Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Riset Teknologi Industri

Mikroflora Jamur Produk Kakao Kering Serta Kemungkinan Penghambatan Jamur Penghasil Toksin oleh Bakteri Asam Laktat dan Bacillus Spp. Anton Rahmadi
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 2 No 3 Juni 2008
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1312.806 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v2i3.1403

Abstract

Mycotoxins contamination in sun dried cocoa has become a concern in public health  but  it has not been  studied  thoroughly  yet.    This research  aimed  to understand the ecology of fungal contamination in relation to the occurrence of toxigenic  metabolites  in  Indonesian  and  Australian  fermented  cocoa.     The beans  were  surface  disinfected  with  0.4%  chlorine  prior  to  deposite  onto Dichloran   18  %  Glycerol  Agar  (DG-18.  OXOID).     Total  fungal  count  was obtained  from serial  dilutions  on  DG-18 medium.    Streaking  onto  Dichioten Rose Bengal Chloramphenicol  Agar (DRBC, OXOID) purified a specific mould colony.   Simultaneously.  Aspergillus  sec. Flavi colonies were confirmed  using Aspergillus  Flavus  Parasiticus  Agar  (AFPA.  OXOID).    The confirmatory  test was  mainly   based  on  morphological   examinalion   under  phase   contrastmicroscope.   Fungal population  in Indonesian beans varied belween  10’4 – 105cfu/g, while the populations on Queensland beans were consistently low (<100-   2.5  x  102  cfu/g).    However.  there  was  a  high  incidence  of  potentiallymycotoxiqenic filamentous  fungi on all bean samples.   The main species wereAspergillus  flavus, Aspergillus  niger. Aspergillus  wentii. Aspergillus  clavatus. Penicillium citrinum, and Penicillium spinolosum.   The beans from Queensland gave  high  counts  of  Bacillus  species   and  lactic  acid  bacteria  and  it  is suggested   that   they   served   as  natural   biocontrol   againts   against   the filamentous fungi. 
Teknologi Mengering Hasil Pertanian Guna Mempertahankan Masa Simpan Jantri Sirait; Sulistyo Prabowo; Miftakhu Rohmah; Anton Rahmadi
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.15 No.2 Desember 2021
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v15i2.7221

Abstract

Untuk menghindari kerusakan hasil pertanian pasca panen dianggap perlu penangan hasil pertanian dengan cara pengeringan. Waktu dan suhu pengeringan olahan pangan sangat berpengaruh terhadap mutu olahan pangan, guna meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang daya simpan hasil pertanian komoditas hortikultura yang bersifat musiman dan tergolong perishable (mudah rusak). Adapun tipe – tipe pengeringan hasil pertanian seperti  tipe cabinet, tray berputar, tipe putaran drum bervariasi dan tipe rak model teta’17. Rata – rata Suhu ruang pengeringan 400C - 600C dan waktu pengeringan rata – rata 8 – 12 jam sesuai dengan produk yang dikeringkan. Sumber panas yang dapat dipergunakan untuk mengeringkan hasil pertanian antara lain energi matahari, panas bumi, limbah kayu dan lampu inframerah. Biji kakao dikeringkan selama 20 jam dengan berat awal 30 kg dan berat akhir 12,6 kg, cengkeh dengan berat awal 15 kg dan berat akhir 8,04 kg dikeringkan selama 4 jam 20 menit. Lada dikeringkan selama 8 jam pada suhu 400C dengan kadar air akhir 11,99%. Buah pala memiliki kadar air awal sebesar 38,75%, setelah dikeringkan selama 12 jam pada suhu 520C  kadar air akhir 9,70%. Dan kadar air chips mocaf semi kering setelah dikeringkan dengan menggunakan cabinet dryer pada suhu 700C sesuai dengan SNI tepung mocaf No 7622-2011 yaitu ≤ 13%.