Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sebaran Spasial, Kelimpahan dan Struktur Komunitas Zooplankton di Estuari Sungai Siak serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Khairul Amri; Asep Ma'mun; Asep Priatna; Ali Suman; Eko Prianto; Muchlizar Muchlizar
Akuatika Indonesia Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v5i1.26504

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pola sebaran, kelimpahan dan struktur komunitas zooplankton di perairan estuari Sungai Siak. Penelitian dilaksanakan selama tujuh bulan (April-Nopember 2015) dengan jumlah stasiun pengambilan sampel sebanyak 16 titik. Hasil penghitungan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui pola sebaran, jumlah jenis, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominasi dan indeks keseragaman. Hasil analisis data, diperoleh jumlah jenis zooplankton yang ditemukan sebanyak 21 jenis terdiri dari kelompok Crustacea sebanyak 8 jenis, Ciliata sebanyak 11 jenis dan Sarcodina sebanyak 2 jenis. Kelimpahan zooplankton di masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 1.570-38.512 ind/m3. Struktur komunitas zooplankton di muara Sungai Siak ditandai dengan indeks keanekaragaman yang tinggi (>3), keseragaman tinggi dan indek dominansi yang rendah. Terdapat dua jenis zooplankton dominan di estuari Sungai Siak yaitu Tintinnopsis radix dan Leprotintinnus nordgvisti masing-masing ditemukan pada November dan Juni. Kelimpahan zooplankton dipengaruhi tingkat kecerahan perairan. Pada saat kecerahan rendah, jumlah jenis zooplankton di perairan ini sangat rendah. Secara umum, kondisi lingkungan perairan estuari Sungai Siak masih mendukung kehidupan zooplankton.
HUBUNGAN ANTARA KONDISI OSEANOGRAFI DAN DISTRIBUSI SPASIAL IKAN PELAGIS DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (WPP NRI) 712 LAUT JAWA Asep Ma'mun; Asep Priatna; Khairul Amri; Erfind Nurdin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.522 KB) | DOI: 10.15578/jppi.25.1.2019.1-14

Abstract

Kepadatan dan penyebaran sumber daya ikan di perairan banyak dipengaruhi oleh variasi kondisi oseanografinya. Untuk mengkaji interaksi antara kondisi oseanografi dengan sebaran spasial ikan pelagis di Laut Jawa, telah dilakukan penelitian hydro acoustic dengan menggunakan KR. Bawal Putih III pada 17 Oktober-11 November 2017. Akuisisi data akustik menggunakan multi beam Simrad ME (70-120 kHz) dengan posisi transduser dipasang pada lunas kapal. Parameter lingkungan (oksigen, pH, salinitas, klorofil, suhu) diukur menggunakan CTD SBE 19 plus V2 dan parameter oseanogafi fisik (arah dan kecepatan arus) menggunakan ARM current meter, keduanya diturunkan secara vertikal sesuai kedalaman pada 48 stasiun. Analisa korelasi antara parameter oseanografi dengan kelimpahan ikan dan distribusi spasial menggunakan analisis statistik PCA (Principal Component Analysis). Hasil penelitian menunjukkan densitas ikan pelagis dipengaruhi secara berturut-turut oleh salinitas, oksigen, klorofil, pH dan suhu. Urutan ini didasarkan pada jarak dan kedekatan terhadap garis yang dibentuk faktor lingkungan terhadap titik pusat korelasi. Komponen lingkungan yang memiliki interaksi langsung dengan kelimpahan ikan pelagis adalah salinitas dan oksigen. Kedua faktor ini merupakan faktor utama dalam kegiatan osmoregulasi dan pembentukan energi untuk tubuh ikan, sementara keempat faktor lingkungan lainnya (klorofil pH, suhu dan kecepatan arus) berkorelasi secara parsial terhadap keberadaan ikan pelagis.The density and distribution of fish resources in the waters are much influenced by variations in oceanographic conditions. To examine interaction between oceanographic condition with spatial distribution of pelagic fish in Java Sea, hydroacoustic research was done using KR. Bawal Putih III on October 17 to November 11, 2017. Acoustic data acquisition used Simrad ME multi beam (70-120 kHz) with the position of the transducer installed on the keel. Environmental parameters (oxygen, pH, salinity, chlorophyll, temperature) were measured using the SBE 19 plus V2 CTD and physical oceanographic parameter (current direction and speed) using the ARM current meter, both are lowered vertically according to depth at 48 station. Correlation analysis between oceanographic parameter with fish abundance and spatial distribution using PCA (Principal Component Analysis) statistical analysis. Results show that density of pelagic fish was influenced respectively by salinity, oxygen, chlorophyll, pH and temperature. This sequence based on distance and proximity to the line formed by environmental factors towards the center of correlation. The environmental components that have a direct interaction with the abundance of pelagic fish are salinity and oxygen. These two factors are the main factors in osmoregulation and energy formation for fish bodies, while the other four environmental factors (chlorophyll pH, temperature and current velocity) correlate partially to the presence of pelagic fish. 
SEBARAN IKAN PELAGIS KECIL BERDASARKAN KEDALAMAN DAN WAKTU DI PERAIRAN TELUK CENDERAWASIH Muhammad Hisyam; Sri Pujiyati; Wijopriono Wijopriono; Erfind Nurdin; Asep Ma'mun
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.26.4.2020.221-232

Abstract

Perairan Teluk Cenderawasih termasuk dalam WPP NRI 717 yang terhubung dengan Samudera Pasifik dengan potensi perikanan tangkap yang didominasi oleh jenis ikan pelagis kecil. Potensi perikanan di wilayah perairan ini belum sepenuhnya dimanfaatkan berbeda dengan WPP NRI lainnya yang sebagian besar sudah masuk dalam kondisi lebih tangkap atau telah dimanfaatkan secara penuh. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sebaran dan kelimpahan ikan pelagis di perairan Teluk Cenderawasih dengan menggunakan metode hidroakustik. Penelitian ini dilaksanakan dengan wahana Kapal Riset Bawal Putih III yang dilengkapi dengan alat pendeteksi ikan hidroakustik. Nilai akustik yang berupa data hasil sounding dikonversikan menjadi nilai panjang ikan berdasarkan hubungan Target Strenght (TS) dan panjang (L) dari ikan yang mendominasi hasil tangkapan. Pengukuran ini dipisahkan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan waktu dan berdasarkan kedalaman perairan. Hasil penelitian menunjukan bahwa gerombolan ikan lebih banyak ditemukan pada kedalaman lebih dari 10 m dengan rata-rata jumlah ikan setiap gerombolan antara 7-8 individu. Selang panjang ikan 7,5-9,0 cm paling sering ditemukan disetiap rentang waktu yang memiliki frekuensi kemunculan lebih dari 30% dari seluruh ikan yang terdeteksi. Ikan dengan rata-rata panjang kurang dari 10 cm mendominasi setiap rentang kedalaman dengan jumlah ikan yang terdeteksi lebih dari 500 individu per 1000 m3. Besarnya jumlah kemunculan ikan dengan panjang kurang dari panjang pertama matang gonad diperkirakan bahwa di perairan Teluk Cenderawasih memiliki peranan sebagai daerah asuhan karena banyak ikan juvenil yang terdeteksi.The waters of Cenderawasih Bay are included in WPP NRI 717 which is connected to the Pacific Ocean with potential capture fisheries which are dominated by small pelagic fish species. The potential of fisheries in these waters has not been fully utilized in contrast to other WPP NRI, most of which are already in an over-caught condition or have been fully utilized. The purpose of this study was to determine the distribution and abundance of pelagic fish in the waters of Cenderawasih Bay using the hydroacoustic method. This research was carried out using the RV Bawal Putih III which is equipped with a hydroacoustic as fish detector. Acoustic values   in the form of sounding data are converted into fish length values   based on the relationship between Target Strength (TS) and length (L) of the fish that dominate the catch. This measurement is separated into two parts, namely based on time and based on water depth. The results showed that fish schools were mostly found at a depth of more than 10 m with an average number of fish per school between 7-8 individuals. The fish length interval of 7.5-9.0 cm is most often found in each time span which has an appearance frequency of more than 30% of all fish detected. Fish with an average length of less than 10 cm dominate each depth range with the number of fish detected in excess of 500 individuals per 1000 m3. The large number of fish appearing with a length less than the length at first maturity size that in the waters of Cenderawasih Bay it has a indication as a nursery ground because many juvenile fish are detected.
SEBARAN SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN SEBELUM DAN SETELAH MORATORIUM DI LAUT ARAFURA BERDASARKAN STUDI SURVEI AKUSTIK Asep Ma'mun; Asep Priatna; Moh Natsir; Hufiadi Hufiadi; Baihaqi Baihaqi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.27.4.2021.%p

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola sebaran spasial-temporal sumberdaya ikan sebelum dan sesudah moratorium perikanan pukat hela di perairan Laut Arafura. Pengamatan dilakukan berdasarkan pendekatan hidroakustik. Penelitian dilaksanakan pada November 2006 (sebelum moratorium dengan wahana riset KR. Bawal Putih I), Oktober 2016 (KR. Baruna Jaya IV) dan November 2018 (setelah moratorium KR Bawal Putih III). Akuisisi data akustik menggunakan echosounder split beam Simrad EK60 dengan frekuensi 120 kHz dan 38 kHz. Analisis deskriptif diterapkan untuk menjelaskan distribusi densitas ikan secara spatio-temporal, hasil analisis data disajikan dalam bentuk grafik dan peta distribusi pada perairan yang diamati. Sebaran temporal ikan pelagis sebelum dan setelah moratorium menunjukkan bahwa kelompok ikan ini cenderung berada di lapisan permukaan pada malam hari (41-75%) dan cenderung turun ke lapisan yang lebih dalam pada siang hari (25-59%). Sedangkan untuk ikan demersal lebih banyak terdapat di dekat dasar perairan pada malam hari (45-81%) daripada siang hari (19-55%). Distribusi dan kelimpahan ikan setelah moratoium lebih banyak ditemukan daripada sebelum moratorium dengan tingkat signifikansi malam (Sig=0.980) , sedangkan siang hari (Sig= 0.986). Distribusi spasial menunjukkan bahwa ikan pelagis maupun demersal tidak tersebar merata pada perairan yang diamati, tapi masing-masing kelompok ikan ditemukan / terdeteksi berada pada lokasi tertentu.This study compared the spatial-temporal distribution pattern of fish resources within a period of pre and post moratorium trawl banned in the Arafura Sea. The observation was carried out based on the hydroacoustic approach. The research was conducted in November 2006 (before moratorium), October 2016, and November 2018 (after suspension), with research vessel RV. Bawal Putih I, RV.Baruna Jaya IV and RV. Bawal Putih III. Acquisition of acoustic population using a Simrad EK60 split-beam echosounder with a frequency of 120 kHz and 38 kHz. Descriptive analysis was applied to explain fish density's spatial and temporal distribution. The results were performed on graphs and distribution maps in the observed area. The temporal distribution of pelagic fish pre and post-moratory shows that this group of fish tends to be in the surface layer at night (41-75%) and tends to descend to a deeper layer during daytime (25-59%). Mean while demersal fish are more abundant near the bottom during night (45-81%) than at day (45-81%). The distribution and abundance of fish after moratorium more than before suspension with a significance level of the night (Sig=0.980), while during daytime (Sig= 0.986). The spatial distribution shows that both pelagic and demersal fish are not evenly distributed in observed waters, but each group of fish detected is in a particular location.