Bayu Eka Yulian
Department Of Communication And Community Development Science, Faculty Of Human Ecology, IPB University, Jl. Kamper Darmaga, Bogor 16680, Indonesia

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Analisis Keberlanjutan Biogas Skala Mikro di Pedesaaan (Studi Kasus di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat) Ramdhan Aziz Al Batistuta; Arya Hadi Dharmawan; Bayu Eka Yulian
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 1 (2021): April 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.1.181-190

Abstract

Penggunaan bioenergi sebagai energi terbarukan sudah mulai menggantikan penggunaan energi fosil secara bertahap. Upaya pemerintah dalam mendukung penggunaan bioenergi dengan membuat program Desa Mandiri Energi di berbagai tempat yang memiliki potensi sumber energi terbarukan. Keberlanjutan bioenergi sangat penting untuk dinilai agar kebutuhan energi saat ini dan kebutuhan energi dimasa yang akan datang dapat terpenuhi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis status keberlanjutan biogas, mengidentifikasi atribut sensitif multidimensi keberlanjutan, serta merumuskan strategi pengembangan tata kelola sistem biogas secara berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Analisis data dilakukan dengan metode Multi Dimensional Scalling (MDS), menggunakan modifikasi program Rapfish dengan tinjauan pada lima dimensi yaitu dimensi sosial, ekonomi, lingkungan, teknologi dan kelembagaan. Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Ciaul dan Kampung Babakan, Desa Cisondari, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat yang dipilih secara sengaja (purposive). Penentuan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah kuisioner dan pertanyaan terstruktur sebagai pedoman dalam melakukan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan status keberlanjutan biogas secara dimensi sosial, lingkungan, teknologi, dan kelembagaan tergolong cukup berkelanjutan. Keberlanjutan biogas secara dimensi ekonomi tergolong kurang berkelanjutan. Setiap dimensi keberlanjutan terdapat dua atribut sensitif yang mempengaruhi secara signifikan. Atribut sensitif ditentukan berdasarkan nilai Root Mean Square (RMS) dari setiap atributnya. Rumusan strategi yang telah disusun berdasarkan atribut sensitif yang sudah ditentukan. Hal ini untuk memprioritaskan strategi-strategi dalam upaya meningkatkan status keberlanjutan biogas.
Tingkat Perubahan Modal dan Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Pasca Berakhirnya HGU PT Hevindo Pratama, Leonardus; Yulian, Bayu Eka
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 8 No. 02 (2024): Juli
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.v8i02.1294

Abstract

Desa Cisarua terdampak perubahan rezim penguasaan, pemilikkan, penggunaan, dan pemanfaatan lahan akibat masuknya PT Hevindo yang menuntut masyarakat dalam melakukan adaptasi dan perubahan pada strategi nafkah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat perubahan modal dan strategi nafkah rumah tangga petani pasca berakhirnya HGU PT Hevindo dan menganalisis pengaruh strategi nafkah terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. Data tingkat perubahan modal dan strategi nafkah diolah melalui tabel frekuensi, sedangkan analisis pengaruh strategi nafkah terhadap tingkat kesejahteraan diolah dengan uji regresi ordinal logistik. Kepemilikan modal nafkah oleh rumah tangga petani antara sebelum dan sesudah berakhirnya HGU PT Hevindo tidak terdapat perubahan yang signifikan. Terdapat peningkatan sebesar 20% pada rumah tangga petani yang melakukan lebih dari dua strategi nafkah pasca berakhirnya HGU PT Hevindo.
Menagih Janji Dua Puluh Persen Kebun untuk Rakyat Yulian, Bayu Eka
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 1 No 1 (2019): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.0101.7-10

Abstract

us sebagai kewajiban perusahaan perkebunan. Undang-undang No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan memberikan amanat bahwa Perusahaan Perkebunan yang memiliki izin Usaha Perkebunan (IUP) atau izin Usaha Perkebunan untuk budi daya (IUP-B) wajib memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh perseratus) dari total luas areal kebun yang diusahakan. Debat mutakhir yang mengemuka hingga kini adalah belum adanya aturan yang mengatur secara detail hingga bisa dioperasionalkan di tingkat tapak. Padahal Undang-undang No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan tersebut (lihat Pasal 59) lebih lanjut menjelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut tentang fasilitasi pembangunan kebun masyarakat perlu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP). Namun hampir empat tahun berjalan hingga kini PP tersebut tak kunjung terbit. Hingga saat ini capian pembangunan kebun untuk masyarakat sangat rendah. Dampaknya konflik antara masyarakat dan perusahaan pemegang ijin dan hak guna usaha perkebunan terus terjadi dan makin meruncing. Kajian ini menghasilkan rumusan pokok untuk menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan selanjutnya.
Livelihood Dilemma of The Rural Household Around The Oil Palm Plantation in East Kalimantan Eka Yulian, Bayu; Dharmawan, Arya Hadi; Soetarto, Endriatmo; Pacheco, Pablo
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 3 (2017): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.311 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i3.19398

Abstract

ABSTRACTThe expansion of oil palm plantation is a necessity in Indonesia. The global market demand pressure and the need to accelerate national economic growth have supported the occurrence of massively expansion of oil palm plantation in Indonesia. Although it contributes many benefits from the economic side, but in another side, the oil palm plantation also gives social and environmental impacts. Such impacts are, among others, such as the changes of agrarian structure, land dispute, livelihood system of rural household, lack of biodiversity, crop monoculturalization, and deforestation. This research is aimed to describe socio-economic impacts caused by the expansion of oil palm plantation toward the livelihood system of rural household. By using livelihood survey and deep interview, this research obtains a fact that the oil palm plantation has, as if, provided prosperity for the rural household, but what really happens is high process of livelihood vulnerability and dependency toward income gained from the salary in oil palm plantation.Keywords: Oil palm, livelihood, dependency, and vulnerabilityABSTRAKEkspansi perkebunan kelapa sawit merupakan suatu keniscayaan bagi Indonesia. Tekanan permintaan pasar global dan kebutuhan untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional mendorong terjadinya ekspansi perkebunan kelapa sawit secara masif di Indonesia. Meskipun memberikan manfaat dari sisi ekonomi, di sisi lain perkebunan kelapa sawit juga memberi dampak sosial dan lingkungan. Dampak tersebut diantaranya seperti perubahan struktur agraria, sengketa lahan, sistem nafkah rumah tangga pedesaan, berkurangnya biodiversitas, monokulturisasi tanaman, hingga deforestasi. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran dampak sosial-ekonomi dari ekspansi perkebunan kelapa sawit bagi sistem nafkah rumah tangga pedesaan.Dengan menggunakan survey nafkah dan wawancara mendalam, penelitian ini mendapatkan fakta bahwa perkebunan kelapa sawit seolah memberikan kesejahteraan bagi rumah tangga pedesaan, namun yang terjadi adalah proses kerentanan dan ketergantungan nafkah yang tinggi terhadap pendapatan dari upah perkebunan kelapa sawit.Kata kunci: Kelapa sawit, nafkah, ketergantungan, dan kerentanan
Kelentingan Nafkah Rumah Tangga Pedagang Pasar Terapung di Banjarmasin : Kajian Gender dalam Sosiologi Nafkah Zairin, Dhea Dasa Cendekia; Dharmawan, Arya Hadi; Yulian, Bayu Eka
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 9 No. 3 (2021): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/9202134839

Abstract

Pasar terapung memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan pasar lainnya, karena aktivitas jual-beli berlangsung di atas sungai menggunakan perahu. Perbedaan ukuran perahu laki-laki dan perempuan pedagang pasar terapung dapat menunjukkan perbedaan status sosial-ekonomi. Demi meningkatkan keadaan ekonomi, anggota rumah tangga pedagang pasar terapung memanfaatkan modal nafkah yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai sumber nafkah juga dimanfaatkan, baik dari sektor perdagangan maupun non-perdagangan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui kuesioner untuk data kuantitatif dan wawancara mendalam untuk data kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan struktur nafkah, mekanisme adaptasi nafkah, dan faktor-faktor yang mendukung tercapainya kelentingan nafkah rumah tangga pedagang pasar terapung laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan pedagang pasar terapung menjadi pencari nafkah utama dalam rumah tangga. Selain itu, dengan segala keterbatasan yang perempuan miliki, kemampuan adaptasi mereka untuk mencapai kelentingan nafkah lebih baik dibandingkan pedagang laki-laki. Kemampuan dalam memanfaatkan sumberdaya milik sendiri dengan sangat baik menjadi kunci tercapainya kelentingan nafkah rumah tangga perempuan pedagang pasar terapung.
Modernization and Local Wisdom in the Agricultural System: The Case of Samin Indigenous Community in Baturejo Village, Pati Regency, Central Java Sari, Windi Mayang; Mardiana, Rina; Yulian, Bayu Eka
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 12 No. 1 (2024): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/12202451492

Abstract

Agricultural modernization is a change in agricultural patterns from traditional to modern methods. The Samin Indigenous Community is one whose main livelihood depends on agriculture. This study aims to analyze the existence of the local wisdom of the Samin Indigenous Community in Baturejo Village, Sukolilo District, and Regency in the current agricultural modernization. This study used mixed methods and a combination of qualitative and quantitative methods. Qualitative data were obtained by conducting in-depth interviews with informants selected by snowball sampling, observation, and documentation. Quantitative data were obtained using a survey method for 30 respondents selected by accidental sampling. The encounter between agricultural modernization and local wisdom creates three conditions for the local wisdom of samin farming: local wisdom that faded existence, local wisdom that disappeared, and local wisdom that adapted so that it went hand in hand with agricultural modernization. Some of Samin's local wisdom still exists in the midst of agricultural modernization driven by several factors, such as the pride of the Samin community in their identity, the transfer of cultural knowledge to the younger generation, the traditional attitude of the Samin community, and the low use of information and communication technology.
Partisipasi Masyarakat dalam Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Mangrove  (Kasus: Kelompok Pantai Lestari Desa Karangsong, Kabupaten Indramayu) Muthmainna, Nurul; Yulian, Bayu Eka
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 9 No. 2 (2025): Juni
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.v9i2.1400

Abstract

Tindakan pilihan pangan ibu bukan hanya hasil dari preferensi individual ibu, tetapi tindakan yang jugadihasilkan atas pertimbangan struktur sosial. Peran ibu sebagai pengelola utama pangan keluarga sangatmenentukan pemenuhan kebutuhan gizi pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis tindakan sosial pilihan pangan ibu dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan esensialpada anak balita, serta melihat hubungannya dengan karakteristik individu ibu yang meliputi pengetahuanpangan, status pekerjaan, dan motif utama memilih pangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatifmelalui metode survei dan didukung data kualitatif. Analisis hubungan antar variabel dilakukan menggunakantabulasi silang. Populasi yang diteliti adalah semua ibu yang memiliki anak berusia 24 sampai 59 bulan padakomunitas Taru. Sejumlah 27 responden contoh dipilih menggunakan teknik acak sederhana. Temuanpenelitian ini yaitu: (1) semakin tinggi tingkat pengetahuan pangan ibu, maka kebutuhan pangan esensial anakbalita semakin terpenuhi, (2) ibu berstatus bekerja produktif (paruh waktu atau penuh waktu) memilikikecenderungan lebih besar dalam memilih pangan yang memenuhi kebutuhan pangan esensial bagi anak balita,dan (3) motif utama pilihan pangan ibu akan membedakan tindakan pilihan pangannya; motif psikologis akanmendorong ibu untuk bertindak tidak memenuhi kebutuhan pangan esensial bagi anak balita.
Perebutan Air dan Ketidakberdayaan Kelompok Tani Dalam Menjaga Irigasi Studi Kasus di Padukuhan Bayen, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Muh Kamim, Anggalih Bayu; Dharmawan, Arya Hadi; Abdulkadir-Sunito, Melani; Yulian, Bayu Eka
Ganaya : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8 No 3 (2025)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/ganaya.v8i3.4212

Abstract

This study analyzes the inability of “peasant organization” to control irrigation resources in rural-urban areas. Water disputes have arisen among peasants in rural-urban areas due to their limited capacity to organize themselves and manage available resources. This research seeks to examine the weaknesses in the role of peasant organizations in coordinating the use of irrigation resources. This study is a qualitative research using case study approach, focusing on Bayen sub-village, District of Sleman Special Region of Yogyakarta. The data collection process was done via in-depth interviews, documentation techniques, and field observation. The analyst’s work progressed from study preparation to data verification and conclusion. The research reveals that elite peasants have become central actors in water disputes, undermining the effectiveness of peasant organizations. Furthermore, both local and village governments fail to adequately support these organizations due to budgetary constraints and limited policymaking capacity. The “peasant organization” also does not have sufficient capacity to coordinate with other peasants in many different areas surrounding Bayen sub-village. The study shows that the bad condition of irrigation in Bayen sub-village is related to the lack of capacity of peasants to negotiate with different actors that have many different interests. Urban economic expansion led to the establishment of an ice factory, disrupting peasant irrigation systems. The toll road project, a consequence of urban economic expansion, has also disrupted irrigation systems in the region. As a result of these problems, the peasants, together with the head of Bayen sub-village, can only promote the use of toll drainage as an emergency irrigation measure.