Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Dian Hardiani; Armansyah Matondang
Publikauma : Jurnal Administrasi Publik Universitas Medan Area Vol 4, No 1 (2016): PUBLIKAUMA JUNI
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/publika.v4i1.888

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Badan Permusyawaratan Desa dalam pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif dengan sifat peneltian Deskriptif. Metode pengumpulan data yangdigunakan adalah 1) wawancara, 2) dokumentasi, 3) observasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Badan Permusyawaratan Desa  di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai kurang berperan dalam menjalankan fungsi pengawasannya
Aktualisasi dan Filosofi Konsep Kepemimpian Tradisional bagi Generasi Muda di Bale Marojahan Medan Agung Suharyanto; Armansyah Matondang; Taufik Wal Hidayat
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL Vol 8, No 2 (2016): JUPIIS (Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial) DESEMBER
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jupiis.v8i2.5164

Abstract

Tujuan dari pengabdian ini adalah aktualisasi dan filosofi kepemimpinan tradisional yang diberikan kepada generasi muda di Bale Marojahan Medan. Metode yang digunakan adalah dengan membantu salah satu acara yang tidak bisa dilaksanakan karena tidak adanya dana untuk menjalankan rencana kegiatan tersebut. Acara yang diselenggarakan adalah dengan mendanai acara seminar aktualisasi dan filosofi kepemimpinan tradisional yang tema kali ini memfokuskan pada tradisi Mandailing Angkola dan Minangkabau. Penyelenggaraan cara seminar ini diselenggarakan di Bale Marojahan Medan yang yang menjadi tempat berkumpulnya beberapa komunitas yang terdiri dari generasi muda untuk bisa meningkatkan rasa cinta terhadap tradisi dan nasionalisme bangsa. Target yang dibidik adalah generasi muda untuk tidak mengabaikan kearifan tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat lokal tentang kepemimpinan. Evaluasi kemudian dilakukan 3 bulan sesudah acara diselenggarakan untuk melihat bagaimana aplikasi dan semangat dari generasi muda untuk menggali konsep kepemimpinan tradisional sebagai salah satu alternative dan pilihan diantara berbagai bentuk pola kepemimpinan yang ada kepada komunitas masing-masing.
Tertundanya Pembentukan Provinsi Tapanuli dalam Tinjauan Antropologis dan Historis armansyah matondang
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL Vol 8, No 1 (2016): JUPIIS (Jurnal Pendidikan Ilmu Ilmu Sosial) JUNI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jupiis.v8i1.5109

Abstract

Tapanuli di masa pemerintahan kolonial Belanda adalah sebuah keresidenan yaitu daerah setingkat provinsi di masa kini. Namun setelah Indonesia memperoleh kemerdekaanya dari pemerintahan kolonial Belanda, wilayah Tapanuli tidak mendapatkan statusnya sebagai sebuah daerah setingkat provinsi. Tapanuli secara geografis terbagi dua, yaitu Selatan yang merupakan daerah terbuka dan Utara adalah wilayah terisolir. Dihuni berbagai puak yang dikenal sebagai bangsa Batak di masa kolonial dan kini etnis Batak dan dibagi ke dalam enam sub etnik Batak. Namun persoalan penamaan Batak tidak disepakati oleh berbagai sub etnik Batak yang ada, misalnya orang Karo yang tidak mau disebut sebagai Batak. Bahkan orang Mandailing paling keras menolak penyematan kata Batak Mandailing, dan tegas mengatakan Mandailing bukan Batak. Penolakan tersebut, kemudian diketahui telah menimbulkan konflik identitas dan memberikan dampak kepada kehidupan sosial-budaya dan politik di Tapanuli, semenjak masa kolonial hingga Indonesia merdeka. Menariknya,  konflik identitas ini pecah bermula di Tanah Rantau (Deli) dan kemudian muncul kekhasan yang mewakili kedua wilayah itu, yaitu Selatan adalah Islam dan Utara adalah Kristen.Terlihat seakan ada rivalitas antara dua wilayah tersebut, dimana kondisi itu tidak terlepas dari keberadaan kolonialisme di Tapanuli. Pembentukan provinsi Tapanuli yang tertunda tidak dapat dilepaskan dari dampak sosial-budaya, dan politik semenjak era kolonial bahkan sebelum kolonial.
MAKNA UPACARA CHENG BENG PADA MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA DI MEDAN Agung Suharyanto; Armansyah Matondang
Prosiding Seminar Nasional Pakar Prosiding Seminar Nasional Pakar 2018 Buku II
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pakar.v0i0.2691

Abstract

Upacara Cheng Beng, adalah sebuah fenomena sosial pada aktifitas etnis Tionghoa yang didasari oleh ajaran Khong Hu Cu, yaitu bakti dan menghormati orang tua dan leluhur. Mereka akan mencukupi, melayani kebutuhan hidup orang tua mereka, baik ketika masih hidup maupun setelah mereka meninggal. Hubungan Antara mereka yang masih hidup dengan yang meninggal adalah dengan melakukan sembahyang, mempersembahkan makanan pada altar saat peringatan hari meninggal, membersihkan kuburan dan mengirim doa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna, proses pelaksanaan dan fungsi dari setiap benda-benda suci/peralatan yang digunakan pada Upacara Cheng Beng. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif bersifat kualitatif, dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian, wawacara mendalam (indepth interview) dan melakukan diskusi terarah dengan etnis Tionghoa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa upacara Cheng Beng adalah memberikan persembahan dan doa kepada leluhur, karena tanpa orang tua, tentunya yang masih hidup ini tidak mungkin bisa ada di dunia. Peristiwa ini juga menjadikan semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama, sehingga hubungan semakin erat terjalin dan juga menjalin komunikasi dan kekerabatan diantara sanak keluarga.
KOMUNIKASI PERSUASIF GURU DALAM PEMBENTUKKAN KARAKTER ANAK USIA DINI DI RA TEBUIRENG An Nisa Dian Rahma; Marlina Deliana; Angga Tinova Yudha; Selamat Riadi; Armansyah Matondang
Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.013042/jikq.v5i2.200

Abstract

Penelitian ini membahas mengenai komunikasi persuasif antara Guru dan Siswa di RA Tebuireng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) bagaimana teknik komunikasi persuasif guru dalam pembentukkan karakter anak usia; 2) untuk mengetahui faktor yang menunjang dan menghambat proses komunikasi persuasif yang dilaksanakan oleh guru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan penelitian ini berjumlah 3 guru dan 1 kepala sekolah dengan 52 siswa terbagi dalam 3 kelas. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun sumber data yaitu data primer, angket dan data hasil wawancara dan data sekunder. Teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa komunikasi persuasif guru dan cara guru dalam berkomunikasi terhadap anak cukup baik dan respon anak juga sudah cukup baik. Para guru menggunakan perkataan lemah-lembut, tutur kata yang baik dan benar, memberikan perhatian, keteladanan dan kebiasaan atau sikap yang baik dalam sehari-hari. Faktor-faktor yang menunjang ataupun menghambat proses komunikasi persuasif yang dilakukan guru dalam membentuk karakter anak usia dini yaitu berdasarkan faktor intern, instink, keluarga dan kebiasaan. faktor ekstern lingkungan pergaulan, lingkungan bermain anak dan lingkungan sekolah. Keywords: Komunikasi Persuasif, Psikologi Komunikasi, Pembentukkan Karakter Anak Usia Dini