Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

MASTHURAH DALAM DAKWAH JAMA’AH TABLIGH (ANALISIS METODE DAN PRAKTEK) Sakdiah Sakdiah
Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/al-idarah.v1i1.1540

Abstract

Masthurah artinya tertutup di balik hijab. Di dalam gerakan Jama’ah Tablik, masthurah adalah usaha agama (dakwah) di kalangan wanita, yang di dalam bahasa dakwah lebih dikenal dengan da’iyah. Tujuan pelaksanaan masthurah adalah menghidupkan amalan agama di dalam rumah, sehingga rumah berfungsi sebagai masjid, sehingga rumah akan dilindungi oleh malaikat akan menjadi rumah taqwa bukan rumah dhararah (rumah yang terpecah belah). Usaha dakwah di kalangan kaum wanita memiliki aturan dan tata tertip yang ketat, tertutup, di balik hijab, karena seluruh tubuh wanita adalah aurat, serta programnya dijalankan dengan kehendak mahramnya, berdasarkan petunjuk Rasulullah Saw. Para Rasul yang mendapat dukungan dari istrinya terbukti sukses dalam dakwahnya dan mempunyai banyak pengikut, seperti Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Muhammmad Saw. Sedangkan rasul yang tidak didukung oleh istrinya seperti Nabi Nuh a.s dan Luth a.s., sedikit pengikutnya. Karena itu, tugas dakwah bukan hanya tanggung jawab kaum laki-laki tetapi juga kaum wanita. Ketika Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul, yang pertama beriman adalah wanita, yaitu Khadijah r.a., isterinya sendiri. Pada sisi lain, seorang ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya. Keshalehan seorang ibu akan membawa pengaruh yang besar dalam membentuk manusia yang shaleh dan shalihah. Usaha masthurah agar para wanita menjadi dai’yah, abidah, muta’alimah, murabbiyah, khadimah, zahidah.
PEMANFAATAN MEDIA ONLINE TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA DI KECAMATAN KOTA BAHAGIA KABUPATEN ACEH SELATAN Sakdiah Sakdiah; Nelly Junaidi
Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/al-idarah.v4i1.13132

Abstract

Pemanfaatan media online dalam dunia usaha bukan lagi merupakan hal yang tabu bagi kebanyakan pengusaha, baik usaha kecil menengah hingga usaha yang besar. Tidak menutup kemungkinan usia dan batasan waktu, kesempatan ini terus saja diminati oleh sebagian besar masyarakat. Di Kecamatan Kota Bahagia Kabupaten Aceh Selatan misalnya, masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan penghasilan yang lebih maksimal dengan memnfaatkan media online. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan media online serta faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat dalam proses pengembangan usaha di Kecamatan Kota bahagia. Peneilitian dilakukan secara kualitataif dengan jenis penlitian lapangan. Hasil menunjukan bahwasanya pemanfaatan media online oleh pelaku usaha di Kecamatan Kota Bahagia sangatlah besar manfaat dari media ini sangat membantu masyarakat dalam mengembangkan usahanya. Pendukung usaha secara online terlihat dari faktor ekonomi keluarga serta penggunaan media yang mudah, adapun hambatannya berupa akses internet yang kurang baik di daerah ini, dilanjutkan dengan masalah jarak antara penjual dan pembeli.
KEMATANGAN BERAGAMA DAN SIKAP TASAMUH MARGA MASYARAKAT ACEH DI ACEH SINGKIL Sakdiah Sakdiah
Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 26, No 1 (2020): Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/albayan.v26i1.7858

Abstract

The people in Aceh Singkil Regency are very heterogeneous, including ethnicity, clan, religion, where this condition tends to cause various frictions in the community. In maintaining integrity and harmony amid community diversity, religious maturity and the attitude of the tasamuh marga of the Aceh Singkil community are social glue and kinship relations that dilute the atmosphere of inter-religious disputes in solving various problems in society. Fostering an attitude of intolerance and mutual respect through psycho, social, cultural, and religious approaches. Where every small friction will be reduced so as not to cause big problems. This research reveals problems that will be described by (1) Religious maturity and the attitude of tasamuh clans of the Acehnese people in Singkil. (2). Supporting factors and obstacles to religious maturity and the attitudes of the community in Aceh Singkil. Marga has tightened the ties of friendship and tasamuh in religion to the people of Aceh Singkil, marga has helped to cut religious problems that have arisen due to the destroyed houses of worship, marga has made social relations of blood kinship closer despite different religions in the Aceh Singkil community.           Key words: maturity, tasamuh marga, Aceh Singkil
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM (KAJIAN HISTORIS FILOSOFIS ) SIFAT-SIFAT RASULULLAH Sakdiah Sakdiah
Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 22, No 1 (2016): Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/albayan.v22i33.636

Abstract

Islam is very careful in determining who will be an exemplary leader of the group that nourish and build a Muslim personality. One of the leaders who meet the quality like that, for all Muslims is the Prophet Muhammad. Appointment him as the messenger of Allah., That in addition to lead mankind is also for the entire universe. The personality of the Prophet Muhammad swt., As a man whose leadership is exemplary toughness him to become a person who is not influenced by the circumstances surrounding community that is still ignorance. Aspects of personality that is very prominent in him like honesty (Siddiq), which is a principle in life and life. Perfect personality possessed by the Holy Prophet. as the Messenger of God as praiseworthy and perfect personality, known as the properties required for the Messenger of God, which includes Siddiq, trust, sermons, and fathanah. In recorded history that the figure of the Prophet Muhammad. a role not only as a leader in one thing only, but as a leader in terms of life include political, economic, military, and propaganda.
ARGUMEN KESETARAAN JENDER PERSPEKTIF AL-QUR’AN KARYA PROF. DR. NASARUDDIN UMAR, MA. Sakdiah Sakdiah
Takammul : Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan Anak Vol 10, No 1 (2021): TAKAMMUL
Publisher : Pusat Studi Wanita UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/takamul.v10i1.12589

Abstract

Karya Nasarudin Umar dalam buku Argumentasi Kesetaraan Gender Perspektif Alqur’an. Penelitian ini dilatarbelakangi kegelisahan intelektualnya karena teks-teks al-Qur’an sering dipakai sebagai alat legitimasi dan justifikasi paham patriarkhism yang bias gender dan sarat misoginis yang menempat­kan perempuan sebagai the second dalam konteks ritual maupun sosial. Nasaruddin Umar adalah cendekiawan muslim Indonesia yang me­miliki concern terhadap persoalan relasi gender. Ia banyak mem­berikan kontribusi pemikiran-pemikiran reflektif, diantaranya Nasarudin berasumsi bahwa ketidakadilan gender bukanlah bersumber dari watak agama itu sendiri namun berasal dari pe­mahaman dan pemikiran keagamaan yang dipengaruhi oleh kon­struksi sosial. Menurutnya, masih terjadi ambiguitas penafsiran al-Qur’an tentang apakah gender itu bersifat nature (kodrati) ataukah bersifat nuture (konstruksi social) yang dinamis. Untuk memahami autentisitas perspektif al-Qur’an, Nasarudin melakukan penelitian terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tetang relasi laki-laki dan perempuan dengan menggunakan analisis tematik (tafsir maudhui) dengan berbagai pendekatan seperti semantic-linguistik, normatif-teologis maupun sosio historis. Hasil­nya, al-Qur’an tidak secara tegas menyatakan dukungan terhadap kedua paradigma gender baik nature maupun nurture. Al-Qur’an hanya meng­ako­modir unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam dua teori yang sejalan dengan prinsip-prinsip universal Islam. Secara umum al-Qur’an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan tetapi perbedaan itu tidak meng­untungkan salah satu pihak dan memarjinalkan pihak yang lain. Per­­bedaan itu diperlukan justru untuk mendukung obsesi al-Qur’an tentang ke­hidup­an harmonis, seimbang, aman, tenteram serta penuh kebajikan.
Kajian Hermeneutika Kontemporer: Studi Analisis atas Penafsiran Al-Qur’an Nasr Hamid Abu Zayd dan Hassan Hanafi Muhammad Furqan; Sakdiah Sakdiah
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i1.12982

Abstract

The term hermeneutics is still very unfamiliar to the majority of Indonesian Muslims, this is considered reasonable because hermeneutics is an imported item that is not known in Islam scientific world. In the Islamic world itself, although there was a lot of resistance to the results of its studies, it did not discourage some contemporary thinkers from adopting it and ignored the various risks it had to bear, such as Nasr Hamid Abu Zayd and Hassan Hanafi. This article aims to reconstruct their thinking on the interpretation of the Qur'an through the study of hermeneutics. This article is literature research using a qualitative approach. Data collection is carried out by studying related textbooks, encyclopedias, journals, and others. The results of the study showed that Nashr Hamid Abu Zaid tried to find a new meaning that was not pronounced in the Qur'an in accordance with the current context by carrying out hermeneutic studies through the theory of text interpretation in two dimensions, namely the theory of meaning (dalâlah) and significance (magzâ). Hassan Hanafi carries out the study of the hermeneutics of freedom with language analysis, historical context analysis and generalizations, that is, raising the meaning of the "moment" situation and its historical situation in order to give an adequate understanding of others' situation. Hanafi wanted to derive new meaning from interpretation to address specific cases in people's lives. Istilah hermeneutika masih sangat asing bagi mayoritas masyarakat Muslim Indonesia, hal ini dianggap wajar dikarnakan hermeneutika merupakan barang impor yang tidak dikenal dalam keilmuan Islam. Di dunia Islam sendiri, meski muncul banyak penolakan terhadap hasil pengkajiannya, namun tidak menyurutkan langkah sebagian pemikir kontemporer untuk mengadopsinya serta mengabaikan berbagai risiko yang harus ditanggungnya, Seperti Nasr Hamid Abu Zayd dan Hassan Hanafi. Artikel ini bertujuan merekonstruksikan pemikiran mereka terhadap penafsiran Al-Qur’an melalui kajian hermeneutika. Artikel ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah buku-buku teks, ensiklopedi, jurnal, dan lainnya yang terkait. Hasil kajian menunjukkan bahwa Nashr Hamid Abu Zaid mencoba untuk menemukan makna baru yang tak terlafazkan dalam al-Qur’an sesuai dengan konteks kekinian dengan mengusung kajian hermeneutika melalui teori interpretasi teks dalam dua dimensi yaitu teori makna (dalâlah) dan signifikansi (magzâ). Hassan Hanafi mengusungkan kajian hermeneutika kebebasan dengan analisis bahasa, analisis konteks sejarah dan generalisasi, yaitu mengangkat makna dari situasi “saat” dan situasi sejarahnya agar dapat menimbulkan situasi-situasi lain. Hanafi ingin memperoleh makna baru dari penafsiran untuk menyikapi berbagai kasus spesifik dalam kehidupan masyarakat.
The Mandatory Program is Able to Read the Qur'an and Its Impact on the Morale of Unsyiah Students Muchlinarwati Muchlinarwati; Muhammad Hamzah; Salami Salami; Sakdiah Sakdiah
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 11 (2023): Proceedings of Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v11i.760

Abstract

This research raised the topic of the mandatory program to be able to read the Quran and its impact on the morale of Unsyiah students. This research was conducted based on the fact that there are still a number of Unsyiah students who cannot read the Quran. In addition, there were also some obstacles for Unsyiah students in reading the Quran, it seems that they have not understood the correct makhraj letters and laws in tajwid. Therefore, the university of Shia Kuala (USK), organizes a program, namely UP3AI (the unit of development of a companion program for Islamic religious courses). This program, it can help students in reading the Quran. This program must be followed by all Unsyiah students as a condition of taking Islamic courses. The UP3AI program aims to form a generation that is Qur'ani and has a charitable character. This method uses qualitative and quantitative methods. The results of the student's research are that they have not been able to read the Quran properly. This program has not been implemented effectively, due to factors of lack of discipline, especially time, communication in teaching and learning is not good, and some mentors have not mastered the material and are said to be effective, namely the learning process between mentors and students has gone well, this can be seen in terms of the teaching and learning process, the time used is good, the methods used can be understood by students and techniques in teaching well. The success rate has not reached well due to the decline in the ability to not be able to read the Quran decreased quality of Quranic teaching in both mosques and Musalla, no stable teaching methods, limited hours of Quranic teaching, the elimination of teaching curricula, the influence of television shows and others. The implementation of the Quran reading program does not experience moral changes for students, but by practicing the Quran students will form good morals.
INOVASI PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM TERPADU DI PAUD-IT BUSTANUL MARIF KECAMATAN MESJID RAYA KABUPATEN ACEH BESAR Muhammad Furqan; Sakdiah Sakdiah
Al-Fathanah Vol 1, No 2, Oktober (2021): AL-FATHANAH: Jurnal Studi Islam dan Pendidikan Agama Islam
Publisher : Al-Fathanah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/al-fathanah.v1i2, Oktober.1133

Abstract

Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia sekarang terdiri dari Pendidikan Anak Usia Dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan Pendidikan Tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga dan yang diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat di mana ia tinggal. PAUD IT Bustanul Marif menerapkan pembelajaran anak usia dini berbasis Islam dengan menggunakan sistem terpadu. Fokus masalah dalam kajian ini adalah bagaimana pengelolaan serta penggunaan sistem pengembangan kurikulum Islam terpadu di PAUD-IT Bustanul Marif yang ditetapkan dan dijalankan oleh guru pada tahun pelajaran 2019/2020. Metode penelitian memakai metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian ditemukan bahwa dalam merancang pengembangan kurikulum di PAUD IT Bustanul Marif sudah baik dan sesuai dengan standar yang sudah diatur dan diberlakukan oleh pemerintah, namun kelemahannya ada pada penerapan dari kurikulum tersebut yang diterapkan oleh guru, baik itu secara langsung maupun tidak. Padahal guru merupakan pusat sentralnya dari penerapan kurikulum.