Minda Mora
Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Udara

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Perkiraan Kebutuhan Energi PT. Garuda Indonesia sampai dengan Tahun 2015 Minda Mora
WARTA ARDHIA Vol 38, No 2 (2012)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.761 KB) | DOI: 10.25104/wa.v38i2.188.106-117

Abstract

Air transportation has the highest energy consumption based on its speed among other transportation sector, such as land and marine transportation. Fuel cost is about 13-20 % of total operating cost of airline. PT. Garuda Indonesia is one of the national airline which high improvement. In 2010, PT. Garuda Indonesia has 67 unit of aircraft and will be increase to 116 unit of aircraft in 2014. The goal of this research is to estimate the energy consumption in PT. Garuda Indonesia until 2015. Result shows that in 2015, energy consumption in PT. Garuda Indonesia increase for about 33% or about 24.247 PJ of energy or 0,55 MegaTon of fuel compare to its fuel consumption in 2010.Transportasi udara merupakan sektor transportasi yang memiliki tingkat konsumsi energi paling tinggi berdasarkan kecepatannya. Pengeluaran maskapai penerbangan untuk bahan bakar minyak pesawat udara mencapai 13-20% dari total biaya operasional. PT. Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan nasional yang mengalami perkembangan yang pesat beberapa tahun belakangan ini. Pada tahun 2010 Garuda Indonesia memiliki 67 armada pesawat udara dan ditargetkan menjadi 116 armada pada tahun 2014. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kebutuhan energi di PT. Garuda Indonesia sampai dengan tahun 2015. Hasil kajian menunjukkan pemakaian energi di PT. Garuda Indonesia meningkat 33% atau sebesar 24.247 PJ atau 0,55 Mega Ton bahan bakar minyak dibandingkan pemakaian bahan bakar pada tahun 2010. 
Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas Penerbangan Pada Saat Taxi-Out Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Pesawat Udara (Studi Kasus: Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta) Minda Mora
WARTA ARDHIA Vol 40, No 4 (2014)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (866.808 KB) | DOI: 10.25104/wa.v40i4.217.215-222

Abstract

Dalam satu fase penerbangan dari bandar udara asal menuju bandar udara tujuan, pesawat udara akan mengalami beberapa fase terbang, salah satunya adalah fase taxi-out. Fase ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap konsumsi bahan bakar pesawat udara, terutama ketika terjadi kepadatan lalu lintas pesawat udara karena waktu yang dibutuhkan pesawat udara untuk taxi-out menjadi lebih lama dari yang seharusnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepadatan lalu lintas pesawat udara terhadap waktu taxi-out dan konsumsi bahan bakar di Bandar Udara Soekarno Hatta-Jakarta. Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata 30% dari total jumlah penerbangan pada bulan Juli, Agustus dan September tahun 2014 mengalami keterlambatan keberangkatan karena terjadinya kepadatan lalu lintas pesawat udara pada saat taxi-out. Hal ini mengakibatkan kelebihan konsumsi bahan bakar pesawat udara sebesar 29% dibandingkan apabila pesawat udara dapat melakukan taxi-out dalam keadaan tanpa hambatan. [The Effect of Air Traffic Congestion on Taxi-out Time and Aircraft Fuel Consumption (Case Study: Soekarno-Hatta International Airport)] In a single flight, from the origin airport to the destination airport, the aircraft experiences several different flight phases, one of which is taxi-out phase. This taxi-out phase contributes significantly to aircraft fuel consumption particularly when air traffic congestion occurred due to the time needed in taxiing become much more longer than it should be. The aim of this research is to analyze the effect of air traffic congestion on taxi-out time and aircraft fuel consumption at Soekarno-Hatta International Airport. The results show that the average of 30% of the total number of flight in July, August, and September 2014 has been delayed due to air traffic congestion on taxi-out phase and it caused an increase of 29% on aircraft fuel consumption compared to uncongested taxi-out.
Low Velocity Impact Analisys Of Foam - Filed Double Walled Prismatic Columns Minda Mora
WARTA ARDHIA Vol 35, No 1 (2009)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3824.309 KB) | DOI: 10.25104/wa.v35i1.70.86-95

Abstract

Kolom prisma tipis digunakan untuk moyerap energi tumbukan pada berbagai sistem engineering, seperti struktur depan sasis pada mobil, Untuk perancangan struktur ringan logam berat jenis rendah dan kolom dengan dua dinding (double-walled) dapat dijadikan sebagai konsep alternative untuk meningkatkan efisiensi berat dari struktur. Penelitian ini memberikan prediksi dan perbandingan dari kolom dua yang dua dinding yang diisi dengan logam berat jenis rendah (double-walled sandwich columns) yang memiliki dua tipe penampang yaitu segi empat dan lingkaran; ketebalan inti, bentuk lipatan dan penyerapan energi menggunakan analisis numerik. LS-DYNA, sebuah perangkat lunak elemen hingga digunakan untuk memprediksi reaksi dari double-walled sandwich column yang diberi beban tumbuhan dengan kecepatan rendah.Ditemukan bahwa kolom sandwich yang berbentuk lingkaran memiliki gaya tumbukan rata-rata (mean crushing force) yang lebih tinggi dan panjang lipatan yang lebih pendek dibandingkan kolom sandwich yang barbentuk segi empat. Perbandingan specific energi absorption (SEA) double-walled sandwich columns yang mamiliki panampang lingkaran dan segi empat juga dilakukan. dan dibandingkan dengan kolom dengan satu dinding (single wall column). Sandwich column berbentuk lingkaran dengan ketebalan inti C = 8 mm memlliki peningkatan SEA paling tinggi dibandingkan kolom dengan Single colomn, walaupun beratnya menigkat sebesar 42% nilai SEA bisa meningkat sampai dengan 85%
Perhitungan Emisi Gas Buang Harian Mesin Pesawat Udara di Bandar Udara Husein Sastranegara-Bandung Minda Mora
WARTA ARDHIA Vol 39, No 1 (2013)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.906 KB) | DOI: 10.25104/wa.v39i1.108.24-41

Abstract

Air transport contributes significantly to air pollution. Based on the reports of the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), by 1992 the air transport accounted for 3.5% of the total anthropogenic radiative forcing of the atmosphere. It is expected to rise to 12.2%, in 2050. Furthermore, the airport is one area that has been the concentration of aircraft engine emissions. In this research, aircraft engines emission is calculated using actual data flights in airports (hybrid approach). This study aims to determine the amount of Carbon Monoxide (CO) and nitrogen oxides (NOx) generated daily from aircraft engine and then compared with the levels of CO and NOx are allowed. The result shows that the levels of CO and NOx generated daily from aircraft engines in Husein Sastranegara Airport- Bandung is still within normal limits. Transportasi udara memberikan kontribusi yang signifikan terhadap polusi udara. Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), pada tahun 1992 transportasi udara menyumbang 3,5% dari total anthropogenic radiative forcing di atmosfer. Hal ini diperkirakan akan meningkat menjadi sebesar 12,2%, pada tahun 2050. Selanjutnya, bandar udara merupakan salah satu area yang menjadi tempat terkonsentrasinya emisi gas buang pesawat udara. Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan emisi gas buang mesin pesawat udara dengan menggunakan data aktual penerbangan di bandar udara (pendekatan hibrid). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (NOx) harian yang dihasilkan dari mesin pesawat udara yang kemudian dibandingkan dengan kadar CO dan NOx yang diperbolehkan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kadar CO dan NOx harian yang dihasilkan dari mesin pesawat udara di Bandar Udara Husein Sastranegara-Bandung masih dalam batas normal.
Telaah Literatur Mencegah Kecelakaan Landas Pacu di Bandar Udara di Indonesia Minda Mora
WARTA ARDHIA Vol 40, No 3 (2014)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.31 KB) | DOI: 10.25104/wa.v40i3.132.203-214

Abstract

Assessment literature to prevent accidents Landing Runway at airport in Indonesia is important because the high level of accidents runway in Indonesia. Presentation accident on the runway is also increasing every year. This study attempted to parse the things that can happen as one of the factors that influence the occurrence of the accident off pacudi Indonesia.Pengkajian literature untukmencegah Kecelakaan Landas Pacu di Bandar Udara di Indonesia penting dilakukan karena masih tingginya tingkat kecelakaan landas pacu di Indonesia. Presentasi kecelakaan di landas pacu juga semakin meningkat setiap tahunnya. Kajian ini mencoba mengurai hal-hal yang dapat terjadi sebagai salah satu factor yang turut mempengaruhi terjadinya kecelakaan landas pacudi Indonesia.
Persaingan Airbus dan Boeing di Industri Jasa Angkutan Udara Indonesia Minda Mora
WARTA ARDHIA Vol 39, No 4 (2013)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.063 KB) | DOI: 10.25104/wa.v39i4.123.244-258

Abstract

Airbus and Boeing are the largest aircraft industry in the world today. Competition between the two companies has been characterized as a duopoly , particularly in the jetliner market since 1990. Aircraft market is usually divided into two categories of products , namely narrow -body aircraft and wide-body aircraft. Indonesia is one of potential market for Airbus and Boein . This study aims to determine the map competition between Airbus and Boeing in Indonesian airline by calculating market share of those two companies . The calculations show that In the period of 2001 to 2013 , Airbus began to enter the market of Indonesia airline , by taking 38.8 % market share of sales of single aisle aircraft , while the res , 61.2 % , was taken by Boein . For selling twin-aisle aircraft , Airbus dominates with a market share of 87.8 %. Airbus dan Boeing merupakan dua raksasa industri pesawat terbang di dunia pada saat ini. Persaingan antara kedua perusahaan tersebut telah ditandai sebagai duopoli, khususnya di pasar pesawat jet sejak tahun 1990. Pasar pesawat terbang biasanya dibagi menjadi dua kategori produk, yaitu pesawat berbadan sempit dan pesawat berbadan lebar. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pasar yang potensial bagi Airbus dan Boeing untuk memasarkan pesawat-pesawat produksinya. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui peta persaingan antara Airbus dan Boeing di pasar industri jasa angkutan udara Indonesia dengan menghitung pangsar pasar ke dua perusahaan tersebut di Indonesia. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Pada kurun waktu 2001 sampai dengan 2013, Airbus mulai memasuki pasar perusahaan jasa angkutan udara Indonesia, dengan mengambil 38.8% pangsa pasar penjualan pesawat udara berlorong tunggal, sedangkan sisanya, 61.2%, diambil oleh Boeing. Untuk penjualan pesawat udara berlorong ganda, Airbus mendominasi dengan pangsa pasar sebesar 87.8%.
Analisis Potensi Pengembangan Aerotropolis di Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan Minda Mora; Ali Murtadho
WARTA ARDHIA Vol 41, No 3 (2015)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (896.136 KB) | DOI: 10.25104/wa.v41i3.152.147-162

Abstract

Kualanamu International Airport is one of the airports in Indonesia, which has the potential to be developed into Aerotropolis Airport. This study aims to analyze the potential development of aerotropolis in Kualanamu International Airport Medan. Potential analysis is done with 2 (two) approaches, namely the ratio of non-aeronautical revenues and the average consumption of passengers. Analysis of the potential development of aerotropolis in Kualanamu Medan Airport shows the ratio of nonaeronautical revenue contribution to total revenue the airport from 2010 to 2014 lagged up to 42.86% of the proportion of revenue Amsterdam Airport Schiphol. At the viability projections in 2019, the International Airport Kualanamu was 16.63% below the Amsterdam Airport Schiphol. Based on these results, the proportion of the contribution of non-aeronautical revenues in Kualanamu Medan from 2010 s.d 2014 adrift far enough away from Amsterdam Airport Schiphol. But the 2019 projection, quite approaching Amsterdam Airport Schiphol. The same condition also occurs for patterns of consumption Kualanamu airport passengers are left pretty much when compared with the consumption patterns of passengers at Amsterdam Airport Schiphol the surrounding region has grown into aerotropolis. That is, the consumption patterns of passengers still have to be improved. Keywords: airport, aerotropolis, kualanamu. Bandara Internasional Kualanamu merupakan salah satu bandar udara di Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi Bandar Udara Aerotropolis. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis potensi pengembangan aerotropolis di Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan. Analisis potensial dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu rasio pendapatan non-aeronautika dan rata-rata konsumsi penumpang. Analisis potensi pengembangan aerotropolis di Bandar Udara Kualanamu Medan menunjukkan rasio kontribusipemasukan non-aeronautikal terhadap total pemasukan bandara dari tahun 2010 sampai dengan 2014 tertinggal sampai 42.86% dari proporsi pemasukan Amsterdam Airport Schiphol. Pada proyeksi viability tahun 2019, Bandara Internasional Kualanamu berada 16.63% di bawah Amsterdam Airport Schiphol. Berdasarkan hasil tersebut, proporsi kontribusi pemasukan non-aeronautikal Bandara Kualanamu Medan dari tahun 2010 s.d 2014 terpaut cukup jauh dari Amsterdam Airport Schiphol. Namun pada proyeksi 2019, cukup mendekati Amsterdam Airport Schiphol. Kondisi yang sama juga terjadi untuk pola konsumsi penumpang bandara Kualanamu yang tertinggal cukup jauh jika dibandingkan dengan pola konsumsi penumpang di Amsterdam Airport Schiphol yang kawasan sekitarnya telah tumbuh menjadi aerotropolis. Artinya, pola konsumsi penumpang masih harus ditingkatkan. Kata kunci: bandar udara, aerotropolis, Kualanamu.
Perkembangan Perekonomian Wilayah dan Kargo Udara: Korelasi atau Kausalitas? Tito Yusmar; Minda Mora
WARTA ARDHIA Vol 41, No 1 (2015)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.224 KB) | DOI: 10.25104/wa.v41i1.143.39-48

Abstract

Transportasi sebagai permintaan turunan berada dalam perdebatan yang mengemukakan peranannya yang vital dalam perkembangan perekonomian di berbagai tingkatan. Paper ini berupaya untuk meneliti peranan tersebut, apakah kargo udara sebagai bagian dari transportasi udara memberikan stimulus dalam perkembangan perekonomian wilayah atau sebaliknya. Analisis yang dilakukan tidak hanya menguji korelasi tetapi juga kausalitas antara variabel-variabel perekonomian, yaitu tenaga kerja, kesejahteraan wilayah, dan pendapatan, dengan kargo udara. Kesimpulan yang diperoleh adalah adanya indikasi pengaruh sebab akibat dalam beberapa bagian dari hubungan antara keduanya yang diharapkan dapat mendukung penyusunan kebijakan terkait.[The Development of Regional Economic and Air Freight: Correlation or Causality?] Transportation as derived demand is on debate that it plays important role in multi-level economic development. This paper examines that role whether air freight, as a part of air transportation, stimulates regional economic development or vice versa. The analysis examines not only correlation but also causality of trends between economic variables; employment, regional welfare, and income, with air freight transportation. The conclusions discusses on the indications of influence in the parts of relationship between variables that to be expected to support related policy-making.
Telaahan Pengembangan Bandar Udara Baru di Pantai Pakis Jaya Karawang Sebagai Reliever Bagi Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Yati Nurhayati; Susanti Susanti; Minda Mora; Tito Yusmar
WARTA ARDHIA Vol 41, No 1 (2015)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1313.083 KB) | DOI: 10.25104/wa.v41i1.138.1-10

Abstract

Bandar Udara Soekarno Hatta Jakarta merupakan Bandar Udara terbesar dan tersibuk di Indonesia. Selama 15 tahun ke depan, pergerakan penumpang di Bandar Udara Soekarno Hatta diperkirakan akan mencapai 70 – 100 juta penumpang/tahun. Dengan adanya kondisi tersebut, dibutuhkan bandar udara baru di wilayah metropolitan DKI untuk mengakomodasi lonjakan pertumbuhan transportasi udara. Pada kajian ini dilakukan telaahan kelayakan lokasi Pantai Pakis Jaya sebagai lokasi bandar udara baru. Telaahan ini dilakukan berdasarkan 8 kriteria, yaitu ruang udara, keselamatan, aksessibilitas dan infrastruktur, lahan, kondisi alam, obstacle, biaya serta dampak sosial dan lingkungan. Berdasarkan analisis lahan dan obstacle, area Pantai Pakis Jaya Karawang layak dijadikan sebagai lokasi bandar udara baru karena tidak membutuhkan pembebasan lahan tidak terdapat obstacle yang menghalangi pesawat udara untuk melakukan pendaratan dan lepas landas. Namun, apabila ditinjau dari sisi ruang udara, keselamatan, aksessibilitas dan infrastruktur, kondisi alam, biaya serta dampak sosial dan lingkungan, Pantai Pakis Jaya ini kurang layak untuk dijadikan lokasi bandar udara baru. [New Airport Development Analysis in Pantai Pakis Jaya Karawang as a Reliever for Soekarno -Hatta International Airport] Jakarta Soekarno-Hatta International Airport is the biggest and the busiest airport in Indonesia. It is forecasted that passengers movement in this airport will reach 70 – 100 million passenger/year for the next 15 years. Seeing the condition of this airport as a concern, new airport in the area around DKI Jakarta is required to accomodate the surge of air transportation growth that Soekarno-Hatta itself already in overcapacity state. One of possible area to be set for the new airport development namely Pantai Pakis Jaya Karawang is analyzed in this study. The analysis was conducted based on 8 criteria; airspace, safety, accessibility and infrastructure, land, natural condition, obstacle, cost, social and environmental impact. The results of land and obstacle analysis indicate that Pantai Pakis Jaya Karawang is feasible as the new airport location due to it does not require land acqusition and there are no obstacles that can block the aircraft movement. However, the analysis results for airspace, safety, accessibility and infrastructure, natural condition, cost, and social and environmental impact show that Pantai Pakis Jaya Karawang is less feasible as the location for the new airport.
Telaahan Literatur Tentang Program Perawatan Pesawat Udara Minda Mora
WARTA ARDHIA Vol 38, No 4 (2012)
Publisher : Research and Development Agency of The Ministry of Transportation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.595 KB) | DOI: 10.25104/wa.v38i4.205.356-372

Abstract

Maintenance is one of the most important thing in aviation. Maintenance is the process where a systems designed-in level of failure resistance is restored to or as close as economic viable to the most adequate level of the design. In order to conduct maintenance in the right way, each aircraft is required to have a Maintenance Program (MP). There are three main actors relating to the initial development of the MP, which are the manufacturer, the Industrial Steering Committee (ISC) and the Maintenance Review Board (MRB). In the manufacturers, PPH (Policies and Procedures Handbook) process for developing the initial MP is clearly described. The PPH is prepared by the manufacturer and presented to the ISC (Industrial steering committee) for review and approval. ISC then forwards it to the MRB chairpersons and other regulatory authorities for acceptance.Based on MRB review, the manufacturer develop Maintenance Review Board Report (MRBR) and Maintenance Planning Document (MPD). When introducing a new fleet of aircraft into the operator, there is no experience and the organization must follow the MRBR (Maintenance Review Board Report) and MPD (Maintenance Planning Document) when setting up their own MP. It is the operator’s responsibility to ensure that their MP is up to date. When a new revision of the MRBR and MPD is released the operator should incorporate the alterations into their MP and update their maintenance system and make the revision active at next suitable opportunity. The next suitable opportunity would be before next major base input or c-check.Perawatan pesawat udara merupakan salah satu unsur penting dalam penerbangan. Perawatan adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan pesawat udara, komponen-komponen pesawat udara dan perlengkapannya dalam keadaan laik udara termasuk inspeksi, reparasi, servis, overhaul dan penggantian part. Untuk dapat melakukan perawatan dengan benar, maka setiap pesawat udara diharuskan memiliki Program Perawatan. terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat dalam penyusunan awal Program Perawatan, yaitu pabrikan pesawat udara, the Maintenance Review Board (MRB), dan the Industrial Steering Committee (ISC). Pabrikan berkewajiban membuat Policy and Procedures Handbook (PPH) yang berisi informasi lengkap dan jelas tentang proses penyusunan Program Perawatan Pesawat Awal. PPH kemudian diserahkan kepada ISC yang berkewenang untuk melakukan peninjauan terhadap PPH dan apabila telah memenuhi persyaratan maka ISC mengeluarkan persetujuan terhadap PPH (approval). Selanjutnya, ISC menyerahkan PPH kepada MRB untuk evaluasi dan analisis lebih lanjut. Berdasarkan evaluasi dan analisis MRB, pabrikan membuat Maintenance Review Board Report (MRBR) dan Maintenance Planning Document (MPD). MRBR dan MPD merupakan panduan bagi operator pesawat udara untuk melakukan perawatan pesawat udara dan membuat Program Perawatan pesawat udara sendiri. Namun, operator berkewajiban untuk memperbahatui Program Perawatannya apabila terdapat perubahan MRBR dan MPD dari pabrikan.