Kamaluddin Latief
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH TERAPI ROM (RANGE OF MOTION) TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 2 CENGKARENG JAKARTA BARAT TAHUN 2017 Royani; Aldina Eka Fitriana; Kamaluddin Latief
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kesehatan
Publisher : STIKes IMC Bintaro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan, meningkatnya jumlah lansia maka membutuhkan penanganan yang lebih serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan kesehatan. Masalah kesehatan yang sering terjadi adalah penurunan fungsi muskuloskeletal salah satu penyakitnya yaitu rematik. Rematik menyebabkan nyeri karena terjadi reaksi autoimun pada cairan synovial, salah satu cara untuk mengurangi nyeri rematik yaitu dengan latihan range of motion sehingga dapat mengurangi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi range of motion terhadap intensitas nyeri rematik. Metode penelitian, menggunakan rancangan Quasy Eksperimental dengan pendekatan Pretest and Posttest with Control Group Design. Metode sampling menggunakan Metode Probability Sampling dengan teknik pengambilan Simple Random Sampling, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 responden, yang menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi 20 dan kelompok kontrol 20. Instrumen pengukuran intensitas nyeri menggunakan Numeric Rating Scale. Analisis menggunakan uji Marginal Homogenity dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian, hasil uji Marginal Homogenity menunjukkan bahwa intensitas nyeri rematik sebelum intervensi dengan kategori nyeri ringan 15%, nyeri sedang 50% dan nyeri berat 35% dan sesudah intervensi dengan kategori nyeri ringan 60% dan nyeri sedang 40%. Dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi dengan p value = 0,000 (p < 0,05). Hasil uji Mann-Whitney diperoleh p value (0,004) maka dapat disimpulkan H0 ditolak atau dengan kata lain terdapat pengaruh terapi range of motion terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia. Kesimpulan, terdapat pengaruh terapi range of motion terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia. Saran, peneliti mengharapkan terapi range of motion dapat dilakukan sebagai salah satu terapi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri rematik pada lansia.
ANALISIS FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEGAGALAN PEMBERIAN ASI SELAMA 2 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKU ALAM TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 Dian Puspitasari Effendi; Nur Egyta Ingriani; Kamaluddin Latief
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro Vol. 2 No. 2 (2018): Jurnal STIKes IMC Bintaro
Publisher : STIKes IMC Bintaro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Pemberian ASI wajib diberikan sejak bayi dilahirkan, dan tetap bisa terus diberikan sampai anak berusia 2 tahun. Namun, fenomena yang ada banyak ibu yang memberhentikan pemberian ASI sebelum anak berusia 2 tahun. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI selama 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Paku Alam Tangerang Selatan tahun 2017. Metode: Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kualitatif. Sampel pada kualitatif sebanyak 18 informan yang dibagi menjadi 9 orang ibu, 6 orang keluarga, dan 3 orang petugas kesehatan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian: Faktor ibu berupa produksi ASI yang sedikit, puting susu lecet, pekerjaan ibu, kondisi psikologis ibu merupakan kendala yang dialami ibu dalam pemberian ASI selama 2 tahun. Selain itu faktor lingkungan berupa dukungan keluarga dan tenaga kesehatan serta promosi susu formula yang bersifat negatif juga menyebabkan gagalnya pemberian ASI selama 2 tahun. serta hasil data kuantitatif menunjukan bahwa 73,2% ibu gagal dalam memberikan ASI selama 2 tahun. Kesimpulan: Hasil Penelitian ini bahwa kondisi kesehatan ibu dan bayi bukanlah faktor kendala dalam aktifitas menyusui bayi mereka. Namun faktor yang paling dominan dalam kegagalan pemberian ASI selama 2 tahun karena alasan puting susu lecet dan pemberian susu formula. Saran: Dalam melakukan pemberian ASI selama 2 tahun ini memang banyak kendalanya. Maka diharapkan agar instansi kesehatan dan petugas kesehatan untuk tidak bosan daam memberikan penyuluhan dan kegiatan dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI selama 2 tahun.
EVALUASI MANAJEMEN PELAYANAN OBAT PADA ERA JKN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MEDIKA BSD TAHUN 2017 Susi Shorayasari; Kamaluddin Latief; Septiyan Dharmawansyah
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro Vol. 2 No. 2 (2018): Jurnal STIKes IMC Bintaro
Publisher : STIKes IMC Bintaro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang untuk mencapai suatu kesehatan yang optimal maka fasilitas kesehatan yang ada harus melakukan pelayanan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk memenuhi hal tersebut rumah sakit harus mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas di semua bidang pelayanan, salah satunya yaitu bidang Instalasi Farmasi Rumah Sakit khsusunya dalam manajemen pelayanan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika BSD. Metode Penelitian menggunakan rancangan Mix Methode dengan pendekatan kuliatatif and kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 345 resep pasien BPJS rawat jalan dan 5 informan. Hasil Penelitian mengenai manajemen pelayanan obat menunjukkan bahwa untuk gambaran ketersediaan obat yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika BSD sudah hampir 80% mencukupi dengan jumlah keseluruhan 2.105 item obat yaitu 1807 obat pasien umum dan 298 obat pasien BPJS. Dengan melakukan wawancara dan telaah dokumen terkait standar prosedur operasional manajemen pelayanan obat pasien BPJS rawat jalan, perencanaan dan penyiapan obat maupun pemeriksaan dan penyerahan obat yang mana hal tersebut masih ada kendala terkait ketidaksesuaian dokter dalam memberikan resep sesuai dengan ForNas BPJS dan ketidaksesuai dalam waktu tunggu pelayanan obat yang mana pelayanan obat racikan 30 menit dan non racikan 10 menit. Untuk kesesuaian dalam pengkajian resep secara administrasi yaitu nama pasien 100%, umur pasien 26.4%, nomor rekam medik 99.7%, nama dokter 94.5% dan tanggal resep 92.5% dan Faktor yang mempengaruhi manajemen pelayanan obat yaitu ketidaksesuaian dokter dalam peresepan sesuai dengan ForNas BPJS, standar opersional prosedur masih ada yang belum sesuai, keterlambatan distributor dalam penyediaan obat, sumber daya manusia dan sarana prasarana yang belum memadai. Simpulan penelitian ini menunjukkan masih ada ketidaksesuaian pelayanan dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam manajemen pelayanan obat. Saran untuk memperbaikinya perlu dilakukan evaluasi rutin dan pengawasan secara berkala untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan(medication error) pada manajemen pelayanan obat pada era JKN di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika BSD.
TINJAUAN TARIF INDONESIAN CASE BASE GROUPS (INA CBGs) DAN TARIF RUMAH SAKIT PADA PASIEN RAWAT INAP KASUS BEDAH ORTHOPEDI PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG Happy Novriyanti Purwadi; Kamaluddin Latief; Vannya Dwi Nurlita
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro Vol. 2 No. 2 (2018): Jurnal STIKes IMC Bintaro
Publisher : STIKes IMC Bintaro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction. The changing of claim system in National Health Insurance (JKN) era give an impact to hospital income. Payment system to change the payment system prospective known as casemix (case based payment). Casemix system is the payment system healthcare services package where payments or it is determined given before service. But this has not been effective because with the tariff of INA CBGs potentially creates losses for hospital. This study attempts to tell the difference mean hospital tariffs and INA CBGs tariffs based on several factors namely: code icd 10, long care, in class, severity level and kind of action. Method. The study use a quantitative with calculation of the total cost of the average and Mann Whitney. Results. Mean hospital tariffs larger of INA CBGs tariff. Mean the hospital tariffs Rp. 16.069.741 and mean tariff Ina CBGs Rp. 15.088.149. The main diagnosis of most cases in orthopedic surgery is Diabetes Mellitus as many as 26 cases (15.11%) with an average length of stay more than 7 days. At the severity level I and the type of minor surgery there are 130 cases with a negative difference Rp. 36.273.00, on the severity level II and the type of surgery is there are 30 cases with a negative difference Rp. 7.884.074, on the severity level III and type of heavy surgery there are 12 cases with positive difference Rp. 5.369.891 whereas in the type of class I there is a negative difference Rp. 3.253.380, class II there is a positive difference Rp. 112.768.00 and class III there is a negative difference Rp. 438.566.00. Conclusion. From 172 cases there was a negative difference between hospital tariffs and INA CBGs tariffs. Advice. For the hospital build a team quality control and cost containment, increase efficiency.
GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM ANALYSIS DAN DETERMINAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KEMATIAN MATERNAL DI RSU KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016-2017 Susi Shorayasari Zuhron; kamaluddin Latief; Clara Novani Ryzkiana
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat Vol 11 No 4 (2019): JIKM Vol. 11, Edisi 4, November 2019
Publisher : Public Health Undergraduate Program, Faculty of Health Science, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (913.552 KB) | DOI: 10.52022/jikm.v11i4.4

Abstract

Latar Belakang: Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah melalui program surveilens yang diimplementasikan dalam program Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA). Hasil pengelolaah data PWS KIA disajikan dalam bentuk narasi, tabulasi, grafik, dan peta. Dirumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang sendiri dalam pelaporan kematian maternal belum adanya penyajian dalam bentuk peta yang digunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan gambaran geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemetaan wilayah kematian maternal dengan menggunakan geographic information system analisis dan determinan yang berpengaruh di RSU Kabupaten Tangerang tahun 2016-2017. Metode : Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan menggunakan metode kuantitatif dan pendekatan secara retrospektif dan mempelajari distribusi kasus kematian ibu dengan menggunakan SIG. Populasi penelitian adalah seluruh kasus kematian maternal di RSU Kabupaten Tangerang tahun 2016-2017. Sampel berjumlah 53 kasus. Analisis data menggunakan analisis spasial dan univariat. Analisis univariat menggunakan Frekuensi. Hasil: distribusi kematian maternal di RSU Kabupaten mengalami penurunan dari Tahun 2016-2017. Tahun 2016: kematian obstetri langsung PEB (46,4%), Usia 20-35 (67,9%), pendidikan SD (42,9%), pekerjaan IRT (64,3%), Gravida >3 (21,4%), Paritas 1-3 (42,9%), Tidak memilki riwayat abortus (28,6%), Cara masuk melalui rujukan (75%), Jenis pembiayaan BPJS (53,6%), Wilayah perkotaan (72,7%). Tahun 2017: kematian obstetric langsung PEB (40%), Usia 20-35 (28%), Pendidikan SD (40%), Pekerjaan IRT (60%), Gravida > 3(28%), Paritas 1-3 (60%), Ada riwayat abortus (20%), Cara masuk melalui rujukan (76%), Jenis pembiayaan BPJS (72%), Wilayah perkotaan (78,6%). Kasus kematian ibu di Kabupaten Tangerang memiliki pola menyebar, sebanyak 1-2 kematain setiap desa/kecamatan, 75% berasal dari perkotaan. Ibu yang berasal dari luar Kabupaten Tangerang tahun 2016 (21,4%) dan 2017 (44%). Kesimpulan: Kasus kematian ibu memiliki pola menyebar. Kasus paling banyak masuk melalui rujukan, sebagian besar berdomisili diwilayah perkotaan. Geographic Information System Analysis And Determinants Of Maternal Mortality In Tangerang Public Hospital Abstract Background: one of the efforts to reduce maternal and infant mortality is through a surveillance program implemented by the local mother and child health monitoring program (PWS KIA). Results of data processing PWS KIA presented in the form of narration, tabulation, graphics, and maps. At the Tangerang District Public Hospital, in the reporting of maternal deaths, there is no presentation in the form of maps used to describe events based on geographic representation. This study aims to determine the mapping of maternal mortality areas by using geographic information system analysis and influential determinants in Tangerang district public hospital in 2016-2017. Research Methods: This type of research is an analytical study, using quantitative methods and retrospective approach and studying the distribution of maternal mortality cases using GIS. The study population is all cases of maternal deaths in Tangerang District General Hospital in 2016-2017. The sample was 53 cases. Data analysis using spatial and univariate analysis. Univariate analysis using frequency. Results: maternal mortality distribution in Tangerang District General Hospital decreased from 2016-2017. The year 2016: the direct obstetric death of PEB (46.4%). Age of 20-35 (67.9%), elementary education (42.9%), IRT work (64.3%), Gravida> 3 (21.4%), Parity 1-3 (42.9%), No history of abortion (28.6%), How to enter by referral (75%), Type of financing BPJS (53.6%), Urban area (72.7%). The year 2017: the direct obstetric death of PEB (40%). Age 20-35 (28%), elementary education (40%), IRT (60%), Gravida> 3 (28%), Parity 1-3 (60%), Abortion history (20%), through referral (76%), Type of financing BPJS (72%), Urban area (78.6%). Maternal mortality cases in the District have spread patterns, as many as 1-2 deaths as village / . 75% comes from urban areas. Mothers coming from outside Tangerang District in 2016 (21.4%) and 2017 (44%). Conclusion: The case of maternal death has a diffuse pattern. Most cases enter through referrals, most of them domiciled in urban areas. Keywords: Special Analysis; Maternal Mortality; Referral; Geographic Information System