Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

LAMA WAKTU DAN PERKEMBANGAN TELUR IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophtalmus) DALAM CORONG PENETASAN DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA Donly Sitinjak; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 4, No 1 (2019): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.134 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v4i1.42

Abstract

Ikan patin adalah salah satu komiditi ikan air tawar introduksi dari Thailand yang pesat perkembangan budidayanya di Indonesia (Hamid dan Setyowibowo, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada masa pembenihan, salah satunya adalah tingkat kepadatan telur pada saat penetasan, kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan rendahnya daya tetas dan lambatnya fase perkembangan telur, hal ini disebabkan karena semakin tinggi kepadatan telur maka semakin sempit/kecil kesempatan embrio telur untuk berkembang hal ini bisa menghambat perkembangan telur (Marzuki, 2013). Adapun manfaaf dari kegiatan ini adalah meningkatkan hasil produksi perikanan terutama dari komuditas ikan patin melalui penggunaan teknologi budidaya yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret-april tahun 2018 di di UPR (Unit Pembenihan Rakyat)  Kenali Besar. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, dimana masing-masing perlakuan tersebut adalah : perlakuan A 1000 butir/liter, perlakuan B 1200 butir/liter, perlakuan C 1400 butir/liter dan perlakuan D 1600 butir/liter. Parameter yang diamati adalah : Lama waktu penetasan, Morfologi telur dan kualitas air. Hasil penelitian yang diperoleh untuk perlakuan terbaik lama waktu penetasan adalah perlakuan B 25,35 jam, morfologi telur diapatkan dari warna dan ukuran setiap perlkuan tidak berbeda.
KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BETOK (Anabas testudineus, BL) DENGAN DEBIT AIR YANG BERBEDA PADA SISTEM RESIRKULASI Azrianto Azrianto; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 3, No 1 (2018): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.614 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v3i1.23

Abstract

Fish betok (Anabas testudineus, BL) is a type of fish that live and breed naturally, especially in the swamps of Lebak on the island of Sumatra and Kalimantan. The fish is an important type of fish in public waters. In general, the price of fish cake in Indonesia ranges from Rp 20.000,00 to Rp 40.000,00 per kg for that there needs to be efforts to increase production. The purpose of this research is to know the optimum water discharge rate for survival and growth of fish seeds of betok. This study used four differents water discharge rates, without water discharge, 10 ml / sec, 20 ml / sec and 30 ml / sec. The fish seeds are then stocked into an aquarium with a water volume of 49 liters with a density of 2-tail fish / liter. The results showed that the water discharge rate of 30 ml / sec gave the best survival rate and growth of the best fish seeds.  AbstrakIkan betok (Anabas testudineus, BL) merupakan jenis ikan yang hidup dan berkembang biak secara alami terutama di rawa lebak di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan betok merupakan jenis ikan ekonomis penting di perairan umum. Secara umum harga ikan betok di Indonesia berkisar antara Rp 20.000,00 sampai Rp 40.000,00 per kg untuk itu perlu ada upaya penimgkatan produksi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui debit air yang optimal untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan betok. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan laju debit air yang berbeda yaitu tanpa debit air, 10 ml/detik, 20 ml/detik dan 30 ml/detik. Benih ikan betok kemudian ditebar ke dalam akuarium dengan volume air sebanyak 49 liter dengan kepadatan benih ikan betok 2 ekor/liter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju debit air sebanyak 30 ml/detik memberikan tingkat kelangsungan hidup benih ikan betok terbaik.  Kata Kunci : Benih betok, sistem resirkulasi, debit air, kelangsungan hidup, kualitas air
KUALITAS AIR DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG KETAK (Harpiosquilla raphidea) YANG DIPELIHARA PADA WADAH SUBSTRAT DAN TANPA SUBSTRAT M Yusuf Arifin; Muhammad Sugihartono
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 2, No 1 (2017): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.26 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v2i1.14

Abstract

AbstractThe high mortality of shrimp ketak (Harpiosquilla raphidea) in a temporary shelter is causing the low number of stays to be shrimp exports, while demand for the export market demand for the availability of an individual shrimp (Harpiosquilla raphidea) in living conditions. The main factors affecting the lingkugan factor is primarily the quality of the water. Therefore it needs an appropriate technology in order to maintain the water quality conditions of the media during the quarantine process prior to the shrimp for sale. This research was conducted for 30 days with the treatment that is the giving of the substrate on the bottom of the container in the form of active charcoal, and without granting the substrate (control). The observed water quality parameters i.e., NH3, pH, temperature, DO, Nitrite and nitrate. Water quality parameter measurements performed on the 0, 10, 20 and 30 days, while the Survival rate figure is calculated at the end of the study. The results showed that the water quality conditions and the survival rate is best found on the substrate active charcoal granting preferential treatment. Conclusion of this research is the awarding of the substrate to the active charcoal on the bottom of the container maintenance shrimp ketak (Harpiosquilla raphidea) was able to maintain water quality and produce the survival rate of 89%.Keywords:, prawns, Harpiosquilla,, substrate, water quality, SR. AbstrakTingginya kematian udang ketak (Harpiosquilla raphidea) di tempat penampungan sementara menyebabkan rendahnya jumlah udang ketak yang akan di ekspor, sementara permintaan pasar ekspor menuntut untuk tersedianya udang ketak (Harpiosquilla raphidea) dalam kondisi hidup. Faktor utama yang mempengaruhi adalah factor lingkugan terutama kualitas air. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi yang tepat guna mempertahankan kondisi kualitas air media selama berlangsungnya proses karantina sebelum udang dijual. Penelitian ini dilakukan selama 30 hari dengan perlakuan yaitu pemberian substrat pada bagian dasar wadah pemeliharan berupa arang aktif, dan tanpa pemberian substrat (kontrol). Parameter kualitas air yang diamati yaitu NH3, pH, suhu, DO, Nitrit dan Nitrat. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada hari ke-0, 10, 20 dan hari ke-30, sedangkan angka Survival rate dihitung pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kualitas air dan tingkat kelangsungan hidup terbaik terdapat pada perlakuan pemberian substrat arang aktif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian substrat arang aktif pada bagian dasar wadah pemeliharaan udang ketak (Harpiosquilla raphidea) mampu mempertahankan kualitas air dan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup sebesar 89%.Kata kunci:, Udang, Harpiosquilla,, Substrat, Kualitas air, SR
Fekunditas Ikan Betok (A. testudineus. Bloch) Yang diinduksi dengan hCG dan Hipofisa Ayam Broiler Melsy Apriadyanti; Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 7, No 1 (2022): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v7i1.127

Abstract

This study aims to determine the effect of ovulation response on betok fish (A. testudeineus, Bloch) using the combination of the hormone hCG and hypophysis of broiler chickens, this study used a completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 3 replications. Where each treatment is given an injection dose: Treatment A: hCG hormone 0.3 ml/kg (100%). Treatment B: 0.225 ml/kg (75%) hCG hormone + 125 ml/kg (25%). Treatment C : 0.15 ml/kg (50%) hCG hormone + 250 ml/kg (50%) broiler hypophysis. Treatment D : Hormone hCG 0.075 ml/kg (25%) + Hypophysis broiler chicken 375 ml/kg (75%). Treatment E: Hypophysis broiler chicken 500 ml/kg (100%). The results showed that the fekundity was 30.552 eggs.
KELANSUNGAN HIDUP LARVA IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) HASIL PENETASAN TELUR YANG DIRENDAM EKSTRAK DAUN TEH Muhlis Muhlis; Muarofah Ghofur; Muhammad Sugihartono
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 4, No 1 (2019): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.648 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v4i1.46

Abstract

Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk species Pangasius  hypophthalmus yang hidup di perairan tropis Indo Pasific SNI (2000).   Di Indonesia ikan patin mempunyai prospek yang baik dalam pemasaran, karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi  baik pada tingkat benih sebagai ikan hias maupun pada tingkat dewasa sebagai ikan konsumsi. Adapun salah satu penghambat keberhasilan dalam usaha budidaya ikan patin siam (P.  hypophthalmus) adalah serangan penyakit baik pada ikan dewasa, benih, bahkan pada fase telur. Daun teh mengandung senyawa antibakteri dan jamur yaitu tanin dan flavonoid yang mampu menghambat seranggan bakteri dan jamur (Martono dan Setiyono, 2014). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembenih dengan cara pemanfaatan ekstrak daun teh (C.  sinensis) yang diberikan pada telur ikan patin siam (P.  hypohthalmus ) sebagai antibakteri pada proses penetasan telur ikan patin siam (P.  hypohthalmus). Kegiatan penelitian ini dilakukan di unit pembenihan rakyat (UPR) kenali besar kota jambi yang  dilaksanakan selama 1 bulan. Rencana Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulanagan, dengan masing-masing perlakuan tersebut adalah : (Perlakuan A) Konsentrasi 0,4 ml/L, (Perlakuan B) Konsentrasi 0,6 ml/L, (Perlakuan C) Konsentrasi 0,8 ml/L, (Perlakuan D) Konsentrasi 0 ml/L. Parameter yang diamati adalah : Tingkat kelansungan hidup larva dan kualitas air. Hasil penelitian yang diperoleh untuk perlakuan terbaik didapat pada perlakuan B dengan persentase sebesar 89,27%.
UJI DAYA HAMBAT BAWANG HUTAN Eleutherine palmifolia DENGAN METODE EKSTRAKSI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila safratilofa safratilofa; Muhammad Sugihartono
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 3, No 2 (2018): Oktober
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.625 KB) | DOI: 10.33087/akuakultur.v3i2.36

Abstract

The purpose of this research is to know the difference of inhibitory power of onion (Eleutherine palmifolia) with different extraction method to Aeromonas hydrophila bacteria growth. Extraction method that done in this research there are four that is infusion, dekoksi, maserai with 96% alcohol and maceration with 96% ethanol. The method used to look at the inhibitory power of E. palmifolia on the growth of A. hydrophila bacteria is the method of disc diffusion by looking at the inhibit zone results around the disc paper. The hypothesis proposed is the effect of inhibitory power of different methods of extracting E. palmifolia on the growth of A. hydrophila bacteria. The results showed the widest resistor zone found in the treatment of maceration with alcohol that is the amount of 3,5 mmKeywords : Inhibitory potential test,  Extraction Method,  Eleutherine palmifolia, Aeromonas hydrophila.  AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan daya hambat bawang hutan (Eleutherine palmifolia) dengan metode ekstraksi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Metode ekstraksi yang dilakukan pada penelitian ini ada empat yaitu infusi, dekoksi, maserai dengan alkohol 96% dan maserasi dengan etanol 96%. Metode yang digunakan untuk melihat daya hambat E. palmifolia terhadap pertumbuhan bakteri A. hydrophila adalah metode disc diffusion yaitu dengan melihat hasil zona hambat disekitar kertas cakram.  Hipotesis yang diajukan yaitu adanya pengaruh daya hambat dari perbedaan metode ektraksi E. palmifolia terhadap pertumbuhan bakteri A. hydrophila. Hasil yang didapat menunjukkan zona hambat terluas terdapat pada perlakuan maserasi dengan alkohol yaitu sebesar 3,5 mmKata Kunci : Uji Daya Hambat, Metode Ekstraksi, Eleutherine palmifolia, Aeromonas hydrophila.
Respons Ekstrak Hipofisa Kambing Terhadap Fekunditas Ikan Betok (Anabas testudineus) Muarofah Ghofur; Muhammad Sugihartono; Ulil Azmi; Lara Anggraini
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 8, No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v8i1.154

Abstract

The production of betok fish has experienced overfishing and resulted in a decrease in productivity, therefore one of the efforts made to help success in spawning betok fish can be done by stimulating factors related to the reproductive system, namely by stimulating the work of hormones in stimulating gonadal maturation in artificial spawning with hypophysation method. This study aims to look at the response of goat pituitary extract to the fecundity of betok fish (A. testudineus, Bloch). This research was conducted for 30 days, using 4 treatments with 3 replications, with details of treatment P0: Control, treatment P1: Goat Pituitary Extract 0.05 ml/kg, Treatment P2: Goat Pituitary Extract 0.2 ml/kg, and treatment P3 : Goat Pituitary Extract 0.35 ml/kg. The results of the study using the best goat pituitary extract in the P2 treatment (0.2 ml/kg Goat Pituitary Extract) produced the highest fecundity, namely 8349 eggs produced. The results of water quality measurements showed that the pH value was 7.6 – 7.7. water temperature is 270C – 300C, dissolved oxygen (DO) is 2.9 – 4.4 mg/L. and the content of ammonia (NH3) during the study was 0.012 – 0.013 mg/L.
Kepadatan Benih Ikan Komet (Carracius auratus) Pada Pemeliharaan Sistem Resirkulasi Muhammad Sugihartono; Muarofah Ghofur; Feryn Deanita
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 8, No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v8i1.161

Abstract

The purpose of this study was to determine the most optimal density of komet fish (C. Auratus) fry in rearing with a recirculation system. This study used a completely randomized design (RAL) with 4 treatments and 3 replications where the treatments were : treatments A : stocking density 1 fish/L, treatments B : stocking density 3 fish/L, treatments C: stocking density 5 fish/L and treatments D : stocking density 7 fish/L. Parameters observed were survival rate, absolute weight growth (PBM), absolute length growth (PPM), and blood glucose. The results showed that the average survival rate of komet fish was 99,62%, average PBM was 0,48 g/fish, average PPM was 1,47 cm/fish and blood glucose was 34,50-39,33 mg/dl. The best density for rearing komet fish was 1 fish/L.