Claim Missing Document
Check
Articles

STUDI KASUS PRODUKTIVITAS DAN BIAYA ANGKUTAN DENGAN TRUK ISUZU DI DUA HAK PENGUSAHAAN HUTAN DI SUMATRA BARAT Dulsalam Dulsalam; Sukanda Sukanda
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 1 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.1.6 -11.

Abstract

A  study   on  productivity  and  operating   cost  of  Isuzu   TWD  20  (1979 model)   trucks  has been  carried .,out at  two forest   companies   in  West  Sumatra.   The  result  shows   that  :                                                                                                                                                                    1. The average hauling productivity  at PT  Ragusa  Ltd  and PT Pasar Besar is 113  m3  km/hour   and  211  m   km/hour,respectively.2. The  average operating cost  at PT  Ragusa Ltd  and Pasar  Besar is respectiuely  Rp.  93,-/m3    km  and Rp.  57,   /m3    km.
PRESTASI PENGEMUDI TRUK ANGKUTAN KAYU DARI BERBAGAI KELOMPOK UMUR (Logging truck drivers' performances at several-age groups) Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 8, No 2 (1990): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1990.8.2.37-41

Abstract

An  invelfigation on  logging truck  drivers' performances was conducted  in West Kali1t14ntan Province in 1988. Tfae objective of tile investigation iB to find out the logging truck drivers' performances at several Olle lt1'0UPB.flae  driven  of  Niaan  TZ 50 logging trucks at a logging company were observed using time study.  To Achieve the lfudy' objective, tile driven were categorized into '(ourgroups based on their age, namely <; 30, > 30-36,  > 36-40, and > 40 year& The result  of tile study  w.,re as follow:1. Logging truck driversat the loggingcompany are relatively old with the age between 30 and 45 years.2. Loging  truck driversperformances with" the age groups of~   30, > 30-36,  > 35-40,  and> 40 years were 102.81 m3-km/hour, 796.80 m3-km/hour, 745.07 m3-km/hour and 684.54 m3-km/hour, respectively.
KAJIAN PRODUKTIVITAS ALAT MUAT KAYU KPH2 DI BKPH GUNUNG HALU, KPH BANDUNG SELATAN PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT Zakaria Basari; Sona Suhartana; Wesman Endom; Dulsalam Dulsalam; Yayan Sugilar
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 20, No 2 (2002): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2002.20.2.165-176

Abstract

The KPH2 a type of equipment for wood loading into truck was designed by Forest Engeenering and Forest Harvest Divition Forest Products Research Centre Bogor. An operation trial has been done in BKPH Gunung hatu, Bandung Selatan Forest District, Perum Perhutani Unit III West Java.The objective of this study is to see the productivity and operation cost of loading rasamala log ( Altingia excelsa) into truck. using a helper KPH2 and by manual system.The results showed that productivity of KPH2 equipment and manual were 0.02 m3 minute/m and 0,04 m/minute/m, with operation cost of Rp 18.523,00/m3 and Rp 2.000,00/m3 respectively. 
PRESTASI PENGEMUDI TRUK ANGKUTAN DI SUATU PENGUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTAN BARAT Dulsalam Dulsalam; Sukanda Sukanda
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 7 (1990): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1990.6.7.420-425

Abstract

An investigation on  logging truck  drivers performances was carried out at a  logging company  in West Kalimantan in 1988. Seven  logging truck  drivers were observed  using seven Nissan TZ 50 semi-trailer  logging trucks  (made in 1979). The  purpose of  this  investigation is to  find  out logging truck  drivers performances necessary for logging companies to plan their employment in hauling activity. For  this purpose, the  investigation   was done through work  time study. The investigation comes  to  the  following conclusions   : PT  Duadja  II  employs   several  logging  truck  drivers  having  various skills. Nissan  TZ  50 semi-trailer logging trucks are used  to  transport  logs from the forest  to  log pond.Average  performances of  A, B, C, D, E, F, and  G logging  truck  drivers  were 765.79,   695.85, 652.56, 843.31, 745.07, 709.20,  and  759.18 m3km/hour, respectively.The performances  among  logging truck  drivers  were  significantly different due  to  the  differences in load volumes and logging truck speeds as well as drivers' age and education  levels.
PENYARADAN TERKENDALI UNTUK MINIMASI PENGGESERAN LAPISAN TANAH ATAS DAN KETERBUKAAN LAHAN: KASUS DI SUATU PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTANTENGAH Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 4 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.17.4.209-219

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil penelitian tentang penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan akibat kegiatan penyaradan kayu terkendali. Penelitian telah dilakukan di satu perusahaan hutan di Kalimantan Tengah pada tahun 1998. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemanenan terkendali terhadap penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan.Data yang dikumpulkan adalah : jumlah pohon ditebang, jumlah pohon berdiameter 20 cm dan ke alas, kedalaman penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t.Penelitian menghasilkan hal-hal sebagai berikut:1. Penggeseran lapisan tanah atas rata-rata akibat penyaradan terkendali untuk kelas kelerengan: 0-15%; 15-25% dan > 25% berturut-turut adalah 8,1 mm; 11,7 mm dan 16,8 mm per 100 m panjang jalan sarad. Untuk penyaradan konvensional adalah 9,7 mm; l2,84 mm dan l8,7 mm per 100 m panjang jalan sarad. Terjadi pengurangan sebesar 1,6 mm pada kelas kelerengan 0-15 mm (berbeda sangat nyata).2.   Derajat keterbukaan lahan rata-rata akibat penyaradan terkendali adalah 15,81% dan 21,21% untuk penyaradan konvensional. Terjadi pengurangan keterbukaan lahan sebesar 5,4% (berbeda nyata).
PENEBANGAN SERENDAH MUNGKIN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KAYU : STUDI KASUS DI DUA PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTAN TIMUR Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 9 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.9.374-381

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil-hasil penelitian tentang produktivitas penebangan dan tingkat pemanfaatan kayu yang terjadi dengan teknik penebangan serendah mungkin. Penelitian dilakukan di dua perusahaan hutan di Kalimantan Timur pada tahun 1996. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penerapan teknik penebangan serendah mungkin terhadap produktivitas dan tingkat pemanfaatan kayu yang terjadi. Hasil penelitian dibandingkan dengan teknik penebangan konvensional.Hasil-hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut :1. Rata-rata produktivitas penebangan adalah 42,16 m3/jam untuk teknik penebangan serendah mungkin dan 49,96 m3/jam untuk teknik penebangan konvensional. Terjadi penurunan produktivitas sebesar 7,8 m3/jam.2. Rata-rata tinggi tunggak pada teknik penebangan serendah mungkin adalah 37,6 cm dan teknik penebangan konvensional adalah 56,6 cm.3. Rata-rata volume limbah tunggak pada teknik penebangan serendah mungkin adalah 0,21 m3/pohon (3,34%) dan pada teknik penebangan konvensional adalah 0,40 m3/pohon (4,54%). Rata-rata volume kayu yang dimanfaatkan adalah 6,08 m3/pohon (96,66% dari rata-rata volume pohon yang ditebang sebesar 6,29 m3/pohon) untuk teknik penebangan serendah mungkin dan 8,41 m3/pohon (95,45% dari rata-rata volume pohon yang ditebang sebesar 8,81 m3/pohon) untuk teknik penebangan konvensional. Terjadi peningkatan pemanfaatan kayu sebesar 1,20%.4. Teknik penebangan serendah mungkin sebaiknya diterapkan di lapangan karena dapat meningkatkan pemanfaatan kayu.
PRODUKSI DAN BIAYA PENYADAPAN GETAH TUSAM DENGAN SISTEM BOR: STUDI KASUS DI PT INHUTANI IV SUMATERA BARAT Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris; Djaban Tinambuman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 1 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1998.16.1.1-16

Abstract

Penelitian produksi dan biaya penyadapan getah tusam dengan sistem bor dilakukan di PT Inhutani IV di Sumatera Barat pada bulan Mei 1996. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang produksi dan biaya penyadapan getah tusam dengan menggunakan sistem bor. Perlakuan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara arah sadapan zat perangsang asam sulfat dan zat perangsang CEPA (chloro ethyl phosphonic acid). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil getah, lama penyadapan, biaya bahan, biaya alat,  jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Hasil pcnelitian menunjukkan bahwa:Tiap regu pada penyadapan getah tusam dengan sistem bor terdiri dari tiga orang yaitu seorang pengebor pohon, seorang pemberi zat perangsang dan seorang pemasang paralon dan kantong plastik.Kemampuan satu regu penyadap dengan sistem bor adalah 400 pohon per hari.Jumlah lubang sadap pada penyadapan gelah tusam dengan sistem bor adalah satu lubang per pohon per jangka waktu sadap.Diameter lubang sadap adalah 2,5 cm sedang kedalamannya adalah 8 cm.Produksi getah pada penyadapan getah tusam dengan sistem bor dengan perlakuan C (pengeboran miring 10° ke samping dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 5% tanpa pemberian ulangan zat perangsang. Q (pengeboran lurus dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 5% tanpa pemberian ulangan zat perangsang) dan A (pengeboran miring 10° ke samping dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 10% tanpa pemberian ulangan zat perangsang) adalah relatif sama dengan produksi penyadapan getah tusam dengan sistem kowakan yaitu sekitar 8 gram per pohon per hari. Di samping itu getah yang diperoleh dari hasil penyadapan dengan sistem bor adalah relatif bersih dan jemih.Biaya penyadapan getah tusam dengan sistem bor adalah Rp 914/kg sedang biaya penyadapan dengan sistem kowakan adalah Rp 300/kg.
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA TRAKTOR PERTANIAN UNTUK PENGANGKUTAN BIBIT DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 10 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.10.433-443

Abstract

Paper ini menyajikan hasil penelitian tentang penggunaan traktor pertanian untuk pengangkutan bibit di perusahaan pembangunan hutan tanaman industri di Sumatera Selatan pada tahun 1991. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan traktor pertanian   untuk pengangkutan bibit. Data jumlah bibit, jarak angkut dan waktu kerja serta upah pekerja dikumpulkan.Hasil penelitian   adalah  sebagai  berikut  :Traktor pertanian yang dilengkapi trailer adalah cocok untuk mengangkut bibit dari tempat  persemaian ke tempat penanaman.Bibit-bibit yang akan diangkut diletakkan pada kotak kayu yang dibuat untuk mempermudah pemuatan dan pembongkarannya dan menghindari kerusakan bibit selama pengangkutan.Trailer pada traktor pertanian dapat dimuati 20 kotak bibit yang terdiri dari 1.200 bibit. Produktivitas traktor pertanian berkisar antara 7.362 bibit - km/jam sampai 13.488 bibit - km/jam dengan rata-rata 10.032 bibit - km/jam.Biaya traktor pertanian untuk pengangkutan bibit berkisar antara  Rp. 3,01,-/bibit - km sampai Rp. 5,51,-/bibit - km dengan rata-rata Rp. 4,10,-/bibit - km.Traktor pertanian dapat digunakan untuk pengangkutan bibit pada medan berat dan jalan becek.
POTENSI DAN BIAYA PEMUNGUTAN LIMBAH PENEBANGAN KAYU MANGIUM SEBAGAI BAHAN BAKU SERPIH Sukadaryati Sukadaryati; Dulsalam Dulsalam; Osly Rachman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 4 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.4.327-337

Abstract

Pemanfaatan kayu di hutan sampai saat ini masih dirasakan belum optimal, terbukti masih tingginya limbah kayu dari kegiatan permanenan. Limbah yang terjadi dari pohon yang ditebang sampai dengan diameter batang minimum 15 cm adalah sebesar 57%. Oleh karena itu langkah-langkah pengelolaan hutan menuju zero waste perlu dilakukan. Salah satu cara untuk meningkatkan pemanfaatan hutan tanaman adalah memanfaatkan limbah penebangan hutan tanaman menjadi bahan baku serpih.            Penelitian potensi dan biaya pemungutan limbah penebangan kayu mangium (Acacia mangium) telah dilakukan di BKPH Parungpanjang, KPH Bogor pada tahun 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata potensi dan biaya pemungutan limbah penebangan kayu mangiu sebagai bahan balm serpih adalah 0,079 m3/pohon atau 15,4% dan Rp. 15.250/sm. Potensi limbah penebangan mangium sebagai bahan baku serpih yang layak diusahakan adalah sebesar 8,33 sm/ha atau 4,444 m3/ha. Sementara itu harga pokok limbah kayu mangium adalah sebesar Rp. 23.375/sm.Dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam bentuk kebijakan yang dapat mendorong kembali masyarakat sekitar hutan untuk memanfaatkan limbah penebangan kayu dari hutan tanaman sebagai bahan baku serpih. Kebijakan tersebut berupa kemudahan dalam memperoleh limbah kayu dengan harga sesuai besarnya biaya eksploitasi dan menetapkan harga dasar serpih yang tidak terlalu tinggi. 
STUDI KASUS KERAPATAN JALAN HUTAN DI DUA PERUSAHAAN HUTAN DI JAMBI Dulsalam Dulsalam
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 12, No 2 (1994): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1994.12.2.96-103

Abstract

A study on the forest road densities was carried out at two logging companies in Jambi in 1990. The objective is to find out the information of forest road densities realized by the companies. Data on area cut and road constructed during the latest ten years felling blocks (from1980/1981 to 1989/1990) were collected. The results of the investigation reveal that:1. Annually, the length offorest roads built by A and B logging companies rangedfrom 2,000 to 13,000 m with an average of 6,050 m, and from 7,600 to 19,800 m with an average of 12, 733 m, respectively.2. Forest road density of each felling block at A and B logging companies ranged from 2.10 to 20 m/ha with an average of 8.54 m/ha, and from3.45 to 22 m/ha with anaverage of 10.02 m/ha, respectively.3. The level of forest road density average in the two logging companies was still bellow those level based on Segebaden Formula.4. It is suggested that log potential, road construction cost and skidding cost be taken into consideration in constructing forest road.