Claim Missing Document
Check
Articles

HUBUNGAN KERAPATAN JALAN HUTAN DENGAN INTENSITAS PEMUNGUTAN KAYU Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 3 (1997): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1997.15.3.200-211

Abstract

Penelitian hubungan antara kerapatan jalan hutan dan intensitas pemungutan kayu telah dilakukan di dua perusahaan hutan di Riau pada tahun 1995. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh hubungan kerapatan jalan hutan dengan intensitas pemungutan kayu. Data panjang jalan, luas penebangan dan produksi kayu selama beberapa tahun dikumpulkan. Data dianalisis dengan regresi linier dengan model matematis Y = a + bX. Hasil penelitian adalah sebagai berikut :1. Rata-rata luas hutan yang ditebang per tahun di PT Kulim Company dan PT Mandau Abadi berturut-turut adalah 1.875 dan 969 ha/tahun dengan hasil rata-rata berturut-turut 47.242 dan 17. 909 m3/tahun.2. Rata-rata panjang jalan yang dibuat PT Kulim Company dan PT Mandau Abadi berturut-turut adalah 19, 600 dan 14,840 km/tahun sehingga rata-rata kerapatan jalannya berturut-turut adalah 10,28 dan 23,69 m/ha3. Rata-rata intensitas pemungutan kayu PT Kulim Company dan PT Mandau Abadi berturut-turut 25,57 dan 59,69 m3/ha.4. Hubungan antara intensitas pemungutan kayu (Y) dan kerapatan jalan hutan (X) dapat dinyatakan dengan persamaan regresi Y = 9,2598 + 1,8569 X, dengan R2 = 0, 7298.
KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN: KASUS DI SUATU PERUSAHAAN HUTAN DI RIAU Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 12, No 1 (1994): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1994.12.1.25-29

Abstract

This paper presents study results  of residual  stand damages caused by felling and  skidding activities.  The case study was  carried out at PT Dwi Marta in Riau in 1993.  The aims are : (1) tofind  the impact of felling and skidding on residual stand damages, (2) to know the factors  influencing the residual  stand  damages  and (3) tofind  the way of  reducing residual stand damage.Data on the number of trees with diameter 20 cm and up,   trees damages were collected.  The data  was analised  by  using themultiple regression.The result of study shows :1.The residuol stand damage caused by felling ranged between 2.7-10. 6% with an average of  6.6%/ha.2.The residual stand damage caused by skidding with crawler tractor  varied from  2. 7% to 22.3% with an average of 12. 7%ha.3.Both the number of  trees felled  and the  slope in had highly significant effect  to residual stand  damages. The greater  the  number of  trees felled  and  the slope, the greater the residual stand  damages.
EFEKTIVITAS JALAN HUTAN DI SUATU PERUSAHAAN HUTAN DI RIAU Dulsalam Dulsalam; Jurnalis Thaib
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 7, No 2 (1990): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1990.7.2.48 - 53

Abstract

An  investigation on the effectiveness of forest  roads was conducted at PT  Siak  Raya  Timber in Riau in 1989.  The objective is to find  out  the  information on construction and  uses of forest roads. The length of main and  branch roads and target and actual productions   during the latest six years (from1983/1984  to 198811989)  were collected.  The investigation  results reveal that: 1.The  length  of  forest   roads  built  annually   by  PT  Siak  Raya  Timber  ranged from  16  km  (consisting  of  10 km  main and  6 km branch  roads)  to 85 km  (consisting  of 65 km  main and 20 km branch roads), with an average of 21.66 km (consisting of 11.68 km  main and 20 km branch roads). 2.The annual  felling area of PT Siak Raya Timber was 2,600 ha. The road densities  ranged from  6.16 m/ha  to 32.69  m/ha with  an  average of 21.66 m/ha. The road density is some what high compared  to that stated  in the Forest Agreement. 3.The actual production of  logs at PT Siak Raya Timber ranged from  21,225.65 m3/year  to 47,199.04 m3/year  with an average of 34,417.03 m3/year. 4.The  differencf  between target and actual production averages was relatively large i.e.  75,500 m3/year compared to 34,417.03 m3/year. The effectiveness of forest roads  ranged  from 268.67m3/km-year to 2,305.86 m3/km-year with  an average of 1,010 m3/km-year. 
KEMUNGKINAN PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KANAL DI HUTAN RAWA: Kasus di suatu perusahaan hutan di Riau Dulsalam Dulsalam; Sona Suhartana; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 5 (1999): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1999.16.5.254-266

Abstract

Pengeluaran kayu dengan menggunakan sistem ongkak atau kuda-kuda menghabiskan banyak batang kayu untuk konstruksi jalannya sehingga mengancam kelestarian sumberdaya hutan. Tulisan ini mengetengahkan hasil penelitian mengenai produktivitas dan biaya pembuatan kanal serta kerusakan tegakan tinggal akibat pembuatan kanal. Melalui sistem kanal diharapkan kelestarian sumberdaya hutan dapat terjamin. Penelitian telah dilakukan di satu perusahaan hutan di Riau pada tahun 1995. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kemungkinan pengeluaran kayu dengan sistem kanal di hutan rawa ditinjau dari segi teknis dan lingkungan. Data yang dikumpulkan adalah dimensi kanal, jumlah tenaga kerja, waktu kerja efektif. upah tenaga kerja dan kerusakan tegakan tinggal. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut:I. Pembuatan kanal secara manual di hutan rawa dapat dilakukan oleh satu regu kerja yang terdiri dari 6 orang dengan alat tradisional.2. Ukuran kanal di hutan rawa dalam penelitian ini adalah lebar 2 m dan dalam I m dan panjang 1OO m. Untuk keperluan praktek pengeluaran kayu, dalamnya kanal disesuaikan dengan genangan air, yaitu genangan air minimal I meter.3. Waktu kerja pembuatan kanal secara manual adalah kurang lebih 7 jam per hari sedang biaya upah dalam pembuatan kanal tersebut adalah Rp 120. 00 / regu atau Rp 20. 000/ orang.4. Produktivitas pembuatan kanal per regu berkisar antara 5. 72 -11. 72 m3/jam- regu kerja dengan rata-rata 9, 71 m3/ jam-regu kerja atau berkisar antara 2.86 - 5. 71 m /jam regu kerja dengan rata-rata 4,86 m /jam- regu kerja. Sedangkan produktivitas pembuatan kanal per orang berkisar antara 0.95 -1,90 m3/ jam- orang dengan rata- rata 1,60 m3/jam - orang atau antara 0.48 - 0,98 m/ Jam - orang dengan rata-rata 0,81 m /jam - orang.5. Biaya pembuatan kanal secara manual berkisar antara Rp 2.996 - Rp 3.002 / m3 denganrata-rata Rp 3.000/ m3 atau antara Rp 5.952 - Rp 6.024/m dengan rata-rata Rp 6.006 m.6. Rata-rata biaya pembuatan kanal hasil penelitian lebih rendah bila dibanding dengan biaya pembuatan kanal oleh masyarakat setempat akan tetapi lebih tinggi (Rp 6.006 /m) bila dibanding dengan biaya pembuatan kanal di Kecamatan Tanjung Satai, Propinsi Kalimantan Barat (Rp 2.500/ m ).7. Kerusakan tegakan tinggal akibat pembuatan kanal secara manual untuk tingkat semai, pancang, tiang dan pohon bertuntt-turut berkisar anrara 95,0- 97,0 % dengan rata-rata 95,8 % . antara 83.0 - 84.5 % dengan rata-rata 83.8 %. antara 43,3 - 64,3 % dengan rata·rata 47.8 %, dan antara 5.0 11.5 % dengan rata-rata 8,3 %. Dalam jangka panjang kerusakan tegakan tinggal akibat pembuatan kanal Jauh lebih kecil dibanding dengan kerusakan tegakan tinggal akibat pembuatan Jalan rel, yaitu secara berurutan 8,3 % dibanding 27.3 %.8. Penggunaan sistem kanal umuk pengeluaran kayu di hutan rawa mempunyai prospek yang menjanjikan ditinjau dari segi teknis, ekonomis dan lingkungan.
INTENSITAS TEBANG BAYANG OPTIMUM DALAM PEMELIHARAAN JALAN HUTAN Dulsalam Dulsalam; Rahardjo S Suparto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 4, No 3 (1987): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1987.4.3.45-48

Abstract

Forest roads requires lots of sun and air to keep them dry. These can be obtained by  "shade felling"  of the stand at both sides OJ the road. The problem in this matter is the question  about  the proper felling  intensity  to render adequate sunshine  and air without  undue  overcutting.Logging companies  tend to fell  as many  trees as possible  to ensure enough  opening  to let sunshine  and air in.A  Least  Significant  Difference  (LSD)  test on the data  obtained from the observation  indicate  that felling  intensity  over 50%  does not provide  better result than 31-41%. It is therefore suggested that shade felling intensity  be kepi at 40%  or less to save time,  man power, cost and forest  resource.
PENGGUNAAN TRAKTOR PERTANIAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH DALAM PEMBANGUNAN HTI Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 10, No 6 (1992): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1992.10.6.235-244

Abstract

A study on the use of farming tractor for  land tillage in timber estate  establishment was conducted at timber  estate area of  PT Barito Pacific Group in  South Sumatra  in 1991. The  objective  was to obtain technical and economic data on land tillage in timber estate using farming  tractor.  For this purpose, data on productivity, specification,  fixed cost and operating cost of ford farming tractor were collected. the  resuits were as follows   :1.    Land tiliage comprized three  activities namely.first plowing. second  plowing and harrowing.2.    Productiitrity in the first plowing ranged between 0.2184 ha/hour and 0. 3048 ha/hour with an average of 0. 2601 ha/hour.3.   Operation costs  in the first plowing varied from  63.206.  -/ha to Rp. 85,027.-/ha  with an average of   Rp. 71, 782.-/ha.4.   Productivity in the second plowing ranged between 0.2100  ha/hour and 0. 3240 ha/hour with an average of 0.2703 ha/hour5.    Operation COSIS in the second plowing varied from Rp. 57.315.,-/ha  to Rp. 88,428,-/ha  withan average of Rp.   69,583.-/ha.6.    Tractor productivity  in harrowing ranged between 0.3818 ha/hour and 0.5593  ha/hour with an average of 0.4702  ha/hour.7.    Costs for harrowing  varied from  Rp. 34,250.-/ha to Rp. 49,581,-/hq  with an average of Rp.  40,647.-/ha8.   Average cost of land  tillage using ford farming tractor was Rp. 182,012.-/ha.9.   it is suggested that soil condition in land tillage be considered to  save cost and power.
STUDI PENGGUNAAN TRUK COLT DIESEL 100 PS UNTUK PENGANGKUTAN BIBIT DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 12, No 4 (1994): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1994.12.4.121-127

Abstract

This paper discribes the study of the use of Colt diesel 100 PS truck for seedling transportation in timber estate establishment carried out at one timber estate company in South Sumatera in 1991. The objective is to find out the information about the use of Colt Diesel 100 PS truck for seedling transportation. Data on productivity and cost of Colt Diesel 100 PS truck as weel as hauling distance and labor’s wages were collected. The study results are as follows :Colt Diesel 100 PS truck is appropriate for transporting seedling from plantation in timber estate area. To make loading and un;oading easy and to avoid the damage of seedling during transportation activity, the seedling should be put into strong wood boxes.Colt Diesel 100 PS truck can be loaded with 20 to 21 seedling boxes consisting of 1,200 to 1,260 seedlings. The productivity of Colt Diesel 100 PS truck for seedling transportation varied from 8,675 to 13,340 seedling-km/hour with an average of 10,944 seedling-km/hour.Cost of Colt Diesel 100 PS truck per seedling ranged between Rp. 3.20 and Rp 4.84/seedling-km with an average of Rp 3.87/seedling-km.To make seedling transportation activity runs well, it is suggested that forest roads be paved so that they can be used at all weather conditions.
PERBANDINGAN PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM MANUAL DAN EKSAVATOR DI HUTAN RAWA, BAGIAN II: PENGARUH SISTEM TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DAN KETERBUKAAN LAHAN Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 4 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.17.4.231-241

Abstract

Penelitian tentang cara penyaradan kayu telah dilakukan pada tahun 1998 di dua perusahaan hutan di Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyaradan kayu dengan cara manual dan eksavator terhadap kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan lahan.Data yang dikumpulkan adalah jumlah pohon ditebang, jumlah tiang dan pohon berdiameter 20 cm ke atas, tiang dan pohon yang rusak dan luas lahan terbuka. Data dianalisis menggunakan uji-t.Basil penelitian menunjukkan ha! sebagai berikut:1. Kerusakan tegakan tinggal rata-rata pada sistem manual untuk tingkat tiang sebesar 38,66% dan untuk tingkat pohon 28,54%. Pada sistem eksavator besamya kerusakan tersebut adalah 20,92% untuk tiang dan 15,78% untuk pohon. Terjadi penurunan kerusakan untuk tiang sebesar 17,74% dan pohon sebesar 12,76%.2. Keterbukaan lahan rata-rata yang terjadi pada sistem manual 19,84% dan untuk eksavator 13,5%. Terjadi penurunan keterbukaan lahan sebesar 6,34%.Berdasarkan hasil penelitian, maka penyaradan kayu di hutan rawa, seyogyanyalah menggunakan sistem eksavator, sebab dapat meminimalkan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan lahan yang terjadi.
PEMANENAN BERWAWASAN LINGKUNGAN UNTUK MINIMASI KERUSAKAN HUTAN Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 18, No 2 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.18.2.87-103

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil penelitian tentang pemanenan berwawasan lingkungan dan pemanenan konvensional. Penelitian telah dilakukan di suatu perusahaan hutan di Kalimantan Barat pada tahun 1999. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemanenan berwawasan lingkungan terhadap terjadinya kerusakan tegakan tinggal. keterbukaan lahan, penurunan lapisan tanah atas, produktivitas traktor sarad dan biaya produksi penyaradan.Data yang dikumpulkan adalah: jumlah pohon ditebang, jumlah pohon berdiameter 20 cm ke atas, tiang yang rusak, lahan terbuka, penurunan lapisan tanah atas, produktivitas traktor sarad dan biaya produksi penyaradan. Data dianalisis dengan uji-t.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerusakan tiang dan pohon pada sistem pemanenan berwawasan lingkungan lebih rendah daripada tingkat kerusakan tiang dan pohon pada sistem konvensional. Lebih lanjut, penurunan lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan pada sistem pemanenan berwawasan lingkungan lebih rendah daripada penurunan lapisan tanah konvensional. Berdasarkan pertimbangan lingkungan, disarankan agar sistem pemanenan berwawasan lingkungan diterapkan.
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PERALATAN PEMANENAN HUTAN TANAMAN: STUDI KASUS DI PT MUSI HUTAN PERSADA, SUMATERA SELATAN Dulsalam Dulsalam; Djaban Tinambunan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 3 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.3.251-266

Abstract

Penelitian peralatan pemanenan di hutan tanaman PT Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan telah dilakukan untuk mendapatkan informasi produktivitas dan biaya peralatan pemanenan hutan tanaman yang tepat guna dan ramah lingkungan. Hasilnya menunjukkan bahwa: 1.   Alat penebangan yang digunakan adalah chainsaw (gergaji rantai) berukuran kecil merek Husqvarna dengan rata-rata produktivitas sebesar 2,14 m3/jam dan biaya sebesar Rp 15.334/m3.2.  Penyaradan dilakukan dengan menggunakan forwarder merek Timber Jack G10 dan Timber Jack 1010B. Rata-rata produktivitasnya berturut-turut adalah 18,25 m3/jam dan 21,25 m3/jam dengan rata-rata biaya berturut-turut sebesar Rp 39.852/m3   dan Rp 79.254/m3.3.  Pemuatan dan bongkar kayu digunakan alat merek Hitachi dan Volvo dengan rata-rata produk-tivitas masing-masing sebesar 70 m3/jam untuk muat dan 34 m3/jam untuk bongkar muatan. Untuk Hitachi, rata-rata biaya muat adalah Rp 6.155/m3, bongkar adalah Rp 12.671/m3, sedangkan untuk Volvo kedua besaran tersebut berturut-turut adalah Rp 6.200/m3 dan Rp 12.764/ m3.4. Pengangkutan kayu dengan truk tunggal rata-rata produktivitasnya sebesar 5 m3/jam dengan rata- rata biaya sebesar Rp 44.697/m3, sedangkan truk semi gandengan, rata-rata produktivitasnya sebesar 15 m3/jam dengan rata-rata biaya sebesar Rp 37.676/m3.5.  Penebangan pohon dan pengangkutan kayu tidak menimbulkan gangguan lingkungan yang berarti. Penyaradan kayu dengan forwarder Timber Jack G10 dan Timber Jack 1010B menimbulkan pemadatan dan pergeseran tanah relatif  kecil sedangkan pemuatan dengan alat pemuat Hitachi dan Volvo menimbulkan pergeseran tanah cukup besar.6. Kombinasi peralatan perlu perbaikan dan produksi kayu yang minimal pada periode tertentu perlu ditentukan agar arus kayu lancar serta pekerja dan peralatan tidak banyak waktu tunggu.