Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN TELUK JOBOKUTO KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH Harpasis S Sanusi; Richardus F Kaswadji; I Wayan Nurjaya; Rita Rafni
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 12 No. 1 (2005): Juni 2005
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.721 KB)

Abstract

Perairan pantai (Teluk Jobokuto) merupakan tempat penampungan berbagai macam limbah buangan termasuk limbah industri, pertanian, dan pemukiman. Limbah tersebut sangat bervariasi dalam komposisi secara fisika maupun biokimia. Permasalahannya secara umum pembuangan limbah ke dalam perairan pantai berasal dari sumber yang tidak terkontrol seperti pertanian (runoff), peningkatan jumlah penduduk, yang secara cepat akan meningkatkan beban limbah. Aktivitas-aktivitas tersebut akan berdampak terhadap penurunankualitas perairan, sehingga evaluasi tentang kapasitas asimilasi menjadi penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kapasitas asimilasi beban pencemar, kualitas air, sedimen dan biologi perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban limbah tertinggi disumbang TSS sebesar 157.40 ton/hari dari sungai Jepara. Nilai beban limbah tersebut masih dibawah nilai kapasitas beban Teluk Jobokuto. Proses percampuran menunjukkan tipe estuari perairan Teluk Jobokuto termasuk tipe estuari campuran sebagian, laju pengenceranadalah 9.09 hari. Kualitas air seperti TSS, DO, BOD5, NH3-N, NO3, NO2, PO4, dan TOM secara umum masih sesuai kriteria baku mutu kualitas air untuk biota laut (Kepmen No. 02/MENKLH/I/1988). Berdasarkan analisis STORET, perairan Teluk Jobokuto relatif belum tercemar. Sedimen didominasi fraksi pasir (50.53 – 92.41%) dan bahan organik tertinggi adalah C-org(0.91-3.36%). Secara umum, kondisi sedimen berada dalam zona oksidasi - transisi. Struktur komunitas fitoplankton dan makrozoobentos memperlihatkan indeks keanekaragaman yang sedang dan tidak terdapat dominansi spesies. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan ondisi kapasitas asimilasi beban pencemar di perairan Teluk Jobokuto masih dalam keadaan belum terlampaui.Kata kunci: kapasitas asimilasi, kapasitas beban, waktu pencucian, proses percampuran, zona diskontinuitas oksidasi
The researh for study relationship between phytoplankton abundance and environment parameters and determining contribuion each environment parameters on phytoplankton abundance discrimination had been conducted in 2005 in bagan rambo fishing ground at coastal water Barru Regency, Makassar Strait.  Environment parameters and phytoplankton abundance data collection were conducted on May (6 stations), June, July, September, October and November (9 stations).  Spatio-temporal distribution of environ Muh. Hatta; Richardus F Kaswadji; Mulia Purba; Daniel R. Monintja
Forum Pasca Sarjana Vol. 33 No. 1 (2010): Forum Pascasarjana
Publisher : Forum Pasca Sarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The researh for study relationship between phytoplankton abundance and environment parameters and determining contribuion each environment parameters on phytoplankton abundance discrimination had been conducted in 2005 in bagan rambo fishing ground at coastal water Barru Regency, Makassar Strait.  Environment parameters and phytoplankton abundance data collection were conducted on May (6 stations), June, July, September, October and November (9 stations).  Spatio-temporal distribution of environment parameters probably ralate to fresh water loading to stations inshore.  Phytoplankton abundance found in this research ranged from 431 to 5438 cels/liter.  Phytoplankton population dominated by diatom i.e: Bacteriatrum, Biddulphia, Chaetoceros, Coscinodiscus, Ditylum, Eucampia, Melosira, Navicula, Nitzschia, Rhizosolenia, Skeletonema, Thalassionema, Thalassiosira, dan Thalassiothrix.  Regression analysis result show significantly positive linear correlation between phytoplankton abundance with temperature and phosphate concentration, but low correlation coefficient R = 0,4366 (R2 = 0,1906).  Discriminant analysis result show that high average of phytoplankton abundance occured when high temperature and nitrat concentration, and moderate salinity, pH and phosphate concentration.  Phosphate concentration have higher contribution on discriminating phytoplankton abundance.  The contribution of nitrate and silicat concentration and pH are low.   Key words: phytoplankton, phytoplankton abundance, diatom, discriminant analysis, environment parameters
Karakteristik perairan mangrove Tanjung Api-api Sumatera Selatan berdasarkan sebaran parameter lingkungan perairan dengan menggunakan analisis komponen utama (PCA) Tengku Zia Ulqodry; Dietriech G Bengen; Richardus F Kaswadji
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 1, No 1 (2010): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.494 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v1i1.1039

Abstract

Mangrove ecosystem is a unique ecosystem in coastal area and has useful economic and ecological function. The aim of this research was to know the characteristic of mangrove water of Tanjung Api-api, South Sumatera based on its environmental paramaters. This research has been done in April-June 2007. Sample of water was collected by using water sampler. Water parameters were measured consist of temperature, salinity, pH, Dissolved Oxygen, Nitrate, Phosphate, Ammonium, Total Suspended Solid and Total Organic Matter. Principal Component Analysis was used to determine characteristic of physico-chemical parameters between observation stations. The results showed that station I (sea area) was characterized by high value for temperature, dissolved oxygen, and pH; station II (mouth river) was characterized by high value of TOM and TSS; while station III (river) was characterized by low value of environmental parameters compared with the other stations. Keywords : Environmental parameters, Principal Component Analysis, Mangrove, Tanjung Api-api     Ekosistem mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem pesisir yang unik dan memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat bermanfaat di lingkungan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat mangrove Tanjung Api-api berdasarkan parameter kualitas perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan april-Juni 2007. Pengambilan sampel air dengan menggunakan water sampler lalu dimasukkan kedalam botol gelap. Parameter air yang diamati meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, Ammonia, Total Padatan Tersuspensi dan bahan organik total. Untuk menentukan variasi karakteristik fisika kimia perairan antar stasiun pengamatan digunakan Principal Component Analysis atau PCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perairan mangrove Tanjung Api-api untuk Stasiun I (daerah laut) dicirikan oleh suhu, salinitas, DO dan pH yang tinggi, Stasiun II (mulut muara) lebih dicirikan oleh nilai TOM dan TSS yang tinggi, sedangkan Stasiun III (sungai) dicirikan oleh parameter fisika-kimia air dengan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang berada di daerah laut dan muara.   Kata kunci: Analisis Komponen Utama, Mangrove, Parameter Fisika Kimia, Tanjung Api-api
Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi dan Karakteristik Habitat Supriadi .; Richardus F Kaswadji; Dietrich G Bengen; Malikusworo Hutomo
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 4, No 2 (2012): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.633 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v4i2.1381

Abstract

ABSTRACTIndication on seagrass decline  has been observed in many places including Barranglompo Island of Makassar. Condition of damaged seagrass has significant impacts to the roles of seagrass as habitat, spawning ground, and feeding ground for various marine organisms and also role of seagrass as carbon absorbent and stocks.  In order to provide a reference for appropriate seagrass management and conservation, it is required data on seagrass habitat.  A research was done in Barranglompo Island, Makassar from December 2010 to November 2011.  Seagrass condition was observed based on McKenzie et al. (2001) and Balestri et al. (2003).  This research showed that large seagrass coverage was dispersed in southern, western and northern sides of the island. Meanwhile, seagrass spesies with wider distribution were E. acoroides, T. hemprichii and C.rotundata.Keywords : seagrass, Barranglompo Island, habitat characteristics ABSTRAKIndikasi adanya penurunan kondisi lamun ditemukan di beberapa tempat termasuk di Pulau Barranglompo Makassar. Kondisi lamun yang rusak berimplikasi terhadap peranan lamun sebagai habitat, tempat memijah dan tempat mencari makan berbagai organisme serta peran lamun sebagai penyerap dan penyimpan karbon.  Sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan dan konservasi lamun yang tepat diperlukan data kondisi dan habitat lamun.  Penelitian dilakukan di Pulau Barranglompo Makassar dari bulan Desember 2010 sampai November 2011.  Kondisi lamun diamati berdasarkan McKenzie et al. (2001) dan Balestri et al. (2003).  Penelitian menunjukkan bahwa distribusi lamun yang luas ditemukan pada sisi selatan, barat dan utara pulau.  Jenis lamun yang mempunyai sebaran yang luas adalah E. acoroides, T. hemprichii dan C. rotundata.Kata kunci : lamun, pulau Barranglompo, karakteristik habitat
SCREENING OF BACTERIAL SYMBIONTS OF SEAGRASS Enhalus sp. AGAINST BIOFILM-FORMING BACTERIA Bintang Marhaeni; Ocky Karna Radjasa; Dietrich G Bengen; Richardus F Kaswadji
JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT Vol 13, No 2 (2010): Volume 13, number 2, Year 2010
Publisher : JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.975 KB)

Abstract

Seagrasses have been known to produce secondary metabolites that have important ecological roles, including preventing from pathogen infections and fouling organisms. A research aimed at screening the potential of bacterial symbionts of seagrass Enhalus sp. was performed. Bacterial symbionts including endophytes and epiphytes were isolated from the seagrass, and marine biofilm-forming bacteria were isolated from the fiber and wooden panels from the surrounding colonies. A total of 17 epiphyte and 6 endophyte isolates were obtained, however more biological activity was found among endophytes (100%) compared to epiphytes (47%) against biofilm-forming bacteria. In addition, bacterial endophytes inhibited more biofilm-forming bacteria than epiphytes. Interestingly more isolates were obtained from rough surfaces both from fiber and wooden panels than smoothe surfaces. Bacterial symbionts of seagrass Enhalus sp., in particular its endophytes show potential source as  natural marine antifoulants.       
Beberapa Aspek Pertumbuhan Lamun Enhalus acoroides (Linn. F) Royle di Pulau Barrang Lompo Makassar Supriadi Supriadi; Dedi Soedharma; Richardus F Kaswadji
Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal Vol 23, No 1 (2006)
Publisher : Fakultas Biologi | Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.mib.2006.23.1.139

Abstract

A study has been conducted to investigate some aspects related to seagrass Enhalus acoroides growth in Barrang Lompo Island Makassar by using a modified tagging method.  Tagging was applied monthly to 20 seagrass stands for seven months with weekly observations. The results showed that Enhalus acoroides growth had a quadratic pattern and was strongly affected by exposed environmental condition, turbidity, nutrient, and temperature.