Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Mekanisme Resolusi Konflik di ASEAN: ASEAN Sebagai Fasilitator Konflik Jerry Indrawan
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 17 No. 2 (2021): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jihi.v17i2.3830.172-185

Abstract

Peran ASEAN selama berdirinya cukup mampu membuat negara-negara di kawasan ini survive dari ganasnya polarisasi selama perang dingin yang lalu. Namun, di tengah-tengah damainya kawasan ini, konflik minor antar-negara di ASEAN, maupun antar-negara ASEAN dengan negara-negara lain di wilayah tetangganya kerap terjadi. Konflik antara Vietnam dengan Kamboja, Kamboja dengan Thailand, Indonesia dengan Malaysia, termasuk konflik dalam negeri Myanmar terkait masalah Rohingya adalah beberapa konflik yang terjadi di kawasan tenggara benua Asia ini. ASEAN tidak tinggal diam menyikapi beberapa permasalahan diantara negara-negara anggotanya ini. Tercatat, paling tidak ASEAN memiliki enam dokumen penting yang mengatur tentang mekanisme manajemen konflik, mulai dari Piagam ASEAN sampai Cetak Biru Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN. Atas dasar itulah, penulis merasa penting untuk membahas salah satu dari dokumen tersebut, yaitu Traktat Persahabatan dan Kerjasama, sebagai mekanisme resolusi konflik di ASEAN. Pembahasan ini termasuk melakukan analisa terhadap kemungkinan ASEAN bertindak melalui mekanisme Majelis Tinggi atau mekanisme fasilitator konflik, dalam upaya resolusi konflik antara sesama negara anggota ASEAN.
PERAN UU ITE (UU No. 11 TAHUN 2008) DAN ETIKA MASYARAKAT SIBER: MENUMBUHKAN PERILAKU POSITIF BERJIWA PANCASILA DI DUNIA MAYA BAGI MASYARAKAT KOTA TANGERANG Adi Rio Arianto; Jerry Indrawan; Gesti Anggraini; M. Chairil Akbar Setiawan
Jurnal Pertahanan & Bela Negara Vol 10, No 2 (2020): Jurnal Pertahanan dan Bela Negara
Publisher : Indonesia Defense University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.197 KB) | DOI: 10.33172/jpbh.v10i2.855

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor penyebab kurangnya kesadaran masyarakat Kota Tangerang–yang terfokus pada Rukun Tetangga (RT 03) dan Rukun Warga (RW 01) di Jalan Sandratex No. 106, Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia–terhadap literasi digital dan etika masyarakat siber. Literasi digital tersebut terkait dampak positif dan negatif internet. Metodologi penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan penjajakan kepada empat puluh orang warga yang terdiri dari 30 pelajar, 5 tokoh perwakilan Karang Taruna Rempoa, dan 5 orang tua pelajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi UU ITE berdampak positif bagi masyarakat Kota Tangerang melalui: pertama, masyarakat Kota Tangerang dapat berkontribusi sebagai agen sosial dalam pencegahan secara dini dan mengatasi radikalisme daring, hoaks, dan persekusi daring di lingkungannya melalui perbaikan mind-set pelajar dan masyarakat terkait literasi siber secara mendalam; kedua, masyarakat Kota Tangerang memperoleh pemahaman tentang kode etik dan pondasi hukum melalui sosialisasi “Peran UU ITE (UU No. 11 Tahun 2008) dan Etika Masyarakat Siber” sebagai upaya dalam mencegah terjadinya radikalisme daring, hoaks, dan persekusi daring akibat akses bebas dunia maya; ketiga, masyarakat Kota Tangerang dapat mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan, bela negara, dan Pancasila yang termuat dalam substansi UU ITE (UU No. 11 Tahun 2008) guna menumbuhkan perilaku positif di dunia maya; dan keempat, lahirnya kesadaran dimasyarakat Kota Tangerang tentang pentingnya hukum dan etika di ranah siber guna mengontrol perilaku positif di dunia maya dan mencegah lebih dini dampak negatif dunia maya di berbagai aspek kehidupan.Kata Kunci : UU ITE, etika, digital, siber, Pancasila, Tangerang
PEMETAAN KONFLIK IDENTITAS: STUDI KASUS ETNIS SAMAWA DENGAN ETNIS BALI DI SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT Jerry Indrawan; Adinda Putri Kirana Lutfi
Jurnal Pertahanan & Bela Negara Vol 11, No 2 (2021): Jurnal Pertahanan dan Bela Negara
Publisher : Indonesia Defense University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.846 KB) | DOI: 10.33172/jpbh.v11i2.1257

Abstract

Konflik yang terjadi di Indonesia sering kali didasari karena permasalahan identitas etnis. Salah satu konflik etnis yang pernah terjadi di Indonesia adalah konflik antara etnis Samawa dengan Etnis Bali di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada tahun 2013. Konflik di Sumbawa terjadi karena berkembangnya prasangka akibat watak privasi etnisitas yang terlalu mencolok, sehingga terjadilah benturan etnisitas atau budaya. Etnis pribumi umumnya memandang negatif terhadap watak dan perilaku (budaya) etnis pendatang, apalagi jika didukung oleh adanya perbedaan agama. Artikel ini mencoba untuk menggambarkan pemetaan konflik identitas yang melibatkan etnis Samawa dengan etnis Bali dengan menggunakan Segitiga SPK (Sikap, Perilaku, Konteks) dari Simon Fisher. Pemetaan dengan Segitiga SPK dianggap bisa menggambarkan penyebab konflik yangbernuansa etnis dengan cara mengidentifikasi prasangka-prasangka yang berkembang antar-etnis yang berkonflik. Dengan melakukan pemetaan dengan segitiga SPK ini, langkah-langkah resolusi konflik yang tepat dapat ditemukan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui studi kepustakaan. Sumber data didapatkan dari berbagai sumber, seperti buku, jurnal, koran, majalah, dan berita di internet. Hasil penelitian berdasarkan Segitiga SPK adalah harus ada sebuah upaya untuk mendirikan hubungan baru yang dapat bertahan lama pada kedua etnis untuk mencapai suatu kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik tersebut.
Kerjasama Selatan Selatan dan Triangular Sebagai Sarana Diplomasi Indonesia Secara Global Jerry Indrawan; Ganis Purnaningtyas; Dede Suprayitno
Jurnal Kewarganegaraan Vol 7 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v7i1.5144

Abstract

Since the 1955 Asian-African Conference (AAC), Indonesia has been actively involved in South South Triangular Cooperation (SSTC) which serves as a catalyst for political movements in international cooperation because it helps exchange resources and knowledge according to the needs of developing countries. Indonesia has a dual role as a recipient and giver of assistance in SSTC. This study aims to answer issues related to the implementation of SSTC in the Indonesian context. The research method used is descriptive research with a qualitative approach and the data collected by literature study. The results showed that in terms of Indonesia's interests, SSTC helps achieve utilization in bilateral trade and becomes a forum for sharing experiences and encouraging other countries to apply democratic principles. Indonesia provides financial and non-financial support, but is more likely to be in non-financial form. Relevance in this era, the impact of SSTC will be a powerful instrument to reduce dependence on superpowers. SSTC is considered suitable and beneficial for sustainable development, both from an economic, socio-cultural, and political security perspective. Limited capital is the biggest obstacle for SSTC member countries, especially during the outbreak of the Covid-19 pandemic. Keywords: SSTC, Development, G-20 Forum, International Relations