Heru Bagus Pulunggono
A Department Of Soil Science And Land Resource, Faculty Of Agriculture, IPB University, IPB Darmaga Campus, Bogor, 16680, Indonesia

Published : 31 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (Journal of Soil Science and Environment)

THE STATUS OF SOIL PHOSPHORUS AT DIFFERENT CROPPING SYSTEM IN PANGALENGAN, SOUTH BANDUNG Sri Djuniwati; Heru Bagus Pulunggono
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 11 No 2 (2009): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.23 KB) | DOI: 10.29244/jitl.11.2.76-80

Abstract

The fixation of P in soils is dynamic in nature and the behavior of P-fraction may change with time and cropping system. Application of organic matter to soil under upland soil have been reported to decrease P-sorption and increase P-desorpion.  Pangalengan, South Bandung in west Java is one of the wet humid area of Indonesia that has high rain fall, covered mainly by tropical humid forest, volcanic area with fertile volcanic soil. The objective of this study were to describe and compare some chemical characteristic and behavior of P-fraction as a function of  crops and slope of the land in the farming system in Pangalengan, South Bandung, West Java, Indonesia. Soil samples from the surface soil (0-20 cm) were collected from 15 locations based on different planted crops (Tea, Vegetables, Forest, and Intercropping crops),  and level of slope of the land areas of Cihawuk village, District Kertasari, Kecamatan Pangalengan.  The result of the study showed that C-organic content of  soil samples from 15 location of planted crops was slightly high (3.04-4.92 %) but total Nitrogen was low (0.22-0.45 %), wih soil reaction (pH H2O) was  slightly acids (5.60-6.30) and pH (KCl) was lower than pH(H2O) (4.60-5.70).    The  available-P was low (3.50 – 7.10 ppm), but the HCl 25 % P from  tea and vegetables  location was higher than from forest and intercropping crops.   Majority of P fraction  from tea and vegetable location was Al-P fraction, but from Forest and intercropping crops was  Ca-P fraction. The order of P fraction were Al-P > Ca-P> reductant soluble-P>Fe-P in tea and vegetables locations, but in the forest and intercropping were Ca-P> reductant-P > Al-P > Fe-P.  However, The data showed that the total P (P-organic + P-inorganic) from tea and vegetables crop location was higher, and was dominated by inorganic form, than from forest and intercropping location was dominated by organic form.  However, the slope did not affect the pattern of P-fractions and   the sources of organic matter added or accumulated in those location formerly  affected the amount and the pattern of P-fractions.
Distribusi Sifat Kimia Gambut di Perkebunan Sawit dan Hubungannya dengan Kedalaman Lapisan Gambut dan Jarak dari Tanah Mineral Berbahan Induk Batuan Ultrabasa: Selected Chemical Peat Properties Distribution in Palm Oil Plantation and Its Relationship with Depth Layer and Distance from Mineral Soil Derived From Ultrabasic Rocks Zulfajrin, Moh.; Hartono, Arief; Pulunggono, Heru Bagus
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 22 No 1 (2020): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitl.22.1.22-28

Abstract

Lahan gambut di lokasi penelitian yang digunakan untuk perkebunan sawit berdampingan dengan tanah mineral berbahan induk ultrabasa berkadar Mg tinggi. Tanah berkadar Mg tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan gangguan serapan hara. Penelitian ini bertujuan mempelajari distribusi beberapa sifat kimia tanah seperti pH; kandungan unsur kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na) dapat ditukar; besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn) total dan terekstrak DTPA dalam gambut dan hubungannya dengan kedalaman lapisan gambut dan jarak terhadap tanah mineral berbahan induk batuan ultrabasa. Contoh gambut sekitar 1,0 kg diambil secara komposit dari setiap kedalaman gambut 0 – 30, 30 – 60 dan 60 – 90 cm pada transek toposekuen dari setiap jarak 100, 200, 300, 400, 500 dan 600 m dari perbatasan tanah mineral ultrabasa. Analisis contoh gambut dilakukan untuk menetapkan (i) kapasitas tukar kation (KTK) dan pH H2O 1:5; (ii) kandungan hara makro K, Ca, Mg dan benefisial Na menggunakan amonium asetat 1 N pH 7; dan (iii) kandungan total unsur mikro Fe, Cu, Zn, Mn serta kandungan unsur-unsur tersebut dengan pengekstrak DTPA. Hasil penelitian menunjukkan nilai pH gambut menurun sangat nyata berdasarkan kedalaman lapisan gambut dan cenderung menurun dengan semakin jauh dari tanah mineral. Nilai KTK berfluktuasi dan cenderung meningkat sesuai peningkatan kedalaman lapisan gambut dan jarak dari tanah mineral. Berdasarkan hasil pengukuran Mg dan Fe, hara yang berasal dari tanah mineral mempengaruhi gambut hingga jarak 600 m dari batas gambut. Tanah gambut mengandung Mg, Na, Fe, Mn, dan Zn tersedia dalam kadar tinggi dan K and Ca tersedia dalam kadar rendah. Hara Cu tersedia tergolong cukup pada semua kedalaman dan jarak kecuali kedalaman 60 – 90 cm dan jarak 600 meter. Kandungan hara benefisial Na menunjukkan korelasi positif dengan kedalaman lapisan gambut yang mengindikasikan pengaruh marin pada tanah mineral bawah gambut. Disparitas yang besar antara Mg dengan kation lain dapat mengganggu penyerapan hara oleh akar tanaman dan memungkinkan pencucian K dan Ca keluar dari solum.