Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pendekatan Alami: Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak, Serai, dan Daun Pepaya terhadap Larva Nyamuk Efriza, Efriza; Asyifa, Frisca Ayu; Yasril, Abdi Iswahyudi
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v7i01.215

Abstract

Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara tropis dan subtropis. Berbagai upaya pencegahan, termasuk pengendalian vektor dilakukan untuk mengurangi infeksi demam berdarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak kombinasi daun sirsak + serai, kombinasi daun sirsak + daun pepaya, kombinasi serai daun + pepaya pada konsentrasi 50%., dalam upaya mengendalikan vektor demam berdarah dengan menggunakan larvasida. Dalam penelitian ini, ekstrak dari tanaman yang disebutkan di atas disiapkan dan diuji efektivitasnya terhadap larva Aedes aegypti. Larva diberi paparan berbagai kombinasi ekstrak, dan tingkat kematiannya dicatat selama periode tertentu. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk menentukan signifikansi temuan. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan rata-rata larva yang mati menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai dan ekstrak kombinasi daun sirsak + daun pepaya (p<0,05). Temuan penelitian ini menggarisbawahi bahwa potensi penggunaan ekstrak tanaman alami dalam pengelolaan populasi nyamuk, khususnya Aedes aegypti. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kasus demam berdarah dapat menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai serta ekstrak kombinasi serai + daun pepaya sebagai larvasida alami. Perlunya keterlibatan masyarakat, organisasi kesehatan masyarakat dan pembuat kebijakan dalam mengadopsi metode pengendalian hama alami untuk mempertimbangkan pengintegrasian solusi alami ke dalam strategi kesehatan masyarakat.
Pendekatan Alami: Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak, Serai, dan Daun Pepaya terhadap Larva Nyamuk Efriza, Efriza; Ayu Asyifa, Frisca; Iswahyudi Yasril, Abdi
Action Research Literate Vol. 8 No. 9 (2024): Action Research Literate
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/arl.v8i9.533

Abstract

Dengue fever is caused by the dengue virus, which is transmitted by the Aedes aegypti mosquito. Dengue fever remains a significant health issue in tropical and subtropical countries. Various preventive measures, including vector control, are undertaken to reduce dengue fever infections. This study aims to assess the effectiveness of soursop leaf + lemongrass extract, soursop leaf + papaya leaf extract, and lemongrass + papaya leaf extract at a 50% concentration in controlling the vector of dengue fever using larvicides. In this research, extracts from the aforementioned plants were prepared and tested for their effectiveness against Aedes aegypti larvae. The larvae were exposed to different extract combinations, and their mortality rates were recorded over a specific period. The results were statistically analyzed to determine the significance of the findings. The analysis showed a significant difference in the average mortality of larvae using the soursop leaf + lemongrass extract combination and the soursop leaf + papaya leaf extract combination (p<0.05). These findings highlight the potential use of natural plant extracts in managing mosquito populations, particularly Aedes aegypti. In efforts to prevent and control dengue fever cases, the use of soursop leaf + lemongrass extract and lemongrass + papaya leaf extract as natural larvicides is recommended. It is crucial for community involvement, public health organizations, and policymakers to adopt natural pest control methods and consider integrating these natural solutions into public health strategies.
Uji Diagnostik Dan Analisis Multivariat Prediktor Skor Glasgow Outcome Scale (GOS) pada Cedera Kepala Traumatik Rabiva, Elmaeda; Pitra, Dian Ayu Hamama; Efriza, Efriza
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 5, No 10 (2025): Volume 5 Nomor 10 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v5i10.19496

Abstract

ABSTRACT Traumatic head injury is an injury that results in impaired brain function with high morbidity and mortality rates. Early patient outcome assessment plays an important role in clinical decision-making, resource allocation, and communication between clinicians and patients' families. Outcome in traumatic head injury patients is influenced by several interrelated predictors. This study was aimed to analyze variables (patient characteristics, Rotterdam score, Helsinki score, and Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP) levels) that may act as predictors of outcome in traumatic head injury patients. This study used an observational analytic design with a cross-sectional approach. Data collection was carried out prospectively in the medical record installation of RSUP Dr. M. Djamil Padang and the Biomedical Laboratory of Andalas University. From the results of bivariate analysis, the variables of age, Glasgow Coma Scale (GCS) score, Rotterdam score, and Helsinki score have a significant relationship with the value of the Glasgow Outcome Scale (GOS) score. The higher the age, the lower the GCS score, and the large number of rotterdam and helsinki scores indicate a higher risk of patients experiencing poor outcomes. From multivariate analysis, the most significant variable was GCS score with a p value of 0.00.Conclusion: Variables that have an association with GOS score are age, GCS score, Rotterdam score, and Helsinki score. The most significant variable is GCS score. Keywords: GCS, GFAP, GOS, Helsinki Score, Rotterdam Score, Traumatic Head Injury.  ABSTRAK Cedera kepala traumatik adalah cedera yang mengakibatkan kerusakan otak dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penilaian outcome dini pada pasien berperan penting dalam pengambilan keputusan klinis, pengalokasian sumber daya, dan komunikasi antara dokter dan keluarga pasien. Outcome pada pasien cedera kepala traumatik dipengaruhi oleh sejumlah prediktor yang saling mempengaruhi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel- variabel (karakteristik pasien, skor Rotterdam, skor Helsinki, dan kadar Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP) yang dapat berperan sebagai prediktor outcome pasien cedera kepala traumatik. Studi ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Data dikumpulkan secara prospektif di Instalasi rekam medis RSUP Dr. M. Djamil Padang dan Laboratorium Biomedik Universitas Andalas. Dari hasil analisis bivariat variabel usia, skor Glasgow Coma Scale (GCS), skor Rotterdam, dan skor Helsinki memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai skor Glasgow Outcome Scale (GOS). Semakin tinggi usia, skor GCS yang rendah, serta jumlah skor rotterdam dan helsinki yang besar menunjukkan risiko pasien mengalami outcome buruk lebih tinggi. Dari analisis multivariat didapatkan variabel yang paling bermakna adalah skor GCS dengan nilai p value 0,00.  Variabel yang memiliki hubungan dengan skor GOS adalah usia, skor GCS, skor Rotterdam, dan skor Helsinki. Variabel yang paling bermakna adalah skor GCS. Kata Kunci: Cedera Kepala Traumatik, GCS, GFAP, GOS, Skor Helsinki, Skor Rotterdam.
ANALISIS PENTINGNYA PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA Efriza, Efriza; Mendrofa, Definitif Endrina Kartini
Kybernology Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Administrasi Publik Vol. 2 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Yayasan Panca Bakti Wiyata Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71128/kybernology.v2i1.81

Abstract

Di era digital, pemilih pemula harus memiliki dasar ilmu politik yang kuat untuk mengevaluasi informasi politik, visi-misi, dan program-program peserta pemilu. Metode dan tujuan penelitian ini, diharapkan memberikan kontribusi pemahaman terhadap pentingnya pendidikan politik bagi pemilih pemula, penelitian yang digunakan dengan cara kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka dan wawancara. Dari hasil penelitian ini, realitasnya ditemukan, Pendidikan politik memiliki peran sentral dalam membentuk pemilih pemula menjadi individu yang kritis dan partisipatif dalam proses politik. Pemilih pemula yang kritis ditandai dengan pemahaman mendalam terhadap isu-isu politik, keterampilan pemikiran kritis, kemampuan memilah informasi dari berbagai sumber, dan ketahanan terhadap retorika politik manipulatif.
Determinan Kematian Neonatal Dini di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Efriza, Efriza
Kesmas Vol. 2, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan data SDKI 2002-2003 angka kematian neonatal di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian neonatal terjadi pada saat neonatal dini ketika bayi berumur 0-7 hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi kematian neonatal dini di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2001-2005. Penelitian yang dilakukan pada sumber data sekunder rekam medik ibu dan bayi ini menggunakan disain studi kasus kontrol. Sampel dihitung dengan rumus ukursan sampel minimal kasus kontrol. Kasus. adalah bayi yang lahir hidup dan meninggal pada periode neonatal dini (0-7 hari) dan kontrol adalah bayi yang lahir hidup dan bertahan hidup pada periode neonatal dini. Jumlah kasus (93i) dan kontrol (392) ditentukan dengan rasio 1:4 untuk meningkatkan power penelitian Metoda analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan kejadian kematian neonatal dini dipengaruhi oleh umur kehamilan, nilai apgar 1 menit setelah lahir, nilai apgar 5 menit setelah lahir dan berat lahir setelah dikontrol oleh variabel komplikasi kehamilan atau persalinan, rujukan, kelas perawatan, jenis persalinan, pendidikan ibu dan paritas. Bayi berat lahir sangat rendah (gram) berisiko untuk mati pada periode neonatal dini 59 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal. Sedangkan bayi berat lahir rendah (gram) berisiko mati pada periode neonatal dini 6 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal (³ 2500 gram). Antisipasi kematian neonatal dini perlu penanganan sejak kehamilan (ANC) sampai persalinan. Kerjasama pusat pelayanan dasar dengan pusat pelayanan ditingkat atas, persalinan di rumah sakit didampingi oleh dokter anak, pengkajian alat, tenaga, standar pelayanan dan mengoperasikan NICU (Neonatal Intensif Care Unit). The Indonesia Demographic and Health Survey (SDKI) 2002-2003 reported neonatal death rate in Indonesia of 20 per 1000 live birth. Most of the neonatal death occurred early, that is in the age of infant of 0-7 days. This study aimed at knowing factors influencing early neonatal death in Dr Achmad Mochtar Hospital Bukittinggi in the year 2001-2005. The study used medical records of mother and infant as secondary data source and was designed as a casecontrol study. Cases were infants born alive and died during the early neonatal period (0-7 days), and controls were infants born and stay alive during that period. Number of cases was 93 and control was 392 subjects was calculated on 1:4 ratio to increase the study power. Analysis method used was logistic regression analysis. The results show that early neonatal death was influenced by gestational age, Apgar score 1 minute after birth, Apgar score 5 minute after birth and birth weight after controlled by pregnancy or delivery complication, referral, health care class, type of delivery, mother’s education, and parity variables. Infants with very low birth weight (grams) have 59 times greater risk of early neonatal death compared to those of normal birth weight. While those with low birth weight (grams) have 6 times greater risk compared to normal birth weight infants. To anticipate the occurrence of early neonatal death there is a need to intervene since pregnancy (through ANC) until delivery. There is also a need to foster the collaboration between different levels of health care facilities, delivery assistance by specialist in the hospital level, and to standardize health care process including Neonatal Intensive Care Unit (NICU) implementation.