Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Thermal Characteristic of Fire Resistance Electrical Cable for Residential Wiring Installation Yunita Sari; Mochammad Syamsul Ma'arif
JEMMME (Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering) Vol. 3 No. 1 (2018)
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/jemmme.v3i1.5882

Abstract

The objective of the research was to investigate thermal characteristic of electrical cable for residential wiring installation in order to acquire the initial data for fire protection study especially connected to short circuit. The research methods were testing the characteristic of cable by differential scanning calorimetry (DSC), fire resistant test, and current injection test according to International Standard IEC 60332-1-1. The results of the test were: differential scanning calorimetry gave the flame temperature of the cable was 3100C, fire resistant test shown the length of charred/melted cable was 65 mm and fire was extinguished in 10 s after the source of flame was cut, the current injection test showed that for current of 60 A, the cable started to melted and produce smoke after 270 s. The result showed that the cable comply with the specification, i.e. flame retardant cable or fire resistance cable as proved by test results and can be concluded that the cable gives adequate protection to the fire. Also, it can concluded that whenever short circuits occur, the cable able to withstand the high current and temperature for prolonged time and may only resulted in charred or melted only and doesn't make the cable came into flame/fire. Even if the fire is occurred in the cable as results of short circuit, the propagation is relatively not existed.
PENGARUH PENAMBAHAN CARBON DAN PROSES QUENCHING DENGAN COOLANT PADA HASIL PENGELASAN ELEKTRODA E6013 TERHADAP TINGKAT KEKERASAN Yunita Sari; Crisa Diki Cahyo Prasetyo
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur Vol. 6 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.408 KB) | DOI: 10.21009/JKEM.6.1.3

Abstract

Baja merupakan suatu material dasar utama yang paling banyak digunakan di dunia bidang industri karena harganya yang relatif murah. Baja dengan kadar carbon rendah biasanya berbentuk pelat, pipa, batang profil, lembaran dan sebagainya. Baja carbon rendah ini memiliki komposisi carbon sebesar 0,005%-0,30% dan memiliki kekerasan yang rendah. Untuk meningkatkan ketahanan aus pada benda kerja, salah satunya adalah menaikan tingkat kekerasan dari material dengan quenching. Selain dari itu penambahan kadar carbon juga akan meningkatkan kekerasan material Peningkatan kekerasan berbanding lurus dengan meningkatnya ketahanan aus. Oleh karena itu baja carbon rendah yang telah di las oleh elektroda E6013 dan ditambahkan karbon carbon (C) akan dipanaskan 1000 oC selama 20 menit lalu dilakukan pendinginan secara cepat dengan cara quenching dengan coolant untuk meningkatkan kekerasan. Bahan pada penelitian ini adalah baja carbon rendah dengan jumlah 4 spesimen, 2 spesimen tanpa perlakuan dan 2 spesimen menggunakan pendinginan coolant. Material masing-masing variasinya ialah elektroda E6013 (E60), dan elektroda E6013 + Carbon (E60+C). Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, diketahui berdasarkan hasil uji komposisi terdapat peningkatan Carbon dari 0,08% menjadi 0,650%. Penambahan usur carbon dapat meningkatkan kekerasan spesimen dari 239,63 VHN menjadi 375,06 VHN. Proses quenching dengan media coolant dapat meningkatkan kekerasan spesimen E60 dari 239,63 VHN menjadi 325,7 VHN. Proses quenching dengan media coolant dapat meningkatkan kekerasan spesimen E60+C dari 375,06 VHN menjadi 542,73 VHN.
KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI LAPISAN KERAS DI ATAS PERMUKAAN BAJA KARBON Yunita Sari; Akmal Nashrullah; Sopiyan
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur Vol. 7 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/JKEM.7.1.1

Abstract

Low carbon steel is widely applied to make heavy equipment, such as bucket excavators because it has a combination of material properties such as strength, ductility, corrosion resistance, and good formability. The use of this excavator bucket requires high strength and high corrosion resistance. Because the excavator bucket always rubs against the ground, it is necessary to do hard facing to increase the hardness of this excavator bucket. This research examines the effect of coating and heat treatment on low carbon steel to increase hardness and corrosion resistance. The plating process uses manganese alloy steel and chrome alloy steel, then heat-treated to a temperature of 1000°C and holding time for 10 minutes, then cooled using water media. From the test results, it was found that coating using chrome alloy steel has higher hardness and corrosion resistance than coating using manganese alloy steel because chrome is harder and corrosion-resistant than manganese.
KOROSI H2S DAN CO2 PADA PERALATAN STATIK DI INDUSTRI MINYAK DAN GAS Yunita Sari; Siska Titik Dwiyati
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur Vol. 2 No. 1 (2015)
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.15 KB) | DOI: 10.21009/JKEM.2.1.2

Abstract

Perhatian utama pada desain dan pemilihan material logam untuk peralatan statik seperti pressure vessel dan heat exchanger pada industri minyak dan gas adalah kerentanannya terhadap fluida yang mengandung hidrogen sulfida (H2S) dan karbon dioksida (CO2). Material yang menjadi objek pada penelitian ini adalah baja karbon rendah (low carbon steel) dan baja tahan karat (stainless steel) dari tipe yang paling sering digunakan di industri minyak dan gas, yaitu baja karbon rendah A-283 Grade C dan A-516 Grade 70, serta baja tahan karat austenitik 304 L dan 316 L. Korosi pada logam baja oleh H2S terdiri dari dua proses yang simultan dan terkait, yaitu proses elektrokimia dan absorpsi hidrogen ke dalam baja. Larutan CO2 dalam air pada pH yang sama lebih korosif dari larutan asam kuat, sebab pH hanya merefleksikan konsentrasi ion hidrogen, sedangkan CO2 akan memberikan kuantitas korosi yang lebih besar dari bagiannya yang terdisosiasi. Baja tahan karat austenitik memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan dengan baja karbon rendah. Selain itu sifat mekanik dari austenitic stainless steel seperti ketangguhannya terhadap retak dan keuletannya juga relatif tinggi sehingga kerentanannya terhadap failure lebih rendah.
ANALISIS PRODUK HASIL KOMBINASI PROSES PENGELASAN DAN PERLAKUAN PANAS ALUMINIUM 6061 Yunita Sari
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur Vol. 2 No. 2 (2015)
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.104 KB) | DOI: 10.21009/JKEM.2.2.7

Abstract

Sering kali di industri suatu komponen atau struktur dari logam aluminium (aluminium alloys) harus mengalami proses manufaktur pengelasan (welding) sebagai salah satu metode penyambungan logam (metal joining) dan perlakuan panas (heat treatment) untuk memperoleh atau mengubah sifat tertentu dari logam tersebut, karena itu perlu dilakukan analisis terhadap kombinasi kedua proses tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kombinasi pengelasan dan perlakuan panas terhadap sifat mekanik (mechanical properties) logam aluminium. Material teknik yang digunakan adalah logam aluminium 6061, proses pengelasan yang dilakukan adalah tungsten inert gas (TIG welding) atau GTAW (Gas Tungsten Arc Welding), proses perlakuan panas yang dilakukan adalah aging (precipitation hardening/ strengthening), pengujian yang dilaksanakan adalah pengujian tarik (tensile/tension test) dan pengujian kekerasan (hardness test). Kekuatan logam rata-rata setelah dilakukan proses pengelasan adalah 28,5 Kgf/mm2 artinya logam ini mampu menahan beban hingga sebesar itu tanpa mengalami perpatahan (fracture), sedangkan kekuatan logam lasan setelah dilakukan proses perlakuan panas rata-rata meningkat menjadi 48,7 Kgf/mm2. Secara umum nilai kekerasan logam berbanding lurus dengan kekuatannya sehingga kekerasan logam lasan setelah dilakukan proses perlakuan panas juga meningkat. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa proses perlakuan panas artificial aging pada hasil proses pengelasan logam aluminium secara umum akan meningkatkan sifat mekanik.
STUDI AWAL PEMBUATAN SERBUK TEMBAGA BERSTRUKTUR AMORF Yunita Sari
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur Vol. 3 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.584 KB) | DOI: 10.21009/JKEM.3.1.7

Abstract

Serbuk logam umumnya diproduksi dengan proses atomisasi (sentrifugal, gas, atau air), elektrolisis, atau kimia. Logam umumnya memiliki struktur kristal (crystalline), agar dapat diperoleh serbuk logam berstruktur nonkristal atau amorf (amorphous) maka proses yang dipilih adalah reaksi kimia. Untuk memperoleh serbuk tembaga berstruktur amorf maka dilakukan reaksi antara larutan tembaga (II) sulfat (atau CuSO4) dengan logam seng (atau Zn) pada temperatur dan kecepatan agitasi yang relatif tinggi. Sedangkan untuk meningkatkan kemurnian logam tembaga (atau Cu) yang dihasilkan digunakan gas inert selama berlangsungnya reaksi kimia tersebut. Karakterisasi terhadap serbuk logam yang dihasilkan dilakukan dengan analisis menggunakan sinar x. Aplikasi logam amorf antara lain adalah sebagai material soft-magnetic dan aplikasi yang membutuhkan material amorf yang ketangguhannya lebih tinggi dibandingkan material amorf yang lain seperti keramik. Ini merupakan penelitian awal pembuatan serbuk tembaga berstruktur amorf, sebab untuk bisa memperoleh logam yang nonkristal (metallic glass/glassy metal) adalah hal yang sulit, bahkan untuk memperoleh serbuk logam yang kemurniannya cukup tinggi pun dengan proses ini bukanlah hal yang mudah.
Pengaruh Campuran Thinner Terhadap Daya Rekat dan Ketebalan Lapisan Hasil dari Alat Custom Refill Cat Semprot Ahmad Lubi; Yunita Sari; Rani Anggarainy; Ardi Candra Fatkhurrohman; Mohammad Rizqi Dwi Febrianto; Reynaldi Ramadhan; Ferry Budhi Susetyo
Jurnal Asiimetrik: Jurnal Ilmiah Rekayasa dan Inovasi Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/asiimetrik.v5i1.4226

Abstract

A custom spray coating refill equipment has been designed and fabrication. For this reason, it is necessary to trial the equipment that has been made. This study aims to determine the performance of custom spray coating refill equipment. For a comparison parameter, coating and thinner mixture variations were conducted to determine the adhesion and thickness of the coating layer formed. The coating used in this experiment was Nitrocellulose (NC) and Polyurethane (PU) thinner. The ratio of coating and thinner mixture used are 1:1.5, 1:2, and 1:2.5. After mixing, the mixture was put into the sprayer using custom spray paint refill equipment. The mixture of coating and thinner was sprayed onto the SPCC steel plate. To measure, the adhesion and thickness of the coating layers, a cross-cut tool (according to ASTM-D3359) and a thickness gauge (according to the ASTM-AMT15) were carried out respectively. It seems the spray paint refill equipment was functioning properly. This is due to the quality of the coating layers having good adhesion, shown by all specimens getting 5B classification (0% not peeled off). Moreover, an increase in the thinner composition is lead to a decrease in the coating thickness.
Analisis Sifat Fisika dan Kimia terhadap Kualitas Air Irigasi Pada Lahan Sawah di Desa Cisarua RT 01 RW 03 Bogor Chika Shafa Maura; Amarisa Nur Affifah; Bella Pricilya Nababan; Dewi Nur Lathifa Abdul Rozak; Syawal Adrian Syah; Yunita Sari; Alsifa Andita Putri
Risenologi Vol. 8 No. 1 (2023): Risenologi
Publisher : Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47028/j.risenologi.2023.81.455

Abstract

Indonesia is very interested in the existence of water to support the agricultural sector by utilizing water for irrigation. The purpose of this study was to determine the physical and chemical properties of irrigation water quality in rice fields in Cisarua Village RT 01 RW 03 Bogor. The research method is a qualitative descriptive research where this method focuses on in-depth observations and focuses on facts in the field. Samples were taken at 6 irrigation water points on paddy fields. In each predetermined paddy field, water sampling is carried out for quality testing in physical properties (water temperature, color, TDS and odor) and chemically, namely the degree of acidity (pH). The results of the study from point 1 to point 6 of irrigation water in paddy fields successively from temperature tests were 28 °C, 27 °C, 27 °C, 28 °C and 27 °C. Test the color of the six points that are colorless. Test from all six odorless points. pH tests from point 1 to point 6 are 7.4, 7.2, 7.3, 7.3, 7.3, 7.2, 7.1, respectively. Furthermore, the total dissolve solid (TDS) test at points 1 to 6 respectively is 40 ppm, 42 ppm, 42 ppm, 32 ppm, 39 ppm, 23 ppm. So it can be concluded that the quality of irrigation water on paddy fields in Cisarua Village RT 01 RW 03 Bogor is in accordance with the standards of 492 / MENKES / PER / IV / 2010 and PP No. 82/2001.