Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KOMPOSISI KIMIA DAN KEAWETAN ALAMI DELAPAN JENIS KAYU DI BAWAH NAUNGAN Heru Satrio Wibisono; Jasni Jasni; Wa Ode Muliastuty Arsyad
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.654 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2018.36.1.59-65

Abstract

Pemanfaatan kayu dipengaruhi oleh komposisi kimia dan keawetan alaminya pada kondisi tertentu. Penelitian ini mempelajari komposisi kimia dan keawetan alaminya delapan jenis kayu yang berasal dari Banten dan Jawa Barat. Komposisi kimia kayu diuji berdasarkan metode Norman dan Jenkins, SNI 14-0492-1989, dan SNI 14-1032-1989. Pengujian keawetan alami kayu dilakukan di lapangan dengan cara memberi naungan sampel uji di alam terbuka. Hasil penelitian menunjukkan komposisi kimia kayu yang dipelajari berada dikisaran rata-rata komposisi kimia kayu daun lebar. Dari seluruh sampel uji kayu yang dipelajari, kadar holoselulosa tertinggi tercatat pada jenis kayu baros (Michelia champaca L.) sebesar 75,64% dan terendah pada kayu pasang taritih (Lithocarpus elegans Blume Hatus ex Supadmo) sebesar 60,19%. Kayu pasang taritih (Lithocarpus elegans Blume Hatus ex Supadmo) memiliki kadar lignin tertinggi (35,14%), sedangkan kayu ki hiyang (Albizia procera (Roxb.) Benth) memiliki kada lignin terendah (25,35%). Kadar zat ekstraktif tertinggi tercatat pada kayu tarisi (Albizia lebbeck (L.) Benth) sebesar 7,9% dan terendah pada kayu tangkalang (Litsea roxburghii Hassk) sebesar 1,54%. Uji keawetan alami kayu di bawah naungan menunjukkan kayu pasang taritih tergolong awet (kelas II) dan tujuh jenis kayu lainnya tergolong sangat tidak awet (kelas V) yaitu jenis kayu tarisi, ki hiyang, hanja, cerei, tangkalang, baros, dan kapinango.
PENGARUH KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KEAWETAN PAPAN PARTIKEL BAMBU ANDONG Wa Ode Muliastuty Arsyad; Deazy Rachmi Trisatya
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2020.38.1.40-45

Abstract

Bambu merupakan salah satu material yang mengandung lignoselulosa yang potensial dimanfaatkan sebagai produk majemuk, khususnya papan partikel.  Pemanfaatan ini masih terbatas karena sifat sensitif bambu terhadap kelembapan dan rendahnya ketahanan terhadap serangan organisme perusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan papan partikel yang dibuat dari limbah bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja) dengan menggunakan perekat phenol formaldehida (PF) terhadap serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light. Papan partikel berukuran 35 cm x 35 cm x 1,5 cm dibuat menggunakan perekat PF dengan variasi kadar perekat 8%, 10% dan 12% dari berat kering partikel. Pengujian ketahanan papan partikel terhadap rayap tanah dan rayap kayu kering mengacu pada SNI 7207-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kadar perekat berpengaruh nyata terhadap penurunan berat papan partikel akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering. Perbedaan kadar perekat juga berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap tanah dan rayap kayu kering. Papan partikel dengan kadar perekat PF 12% memiliki penurunan berat terendah yaitu 4,34% untuk rayap tanah dan 0,48% untuk rayap kayu kering. Mortalitas rayap meningkat dengan semakin bertambahnya kadar perekat PF dalam papan partikel. Papan partikel dengan kadar perekat 12% memiliki mortalitas rayap tertinggi, yaitu 71,5% untuk rayap tanah dan 76% untuk rayap kayu kering.
EFEKTIVITAS PENGAWETAN DENGAN TEKNIK INFUS DAN BANDAGE PADA POHON BALAM TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING Evi Sribudiani; Esti Rini Satiti; Wa Ode Muliastuty Arsyad; Sonia Somadona; Ratih Damayanti; Djarwanto Djarwanto; Rudianda Sulaeman; Sulaeman Yusuf; Yusup Amin; Didi Tarmadi; Dwi Ajias Pramasari; Syafrinal Syafrinal
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2021.39.2.65-73

Abstract

Saat ini keberadaan kayu jenis meranti merah, kulim dan mersawa sebagai bahan baku pembuat jalur  di Kabupaten Kuansing Provinsi Riau semakin langka, sedangkan kebutuhan kayu sebagai bahan pembuat jalur semakin tinggi. Oleh sebab itu diperlukan pemilihan jenis kayu alternatif yang memiliki persamaan sifat kuat dan awet dengan kayu jenis meranti merah, kulim, dan mersawa agar dapat memenuhi spesifikasi pembuatan jalur. Penelitian ini bertujuan mempelajari efektivitas pengawetan kayu balam dengan teknik infus dan bandage terhadap rayap kayu kering. Balam (Macaranga conifera Muell. Agr.) dipilih sebagai kayu alternatif untuk membuat jalur karena saat ini masih banyak ditemukan namun belum banyak dipakai untuk pembuatan jalur. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jalur yang disimpan di darat mendapatkan serangan rayap kayu kering, sehingga diperlukan pengawetan jalur agar tidak terserang organisme perusak kayu (OPK) khususnya rayap kayu kering.  Pengawetan pohon berdiri dengan senyawa boron komplek dengan teknik infus dan bandage dipilih untuk meningkatkan kelas keawetan kayu balam. Pengujian ketahanan kayu terhadap serangan rayap kayu kering dilakukan sesuai metode SNI 7207-2014. Data diolah dengan menggunakan rancangan faktorial acak lengkap. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengawetan dengan teknik infus dan bandage berbeda nyata terhadap pengurangan berat dan mortalitas rayap. Pengamatan derajat serangan secara visual pada kontrol dan teknik infus  yaitu 40 (tahan) yang nilainya lebih rendah dibandingkan teknik bandage 70 (sedang). Mortalitas pada teknik infus lebih tertinggi yaitu 90,67% dibandingkan kontrol 86,08% dan bandage 61,75%. Teknik pengawetan dengan teknik infus menunjukkan kandungan boron yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik bandage.
Proses Pengambilan Keputusan dalam Adopsi Inovasi Stimulan Organik Melalui Analisis Peran Pemangku Kepentingan Wa Ode Muliastuty Arsyad; Esti Rini Satiti; Sukadaryati Sukadaryati
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.37 KB) | DOI: 10.20886/jakk.2019.16.1.1-10

Abstract

Wood vinegar-based stimulant is potential to be developed in Perhutani, therefore, the process of adoption is indispersable to be analyzed. This study aims at identifying the involved stakeholders and analysing the relationships among stakeholders in the policy of adopting stimulant innovation in Perhutani areas. Respondents are selected using a snowball sampling method. Stakeholder analysis is performed by using Interpretative Structural Modeling (ISM) while stakeholder relations analysis is carried out by classifying the relation into five categories: interaction, continuity, synergy, strength, and the presence or absence of conflicts. The results shows that the stakeholders involved in the stimulants innovation adoption policy are mostly in Quadrant IV or performs that Perhutani officials have legal authority in decision-making process. The pine tappers in Quadrant I implies that they have limited influence to stimulants innovation adoption policy but they have enormous interest in the management of pine forests. Academicians, researchers, forest rangers, forestry services officials and Ministry of Environment and Forestry officials are in Quadrant II. They play important role as intermediaries or facilitators and have considerable influence on decision-making process. Interaction, synergy and relationship continuity among stakeholders are well-established, except among researchers and academicians. Meanwhile, they could colaborate research with Perhutani.
EFIKASI EKSTRAK AKAR TUBA DALAM MENGENDALIKAN RAYAP TANAH MACROTERMES GILVUS HAGEN PADA PERTANAMAN KAYU PUTIH Wa ode Muliastuty Arsyad; Agus Ismanto; Achmad Baedowi
Jurnal Ecogreen Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.401 KB)

Abstract

ABSTRACTCultivation of cajuput plants (Melaleuca leucadendron Linn) is constrained by the presence of subterranean termite attacks which causes physical damage to plants and a decrease in crop yields, resulting in considerable economic losses.Tuba root (Derris eliptica (Roxb.) Benth) has the potential as a botanical insecticide to control termite pest. This study aimed to determine the effective concentration of tuba root extracts to control subterranean termite Macrotermes gilvus Hagen in cajuput plants (Melleuca leucadendron Linn). Tuba roots were extracted using methanol for two hours, then the extract solution was evaporated using a rotary evaporator for one hour to obtain concentrated extract. Tuba root extract was sprayed on the cajuput root and stem at concentrations of 0%, 0.5%, 1% and 2%. The degree of termite attack was observed weekly in one month. The study used a completely randomized design. The results showed that the concentration of tuba root extract had a significant effect on the degree of termite attack. The application of tuba root extract at a concentration of 2% was effectively suppresses termite attack. Termite attacks on cajuput plants occurred in the third week of observation with an average rate of termite attack of 6.8%. Keywords: Botanical insecticides, eucalyptus, subterranean termites, tuba root ABSTRAKBudidaya tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn) terkendala oleh adanya serangan hama rayap tanah yang menyebabkan kerusakan fisik pada tanaman dan penurunan hasil tanaman, sehingga menimbulkan kerugian ekonomis yang cukup besar. Akar tuba (Derris eliptica (Roxb.) Benth) berpotensi sebagai insektisida nabati yang dapat mengendalikan hama rayap tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak akar tuba yang efektif untuk mengendalikan hama rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen pada tanaman kayu putih (Melleuca leucadendron Linn). Akar tuba diekstraksi menggunakan metanol selama dua jam, kemudian larutan ekstrak diuapkan menggunakan rotary evaporator selama 1 jam untuk mendapatkan ekstrak pekat. Perakaran dan batang tanaman kayu putih disemprot dengan ekstrak akar tuba pada konsentrasi 0%, 0,5%, 1% dan 2%. Parameter yang diamati adalah derajat serangan rayap dan diamati setiap minggu selama satu bulan.Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak akar tuba berpengaruh nyata terhadap derajat serangan rayap tanah. Aplikasi ekstrak akar tuba pada konsentrasi 2% efektif menekan serangan rayap tanah. Serangan rayap pada tanaman kayu putih baru terjadi pada minggu ketiga pengamatan dengan nilai rata-rata derajat serangan rayap sebesar 6,8%. Kata kunci: Akar tuba, hama, kayu putih, insektisida nabati, rayap tanah
Pengaruh pengawetan pohon berdiri terhadap sifat kimia dan mekanis Bintangur (Callophyllum soulattri) dan Balam (Macaranga conifera (Rch.f. & Zoll) Mull.Arg.) Dwi Ajias Pramasari; Sonia Somadona; Evi Sribudiani; Yusup Amin; Didi Tarmadi; Sulaeman Yusuf; Ratih Damayanti; Djarwanto Djarwanto; Wa Ode Muliastuty Arsyad; Esti Rini Satiti; Syafrinal Syafrinal; M. Mardhiansyah
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol 13, No 2 (2021)
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24111/jrihh.v13i2.6938

Abstract

Teknologi pengawetan kayu dengan metode infus dan bandage-wrapping pada pohon berdiri yang masih hidup merupakan metode baru dalam pengawetan kayu. Metode ini memiliki keunggulan dapat mengawetkan kayu berukuran besar secara mudah. Kayu utuh berukuran besar dibutuhkan untuk bahan baku pembuatan Jalur, yaitu, perahu tradisional khas daerah Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pengawetan kayu pada pohon berdiri terhadap karakteristik kayu, terutama sifat kimia dan sifat mekanisnya. Masing-masing sebanyak dua pohon dari jenis kayu alternatif bahan baku pembuatan Jalur yaitu Bintangur (Callophyllum soulattri Burm.f.) dan Balam (Macaranga conifera (Rch.f. & Zoll) Mull.Arg) diawetkan menggunakan senyawa boron dengan metode infus dan bandage-wrapping. Sebagai kontrol, satu pohon dari masing-masing jenis juga ditebang dan diuji. Sampel kayu yang digunakan dibagi menurut posisi aksial pohon (pangkal, tengah, dan ujung) untuk diamati sifat kimia dan sifat mekanis dengan masing-masing tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi aksial mempengaruhi sifat kimia kayu Balam dan Bintangur secara siginifikan pada kadar lignin (30-36%) dan kadar alfa selulosa (48-52%). Secara umum, sifat mekanis yaitu Modulus of Rupture (MOR) dan Modulus of Elasticity (MOE) meningkat secara signifikan setelah diawetkan, kecuali pada Bintangur untuk metode bandage-wrapping. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan infus memberikan pengaruh nyata yang positif terhadap sifat kimia dan mekanis kayu Bintangur, sehingga pohon Bintangur yang telah diawetkan menggunakan metode infus dapat direkomendasikan sebagai alternatif bahan baku pembuatan Jalur.
KOMPOSISI KIMIA DAN KEAWETAN ALAMI DELAPAN JENIS KAYU DI BAWAH NAUNGAN Heru Satrio Wibisono; Jasni Jasni; Wa Ode Muliastuty Arsyad
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2018.36.1.59-65

Abstract

Pemanfaatan kayu dipengaruhi oleh komposisi kimia dan keawetan alaminya pada kondisi tertentu. Penelitian ini mempelajari komposisi kimia dan keawetan alaminya delapan jenis kayu yang berasal dari Banten dan Jawa Barat. Komposisi kimia kayu diuji berdasarkan metode Norman dan Jenkins, SNI 14-0492-1989, dan SNI 14-1032-1989. Pengujian keawetan alami kayu dilakukan di lapangan dengan cara memberi naungan sampel uji di alam terbuka. Hasil penelitian menunjukkan komposisi kimia kayu yang dipelajari berada dikisaran rata-rata komposisi kimia kayu daun lebar. Dari seluruh sampel uji kayu yang dipelajari, kadar holoselulosa tertinggi tercatat pada jenis kayu baros (Michelia champaca L.) sebesar 75,64% dan terendah pada kayu pasang taritih (Lithocarpus elegans Blume Hatus ex Supadmo) sebesar 60,19%. Kayu pasang taritih (Lithocarpus elegans Blume Hatus ex Supadmo) memiliki kadar lignin tertinggi (35,14%), sedangkan kayu ki hiyang (Albizia procera (Roxb.) Benth) memiliki kada lignin terendah (25,35%). Kadar zat ekstraktif tertinggi tercatat pada kayu tarisi (Albizia lebbeck (L.) Benth) sebesar 7,9% dan terendah pada kayu tangkalang (Litsea roxburghii Hassk) sebesar 1,54%. Uji keawetan alami kayu di bawah naungan menunjukkan kayu pasang taritih tergolong awet (kelas II) dan tujuh jenis kayu lainnya tergolong sangat tidak awet (kelas V) yaitu jenis kayu tarisi, ki hiyang, hanja, cerei, tangkalang, baros, dan kapinango.
PENGARUH KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KEAWETAN PAPAN PARTIKEL BAMBU ANDONG Wa Ode Muliastuty Arsyad; Deazy Rachmi Trisatya
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2020.38.1.40-45

Abstract

Bambu merupakan salah satu material yang mengandung lignoselulosa yang potensial dimanfaatkan sebagai produk majemuk, khususnya papan partikel.  Pemanfaatan ini masih terbatas karena sifat sensitif bambu terhadap kelembapan dan rendahnya ketahanan terhadap serangan organisme perusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan papan partikel yang dibuat dari limbah bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja) dengan menggunakan perekat phenol formaldehida (PF) terhadap serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light. Papan partikel berukuran 35 cm x 35 cm x 1,5 cm dibuat menggunakan perekat PF dengan variasi kadar perekat 8%, 10% dan 12% dari berat kering partikel. Pengujian ketahanan papan partikel terhadap rayap tanah dan rayap kayu kering mengacu pada SNI 7207-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kadar perekat berpengaruh nyata terhadap penurunan berat papan partikel akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering. Perbedaan kadar perekat juga berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap tanah dan rayap kayu kering. Papan partikel dengan kadar perekat PF 12% memiliki penurunan berat terendah yaitu 4,34% untuk rayap tanah dan 0,48% untuk rayap kayu kering. Mortalitas rayap meningkat dengan semakin bertambahnya kadar perekat PF dalam papan partikel. Papan partikel dengan kadar perekat 12% memiliki mortalitas rayap tertinggi, yaitu 71,5% untuk rayap tanah dan 76% untuk rayap kayu kering.
EFEKTIVITAS PENGAWETAN DENGAN TEKNIK INFUS DAN BANDAGE PADA POHON BALAM TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING Evi Sribudiani; Esti Rini Satiti; Wa Ode Muliastuty Arsyad; Sonia Somadona; Ratih Damayanti; Djarwanto Djarwanto; Rudianda Sulaeman; Sulaeman Yusuf; Yusup Amin; Didi Tarmadi; Dwi Ajias Pramasari; Syafrinal Syafrinal
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2021.39.2.65-73

Abstract

Saat ini keberadaan kayu jenis meranti merah, kulim dan mersawa sebagai bahan baku pembuat jalur  di Kabupaten Kuansing Provinsi Riau semakin langka, sedangkan kebutuhan kayu sebagai bahan pembuat jalur semakin tinggi. Oleh sebab itu diperlukan pemilihan jenis kayu alternatif yang memiliki persamaan sifat kuat dan awet dengan kayu jenis meranti merah, kulim, dan mersawa agar dapat memenuhi spesifikasi pembuatan jalur. Penelitian ini bertujuan mempelajari efektivitas pengawetan kayu balam dengan teknik infus dan bandage terhadap rayap kayu kering. Balam (Macaranga conifera Muell. Agr.) dipilih sebagai kayu alternatif untuk membuat jalur karena saat ini masih banyak ditemukan namun belum banyak dipakai untuk pembuatan jalur. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jalur yang disimpan di darat mendapatkan serangan rayap kayu kering, sehingga diperlukan pengawetan jalur agar tidak terserang organisme perusak kayu (OPK) khususnya rayap kayu kering.  Pengawetan pohon berdiri dengan senyawa boron komplek dengan teknik infus dan bandage dipilih untuk meningkatkan kelas keawetan kayu balam. Pengujian ketahanan kayu terhadap serangan rayap kayu kering dilakukan sesuai metode SNI 7207-2014. Data diolah dengan menggunakan rancangan faktorial acak lengkap. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengawetan dengan teknik infus dan bandage berbeda nyata terhadap pengurangan berat dan mortalitas rayap. Pengamatan derajat serangan secara visual pada kontrol dan teknik infus  yaitu 40 (tahan) yang nilainya lebih rendah dibandingkan teknik bandage 70 (sedang). Mortalitas pada teknik infus lebih tertinggi yaitu 90,67% dibandingkan kontrol 86,08% dan bandage 61,75%. Teknik pengawetan dengan teknik infus menunjukkan kandungan boron yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik bandage.