Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Pelatihan Pendidik Sebaya tentang Generasi Berencana (GenRe) di SMP N 24 Kota Semarang Sofiyanti, Ida; Astuti, Fitria Primi; Setyowati, Heni
Jurnal Pengabdian Dharma Bakti VOL 3, NO 1 (2020) : FEBRUARI 2020
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/jpdb.v3i1.97

Abstract

The true teenager is the hope of a nation, the country will become strong if it has teenagers who are spiritually intelligent, intellectually and have a strong emotional. As the rapid development of the world makes changes in behavior in adolescents, but these changes are more likely to lead to negative activities rather than positive activities. Problems that often arise are usually related to sexuality issues, such as unwanted pregnancy, abortion, HIV / AIDS, and drug abuse. Adolescents with these behavioral deviations need a treatment and also get information about reproductive health for young women and men, need to organize a good future by leaving unwholesome behavior that can damage the future of adolescents. Going through adolescence far from deviant behavior would certainly be our common concern. Teenagers will not be able to walk on their own without the assistance of parents, the school, home and etc. Realizing this, the Community Service Study Program of the Midwifery Study Program at the Faculty of Health, Ngudi Waluyo University, felt responsible for facilitating adolescents to learn to understand and be able to practice healthy behaviors to become adolescents who had strong hopes for the nation. Community Service is carried out in 5 stages, namely the first phase of selecting active groups of students who are willing to be agents of change for GenRe / willing to be peer educators, the second stage of counseling and training of peer educators. The third stage of mentoring is increasing peer group skills in providing information to peers. Stage four peer educators independently socialize GenRe to peers. The Fifth stage evaluates the delivery of information from peer educators to their peers, explores the usefulness of the existence of peer educators, limitations and new things that arise when becoming a peer educator.Keywords: Generation planning, peer educators
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POSYANDU BALITA DENGAN KUNJUNGAN IBU KE POSYANDU BALITA DI DESA TAMBAKSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOSARI Feni Setyowati; Fitria Primi Astuti; Sundari
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 8 No 19 (2016): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya untuk menurunkan Angka Kesakitan Balita yaitu salah satunya dengan kegiatan posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Bersumber Daya Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Pada tahun 2013 jumlah posyandu di Kabupaten Kendal yang aktif yaitu sebanyak 1.397 posyandu. Data kunjungan Posyandu terendah di Kabupaten Kendal yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari tepatnya di Desa Tambaksari yaitu terdapat balita sebanyak 2638 balita (69,3%). Desain penelitian ini menggunakan pendekatan secaraCross Sectional, dengan desain penelitian studikorelasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di Desa Tambaksari Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan di Desa Tambaksari Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari yang berjumlah 228 responden. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 responden. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik Proportionate Random Sampling Hasil penelitian ini menunjukan Sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang yaitu sejumlah 36 responden (51,4%); Sebagian besar responden yang kunjungannya tidak baik yaitu sejumlah 40 responden (57,1); Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang posyandu balita dengan kunjungan ibu ke posyandu balita di Desa Tambaksari Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari, diketahui bahwa p value=0.005 < a (0,05). Saran yang diberikan pada masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita diharapkan supaya selalu aktif dalam berkunjung ke posyandu agar tumbuh kembang balita terpantau.
PERBEDAAN FREKUENSI ENURESIS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN BEHAVIOR MODIFICATION (ALARM ENURESIS) Fitria Primi Astuti; Ida Sofiyanti
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 9, No 2 (2018): April 2018
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.493 KB) | DOI: 10.33846/sf.v9i2.233

Abstract

Prevalensi enuresis sebesar 15% pada usia 5 tahun, 10% pada usia 7 tahun dan menurun menjadi 5% pada usia 11-12 tahun. Apabila enuresis tidak segera diatasi dan diabaikan dapat mengganggu kepercayaan diri anak dan hubungan sosialnya. Beberapa metode yang digunakan untuk mengurangi enuresis dengan terapi motivasi, therapy alarm (behavior modification), latihan menahan keluarnya air kencing (bladder therapy training), Terapi melalui makanan, hypnotherapy. Penelitian ini Bertujuan mengetahui perbedaan frekuensi enuresis sebelum dan sesudah pemberian Behavior Modification (Alarm Enuresis) di Kelompok Bermain dan Anak Usia Prasekolah TK Sumurejo Kecamatan Gunung Pati. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental) dengan rancangan One Group Pre-test dan Post-test desain, sampel dalam penelitian ini 10 responden. Hasil penelitian ini menunjukan frekuensi enuresis sebelum diberikan Behavior Modivication (Alarm Enuresis) mean Eneuresis malam 8,90 lebih besar dibandingkan dengan Mean frekuensi Enuresis pada siang hari yaitu 1,2. Bahwa frekuensi Enuresis setelah diberikan Behavior Modivication (Alarm Enuresis) dalam satu minggu mean Eneuresis malam 0,40 lebih besar dibandingkan dengan Mean frekuensi Enuresis pada siang hari yaitu 3,30, ada perbedaan sebelum dan sesudah pemberian Behavior Modivication (Alarm Enuresis) dengan p0,012
Peran Konselor ASI dalam Keberhasilan Pemberian Kolostrum Hapsari Windayanti; Ida Sofiyanti; Fitria Primi Astuti
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12 (2021): Nomor Khusus April 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12nk218

Abstract

Lactation counseling carried out by breastfeeding counselors can help increase the knowledge and motivation of pregnant women in preparing for colostrum and exclusive breastfeeding. This study aims to determine the role of breast milk counselors in the success of giving colostrum. This study was an action research, with 2 cycles. Each cycle consists of 4 stages, namely: planning, acting, observing, and reflecting. The results showed that there were still 13% of mothers who did not give colostrum to their babies because the mother's family was worried that if there was no immediate food, the babies became fussy because of hunger and mothers couldn't wait for colostrum to come out on days 1-4. after the baby was born. Keywords: colostrum; breast milk counselor ABSTRAK Konseling laktasi yang dilakukan oleh konselor air susu ibu dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu hamil dalam mempersiapkan pemberian kolostrum dan menyusui secara esklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran konselor air susu ibu terhadap keberhasilan pemberian kolostrum. Studi ini merupakan action research, dengan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada 13% ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayinya dikarenakan keluarga ibu merasa khawatir jika tidak ada makanan yang segera diberikan, maka bayi menjadi bayi rewel karena kelaparan dan ibu tidak sabar menunggu kolostrum yang akan segera keluar pada hari 1–4 setelah bayinya lahir. Kata kunci: kolostrum; konselor air susu ibu
Hubungan Komunikasi Ibu dengan Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Mardi Putra Bantul Umrotul Hafidhoh Hadiningrum; Fitria Primi Astuti; Eko Susilo
Jurnal Keperawatan Maternitas Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Keperawatan Maternitas
Publisher : Jurnal Keperawatan Maternitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.516 KB)

Abstract

Perkembangan personal sosial merupakan aspek yang sangat penting pada usia prasekolah. Masalah perkembangan personal sosial anak prasekolah diantaranya anak tidak mempunyai kemampuan bersosialisasi dan kemandirian mencapai 48,4% pada anak usia prasekolah. Komunikasi ibu menjadi faktor penting untuk perkembangan anak, dikarenakan komunikasi ibu merupakan dasar untuk anak dapat mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan komunikasi ibu dengan perkembangan personal sosial anak usia prasekolah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional dan besar sampel 75 responden dengan menggunakan teknik Proportional Random Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner terstruktur dengan analisa data univariat dan bivariat dengan Chi Square pada tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil uji statistik menunjukkan sebagian besar responden memiliki komunikasi yang baik yaitu sebanyak 64 orang (85,3%), dan perkembangan personal sosial menunjukkan bahwa 64 anak (86,7%) mempunyai perkembangan personal sosial baik. Uji bivariat menunjukkan p value 0,000≤0,05. Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi ibu dengan perkembangan personal sosial anak usia prasekolah.
Penerapan Hypnoparenting Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak Usia Dini Fitria Primi Astuti; Ida Sofiyanti; Heni Setyowati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan
Publisher : Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jpmk.v1i2.4915

Abstract

Latar belakang: penerapan Hypnoparenting di KB dan TK Pertiwi 01 Sumurrejo Kecamatan Gunung Pati, adalah sebagian besar orangtua siswa bekerja, dan pengasuhan dilakukan oleh nenek. Permasalahan yang muncul pada siswa yaitu kurangnya kemandirian anak, tantrum, sering menangis, dan masih banyak lagi. Akhir-akhir ini muncul beberapa metode untuk mengarahkan anak berperilaku baik. Salah satu metode dalam rangka membawa anak menjadi sesuatu yang diharapkan tanpa harus memaksa apalagi dengan ancaman dan kekerasan adalah dengan metode Hypnoparenting, yaitu metode yang menggabungkan praktek pengasuhan anak dengan pengetahuan hypnosis. Hypnoparenting adalah teknik hypnotherapy yang secara khusus diterapkan oleh orangtua dalam mengasuh anak. Secara garis besar, teknik ini bermanfaat meningkatkan kualitas komunikasi dan kecerdasan spiritual orangtua dan anak. Bekerja langsung pada alam bawah sadar anak, membuat orangtua dapat menerapkan pola asuh tanpa paksaaan. Tujuan: kegiatan ini adalah menerapkan pola asuh yang baik dengan hypnoparenting. Metode: pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 3 tahapan yaitu seminar dan worksop tentang pola asuh, bahasa cinta dan hypnoparenting, pendampingan penerapan selama satu bulan, dan evaluasi penerapan hypnoparenting oleh orang tuasiswa dan guru. Hasil: hasil awal saat diberikan kuesioner pola asuh 53% memiliki pola asuh yang kurang baik, orangtua antusias dalam workshop penerapan hypnoparenting. Pendampingan penerapan dilakukan selama satu bulan dengan hasil evaluasi yaitu terjadi perubahan sikap anak setelah dilakukan hypnoparenting. Kesimpulan: kesimpulan dari kegatan ini anak menjadi baik dan mudah diarahkan apabila orangtua menggunakan bahasa-bahasa cinta tanpa bentakan.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS DENGAN TES HIV/AIDS Ida Sofiyanti; Fitria Primi Astuti
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 8, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.703 KB)

Abstract

Tren penderita HIV dari resiko tinggi beralih ke resiko rendah. Seiring beralihnya tren tersebut, sehingga jumlah ibu rumah tangga terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat.Hal itu disebabkan karena peningkatan jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman. Infeksi HIV yang terjadi pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta dapat menularkan virus HIV ke anak yang dikandung dan dilahirkan. Pemeriksaan HIV/AIDS pada kunjungan pertama ibu hamil merupakan upaya deteksi dini untuk mengatasi penularan HIV dari ibu ke anak. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang HIV/AIDSdengan tes HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan desain cross sectional, dengan total sampling 35 responden ibu hamildi Desa Gebugan Kecamatan Bergas. Variabel bebas pengetahuan dan sikap ibu hamil dan variabel terikat tes HIV/AIDS. Uji yang digunakan adalah Chi-Square antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan tes HIV/AIDS menunjukkan bahwa ρ value 0.017 sehingga ρ < 0.05. Sedangkan hasil uji antara sikap tentang HIV/AIDS dengan tes HIV/AIDS menunjukkan bahwa ρ value 0.07 sehingga ρ > 0.05. kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan tes HIV/AIDS, dan tidak ada hubungan antara sikap tentang HIV/AIDS dengan tes HIV/AIDS. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tes HIV/AIDS
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Tes HIV Ida Sofiyanti; Fitria Primi Astuti
Indonesian Journal of Midwifery (IJM) Vol. 1 No. 1: March 2018
Publisher : Universitas Ngudi waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.417 KB) | DOI: 10.35473/ijm.v1i1.40

Abstract

Penularan HIV dari ibu ke anak semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan terinfeksi HIV, baik tertular oleh pasangan maupun karena perilaku yang berisiko. Integrasi tes HIV ke dalam pemeriksaan rutin kehamilan/ antenatal terpadu merupakan salah satu upaya agar cakupan tes HIV pada ibu hamil meningkat selain dapat mengurangi stigma terhadap HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan dengan perilaku tes HIV. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Desa Gebugan Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Jumlah subjek penelitian yang digunakan sebanyak 34 subjek dengan teknik pengambilan total sampling, analisis data bivariat menggunakan Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dan pendidikan dengan tes HIV dengan p value 0,15 dan 0,96, dan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku tes HIV dengan p value 0,03. Disarankan agar dilakukan mobile VCT ke desa agar target tes HIV pada kunjungan ibu hamil pertama dapat tercapai.
Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Usia dengan Kejadian Enuresis pada Anak Prasekolah Isfaizah Isfaizah; Fitria Primi Astuti; Widayati Widayati
Indonesian Journal of Midwifery (IJM) Vol. 1 No. 2: September 2018
Publisher : Universitas Ngudi waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.313 KB) | DOI: 10.35473/ijm.v1i2.97

Abstract

Enuresis (mengompol) menjadi masalah kesehatan pada anak. Enuresis adalah keluarnya urin yang tidak disadari sampai anak 5 tahun. Enuresis memberikan pengaruh buruk baik secara psikologis maupun sosial yang mempengaruhi kehidupan anak dan orang tuanya. Anak dengan enuresis cenderung terbatas dalam aktivitas sosial, dijauhi keluarga dan teman, adanya perlakuan buruk dari orangtua/pengasuh seperti dimarahi, dihukum atau ditolak yang menyebabkan perasaan rendah diri pada anak dan perkembangan kepribadiannya.Prevalensi enuresis pada anak laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan (10.7% vs 5.4%). Prevalensi enuresis menurun seiring dengan bertambahnya usia yaitu 15% pada usia 5 tahun, 10% pada usia 7 tahun dan 5% pada usia 11-12 tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dan usia dengan kejadian enuresis pada anak prasekolah. Desain penelitian menggunakan analitik korelasi dengan pendekatan case control 1:1. Populasi seluruh siswa/siswi usia prasekolah (PAUD dan TK) di wilayah Kelurahan Candirejo. Sampel sebanyak 32 siswa/siswi yang mengalami enuresis dan 32 siswa/siswi yang tidak mengalami enuresis. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tentang jumlah enuresis. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan chi square. Analisis univariat diperoleh rerata usia anak adalah 55.59 bulan,rerata frekuensi enuresis adalah 3.41kali/minggu. Kejadian enuresis pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan (63.3% vs 38.2%). Enuresis lebih sering terjadi pada anak usia≤55.5 bulan yaitu sebesar 62.9%.Ada hubungan antara jenis kelamin dan usia dengan kejadian enuresis pada anak pra sekolah (p=0.045, OR=2.79, CI95%=1.011-7.698, p=0.024, OR=0.311, CI95%=0.111-0.869). Anak laki-laki lebih cenderung untuk mengalami enuresis dibandingkan dengan anak perempuan. Ajarkan toilet training sejak dini pada anak, khususnya pada anak laki-laki.
Pendidikan Kesehatan Tentang Generasi Berencana (GenRe) di SMK Kesdam IV/ Diponegoro Magelang Fitria Primi Astuti; Ida Sofiyanti; Eti Salafas
Indonesian Journal of Midwifery (IJM) Vol. 2 No. 1: March 2019
Publisher : Universitas Ngudi waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.741 KB) | DOI: 10.35473/ijm.v2i1.163

Abstract

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun, mengingat pengertian remaja adalah masa peralihan  sampai tercapainya masa dewasa, maka akan sulit menentukan batas umurnya, terjadi perubahan tanda-tanda kedewasaan. Masalah  kesehatan yang terjadi pada remaja berkaitan dengan perilaku yang berisiko, yaitu merokok, minum minuman beralkohol, penyalahgunaan narkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah. Menanggulangi masalah pada remaja Pemerintah lewat BKKBN memiliki program yaitu Generasi Berencana (GenRe) yang mempromosikan program program Keluarga Berencana sejak dini bagi kaum remaja. Generasi Berencana (GenRe)  pula remaja akan diberikan informasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi, keterampilan dan kecakapan hidup, pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera. Sampel dalam Siswa Kelas XII di SMU Kesdam Magelang sebanyak 72 Responden. Penelitian dimulai Mengukur Pre test  memberikan Kuesioner Pengetahuan Genre diberikan pendidikan Kesehatan  tentang Genre dan Setelah Itu diukur lagi untuk post testnya dengan menggunakan  Kuesioner pengetahuan Post Test. Analisa Data  menggunkan uji Wilcoxon. Ada Peningkatan Pengetahuan  Pengetahuan remaja tentang Generasi Berencana (Genre) setelah diberikan pendidikan kesehatan