Some studies have found village in Yogyakarta that is only inhabited by 7 families, namely kampung Pitu. Since it was established approximately 600 years ago, it must only be inhabited by 7 families, no more and no less. This unique fact has raised researchers’ concern to conduct a study on the village by utilizing sociological and anthropological perspectives. This study aims to cultivate further the history of the village, its customs, and the religious understanding of the community of kampung Pitu. This study is descriptive qualitative. The informants of this study are the caretaker, head of community, and the head of families living in kampung Pitu. The data are collected by semi-structured interviews and documentation. The study results show that 1) Tingalan, Tayub/Ledek, and Rasulan are the traditions that are still preserved in the village. In the villagers’ belief, there will be a disaster if they abandon those traditions. 2) The community believes in myths, offerings, and rituals. 3) The social life of the village is much the same as the village in general. The community in kampung Pitu practice a strong religious tradition of their ancestor. Thus, making offerings and rituals is commonly practiced as they believe it can shield them from disaster, famine, and the like. Beberapa penelitian menemukan bahwa desa di Yogyakarta yang hanya dihuni oleh 7 keluarga, yaitu kampung Pitu. Sejak didirikan sekitar 600 tahun yang lalu, hanya boleh dihuni oleh 7 keluarga, tidak lebih dan tidak kurang. Fakta unik ini menimbulkan perhatian peneliti untuk melakukan kajian di desa dengan memanfaatkan perspektif sosiologis dan antropologis. Penelitian ini bertujuan untuk lebih mendalami sejarah desa, adat istiadatnya, dan pemahaman keagamaan masyarakat Kampung Pitu. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Informan penelitian ini adalah pengurus, kepala masyarakat, dan kepala keluarga yang tinggal di kampung Pitu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingalan, Tayub/Ledek dan Rasulan merupakan tradisi yang masih dilestarikan di desa. Dalam kepercayaan penduduk desa akan ada bencana jika mereka meninggalkan tradisi tersebut. 2) Masyarakat mempercayai mitos, sesajen, dan ritual. 3) Kehidupan sosial desa hampir sama dengan desa pada umumnya. Masyarakat di kampung Pitu mempraktikkan tradisi religi yang kuat dari nenek moyang mereka. Jadi, membuat persembahan dan ritual biasanya dilakukan karena mereka percaya itu bisa melindungi mereka dari bencana, kelaparan, dan sejenisnya.