Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KEMAMPUAN ZOO-TEKNIK LARVA IKAN GABUS (Oxyeleotris heterodon Weber, 1908) DALAM UPAYA DOMESTIKASI IKAN ENDEMIK DANAU SENTANI John Dominggus Kalor; Galuh P.W. Utami; Isdy Sulistyo; Suhestri Suryaningsih
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 2, No 1 (2018): JFMR VOL 2 NO 1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.449 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2018.002.01.5

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan zooteknik larva ikan gabus Sentani, dengan mengamati volume dan penyusutan kuning telur (yolk), perkembangan bukaan mulut, laju pertumbuhan spesifik, dan tingkat mortalitas larva, serta pakan yang cocok untuk ikan gabus Sentani pada stadia larva. Menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan adalah pemberian pakan berupa (P1) kuning telur, (P2) tepung spirulina, (P3) biofloc, (P4) infusoria, (P5) Naupli Artemia, dan (P6) pakan buatan (pellet). Hasil penelitian menunjukan bahwa 0 jam setelah menetas larva ikan Gabus Sentani memiliki volume kuning telur (yolk) sebesar 0,0444 mm³ . Penyusutan volume kuning telur (yolk) 24 jam setelah menetas menjadi 0,0133 mm³, dan 48 jam setelah  menetas menjadi 0,0043 mm³. Awal perkembangan bukaan mulut larva terjadi 24 jam setelah menetas dengan MH 45° dan MH 90° mencapai 0,13 mm dan 0,24 mm. Laju pertumbuhan spesifik menunjukan hasil terbaik pada perlakuan pakan menggunakan tepung spirulina yaitu laju pertumbuhan spesifik pada hari ke 6 mencapai 0,006 mm dan laju pertumbuhan spesifik pada hari ke 10 mencapai 0,019 mm, sedangkan pada perlakuan menggunakan kuning telur laju pertumbuhan spesifik pada hari ke 6 hanya mencapai 0,002 mm dan pada hari ke 12 mencapai 0,011 mm. Pemberian dengan 6 jenis pakan yang berbeda belum dapat menurunkan tingkat mortalitas larva ikan Gabus Sentani karena seluruh larva mati pada hari ke 13, namun larva yang diberi pakan tepung spirulina dapat hidup hingga hari ke 10 dan larva yang diberi  kuning telur dapat bertahan  hidup hingga hari ke 12. Jenis pakan tepung spirulina dan kuning telur memiliki kriteria yang paling sesuai sebagai pakan pada stadia larva.
Puntius orphoides Valenciennes, 1842: Kajian Ekologi dan Potensi untuk Domestikasi Suwarno Hadisusanto; Suhestri Suryaningsih
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v16i2.102

Abstract

Semua jenis ikan pada awalnya hidup secara alami tetapi beberapa jenis sudah dapat dibudidayakan dan ada yang masih hidup liar. Tujuan penelitian ini adalah upaya domestikasi ikan mata merah/Brek (Puntius orphoides Valencienes, 1842). Ikan mata merah dicuplik dari Sungai Klawing dan Waduk Sempor pada bulan Maret 2008 untuk dikaji aspek habitatnya dan dianalisis nutrisinya. Analisis nutrisi dikerjakan di Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan UNSOED dan LPPT UGM. Jenis ikan sebagai pembanding adalah Puntius javanicus Blkr. dan Oreochromis niloticus. Hasil analisis laboratorium mengenai kadar air, protein dan lemak P. orphoides lebih menguntungkan dibandingkan dengan dua jenis yang lain. Kelebihan jenis ikan mata merah adalah khususnya kandungan protein, maka dapat terus dikembangkan sebagai cadangan protein sektor perikanan yang sangat baik.
Perubahan Kadar Hormon Testosteron dan Progesteron, Korelasinya dengan Indeks Gonado Somatik dan Tingkat Kematangan Gonad pada Ikan Brek (Puntius orphoides Cuvier & Valenciennes, 1842) Suhestri Suryaningsih; Mammed Sagi; Kamiso H.N.; Suwarno Hadisusanto
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 1 (2012): February 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v17i1.129

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan kadar hormon testosteron pada ikan jantan dan hormon progesteron pada ikan betina, serta korelasinya dengan Indeks Gonado Somatik (IGS) dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG). Sampel ikan diperoleh setiap bulan, selama Juni 2009–Mei 2010, menggunakan teknik simple random sampling. Pengukuran hormon dilakukan dengan metode ELISA. Analisis data dilakukan terhadap 120 ekor ikan jantan dan 120 ekor ikan betina, meliputi uji ’F’ terhadap perubahan kadar testosteron dan progesteron, IGS dan TKG setiap bulan selama satu siklus reproduksi. Selain itu, dilakukan analisis korelasi antara kadar testosteron dan progesteron dengan IGS dan TKG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar testosteron dalam darah ikan brek jantan dan kadar progesteron dalam darah ikan brek betina selama satu tahun penelitian mengalami perubahan. Kadar testosteron memiliki kisaran antara 0,10−0,35 ng/mL, sedangkan kisaran progesteron antara 0,250,60 ng/mL, Puncak tertinggi kadar testosteron sebesar 0,203 n g/ mL dan 0,224 n g/ mL terjadi pada bulan SeptemberOktober, demikian pula puncak tertinggi kadar progesteron sebesar 0,645 g/mL dan 0,091 n g/mL. Korelasi kadar testosteron dengan IGS adalah positif nyata, demikian pula kadar progesteron dengan IGS. Korelasi kadar testosteron dengan TKG positif, demikian pula kadar progesteron dengan TKG.
Variasi Biokimia Genetik Populasi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata, BLKr.) di Waduk Penjalin Brebes Agus Hery Susanto; Suhestri Suryaningsih
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 11, No 3 (2006): October 2006
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v11i3.2539

Abstract

Penjalin water reservoir in Brebes Regency, Central Java, is one of the habitats of the sand goby. A study on its genetic diversity using approaches of isozyme analysis was needed to support domestication of the fish in this area. This study was aimed at the biochemical-genetic variation of sand goby population in Penjalin water reservoir based on esterase (EST), peroxidase (PER), malate dehydrogenase (MDH), aspartate amino-transferase (AAT), and acid phosphatase (ACP) polymorphisms. Visualization of the isozymes was carried out employing horizontal electrophoretic technique with potato starch gel and buffer system of L-histidin monohydrate. Of the five isozymes, ACP was not well-visualized in all samples tested while the remaining four showed no polymorphisms. It could be concluded that there is no biochemical-genetic variation of sand goby population in Penjalin water reservoir based on isozymes of EST, PER, MDH, and AAT.
Karakteristik Morfologi Ikan Belanak (Mugil cephalus & Crenimugil seheli) dari TPI Tegal Kamulyan, Cilacap Jawa Tengah Mutiari Diyah Febriani; Dian Bhagawati; Suhestri Suryaningsih
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 1 No 2 (2019): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.829 KB) | DOI: 10.20884/1.bioe.2019.1.2.1801

Abstract

Pengetahuan tentang individu jantan dan betina adalah salah satu langkah penting untuk mempelajari dinamika populasi dan konservasi suatu spesies. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui karakteristik morfologi ikan belanak untuk menentukan jenis kelamin. Performa morfologi, truss morfometrics, morfometrik standard dan meristic adalah teknik yang popular untuk membedakan jenis kelamin pada ikan. Tidak ada penelitian yang dilakukan menggunakan ikan belanak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi digunakan sebagai dasar pembeda jenis kelamin ikan belanak (Mugil cephalus dan Crenimugil seheli). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dan sampel diambil dengan teknik purposive random sampling yaitu sampel dipilih secara khusus sesuai dengan tujuan penelitian. Variabel yang diamati yaitu peforma morfologi, morfometrik standar, meristik dan truss morphometrics. Data hasil pengamatan performa morfologi dan meristik dianalisis secara deskriptif. Data pengukuran morfometrik dan truss morphometrics dianalisis dengan menggunakan uji ‘t’. Hasil penelitian menunjukan bahwa ikan belanak yang di perdagangkan di TPI Tegal Kamulyan Cilacap Jawa Tengah terdapat dua spesies yakni, Mugil cephalus dan Crenimugil seheli. Hasil pengamatan performa didapat bahwa ikan belanak (M. cephalus dan C. seheli) memiliki letak mulut terminal. Ikan belanak memiliki bentuk tubuh compressed dan tipe sisik stenoid. Tubuh M. cephalus berwarna perak ke abu-abuan. Ikan Belanak memiliki keunikan pada bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawah, namun antara ikan jantan dan betina masih sulit dibedakan secara morfologinya. Karakter morfologi dapat mengidentifikasi jenis kelamin ikan belanak (Mugil cephalus dan Crenimugil seheli). Keywords: ikan belanak, meristik, morfometrik, seksual primer
Keanekaragaman KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DIURNAL DI CAGAR ALAM NUSAKAMBANGAN TIMUR Iftah Sadjad Ahmadi; Suhestri Suryaningsih; Erie Kolya Nasution
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 3 No 3 (2021): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2021.3.3.4233

Abstract

Birds are members of a group of vertebrate animals belonging to the aves class. Birds play an important role in ecosystem components to support an organism's life cycle. The high diversity of bird species is supported by the high diversity of habitats that function as places for finding food, drinking, resting and breeding. Nusakambangan is an island with an area of ​​240 km2 with lowland natural forest, coastal forest and mangrove forest. Research in 2003 and 2004 western part of Nusakambangan has 93 bird species and in 2006, bird species in the type of habitat for sandy coastal forest, pamah forest, limestone forest, grasslands, young shrubs, and old shrubs contained 121 species of birds. This study aims to determine the diversity of bird species in the Nusakambangan Timur Nature Reserve. This research was conducted using a survey method with a point count technique. The data were analyzed by simple descriptive and then displayed in tabular form. There are 46 bird species from 25 families with a diversity index of 2.5456 and a dominance index of 0.1027.