yolk Binding Treatment for Reticulated Python in House of Pet Clinic: Penanganan Kasus Yolk Binding Pada Ular Sanca batik (Python reticulatus) di Klinik House of Pet Isnaeni, Intan Kirana; Setianingrum, Ani; Hardian, Andreas Bandang; Yesica, Reza; Herlambang, Anugrah Niki
Veterinary Biomedical and Clinical Journal Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.VetBioClinJ.2022.004.01.6

Abstract

Yolk binding is a condition where the egg yolk as food reserves while the snake still in the egg phase is notcompletely absorbed in the snake’s body when the snake has become neonatal. This study aims todetermine the handling of cases of yolk binding in Python reticulatus. A 3-month-old female Pythonreticulatus was brought by the owner to the vet with complaints of not defecating after ten days from thelast feeding on and the presence of a ¼ lump from the caudal. The results of the stool examinationshowed the number of protozoa. The x-ray results, show the air-filled medial with radiolucent colorintensity and a mass with radioopaque color intensity. Based on the signals, history, physical examination,and investigations, a diagnosis of yolk binding was obtained. The treatment given is surgery, drug therapy,and post-operative care. After being brought home, five days after surgery snake died.