Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

OPTIMASI TEKNIK PEMURNIAN GLUKOMANAN PADA TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) Gunawan Trisandi Pasaribu; Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Totok K Waluyo; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 37, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2019.37.3.197-203

Abstract

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) adalah salah satu jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Dari aspek budidaya dan kandungan tepungnya, tepung porang menjadi salah satu sumber pangan alternatif. Saat ini, peningkatan kadar glucomannan menjadi tantangan dalam pengolahan pasca panen porang. Peningkatan kadar glukomanan akan meningkatkan pemanfaatan tepung porang dan membuka pasar tepung porang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pemurnian glukomanan yang optimal. Penelitian dilakukan dengan teknik perendaman dengan etanol (30%, 40%, dan 50%) dan natrium bisulfit (2%, 3%, dan 4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik perendaman dengan etanol berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar glukomanan. Pencucian dengan etanol 50% dan NaHSO3 2% dapat meningkatkan glukomanan dari 32,65% menjadi 83,96%. Proses perendaman dengan etanol meningkatkan kadar glukomanan tetapi tidak mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) dan kalsium (Ca) tepung porang.
KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI PENGGUNAAN LIMA JENIS KAYU KURANG DIKENAL ASAL JAWA BARAT Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Gustan Pari; Saepuloh Saepuloh; Dadang Setiawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1012.992 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.1.15-27

Abstract

Hutan Indonesia memiliki potensi pohon tropis yang sangat beragam. Salah satu komoditi utama yang dihasilkan dari pohon sebagai komponen utama penyusun hutan adalah kayu. Penggunaan kayu umumnya disesuaikan dari sifat kayu, seperti sifat fisik-mekanik, sifat keterawetan dan sifat dasar lainnya. Salah satu sifat kayu yang penting dan menentukan karakteristik penggunaannya antara lain sifat kimia. Penelitian ini menganalisis komponen kimia 5 jenis kayu yang kurang dikenal asal Jawa Barat, yaitu ki bugang, sempur lilin, cangcaratan, ki pasang, dan ki langir. Analisis meliputi komponen kimia kayu sesuai standar Norman Jenkin, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan TAPPI. Hasil analisis menunjukkan bahwa ki bugang memiliki kadar selulosa dan pentosane tertinggi, masing-masing sebesar 52,57% dan 21,37%. Kayu cangcaratan memiliki kadar lignin tertinggi yaitu sebesar 31,84%. Ki langir memiliki nilai kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam alkohol-benzena dan kelarutan dalam NaOH tertinggi, masing-masing sebesar 3,34%, 2,75%, dan 22,17%. Kayu Sempur lilin memiliki kelarutan dalam air panas tertinggi sebesar 8,56%. Ki langir juga memiliki kadar abu tertinggi sebesar 3,60% dan kayu sempur lilin memiliki kadar silika tertinggi sebesar 1,92%. Berdasarkan pemetaan potensi penggunaannya, kayu cangcaratan lebih berpotensi sebagai bahan baku pulp dan kayu energi, sedangkan kayu ki bugang lebih berpotensi sebagai bahan baku bioetanol.
OPTIMASI TEKNIK PEMURNIAN GLUKOMANAN PADA TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) Gunawan Trisandi Pasaribu; Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Totok K Waluyo; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 37, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2019.37.3.197-203

Abstract

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) adalah salah satu jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Dari aspek budidaya dan kandungan tepungnya, tepung porang menjadi salah satu sumber pangan alternatif. Saat ini, peningkatan kadar glucomannan menjadi tantangan dalam pengolahan pasca panen porang. Peningkatan kadar glukomanan akan meningkatkan pemanfaatan tepung porang dan membuka pasar tepung porang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pemurnian glukomanan yang optimal. Penelitian dilakukan dengan teknik perendaman dengan etanol (30%, 40%, dan 50%) dan natrium bisulfit (2%, 3%, dan 4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik perendaman dengan etanol berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar glukomanan. Pencucian dengan etanol 50% dan NaHSO3 2% dapat meningkatkan glukomanan dari 32,65% menjadi 83,96%. Proses perendaman dengan etanol meningkatkan kadar glukomanan tetapi tidak mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) dan kalsium (Ca) tepung porang.
KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI PENGGUNAAN LIMA JENIS KAYU KURANG DIKENAL ASAL JAWA BARAT Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Gustan Pari; Saepuloh Saepuloh; Dadang Setiawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.1.15-27

Abstract

Hutan Indonesia memiliki potensi pohon tropis yang sangat beragam. Salah satu komoditi utama yang dihasilkan dari pohon sebagai komponen utama penyusun hutan adalah kayu. Penggunaan kayu umumnya disesuaikan dari sifat kayu, seperti sifat fisik-mekanik, sifat keterawetan dan sifat dasar lainnya. Salah satu sifat kayu yang penting dan menentukan karakteristik penggunaannya antara lain sifat kimia. Penelitian ini menganalisis komponen kimia 5 jenis kayu yang kurang dikenal asal Jawa Barat, yaitu ki bugang, sempur lilin, cangcaratan, ki pasang, dan ki langir. Analisis meliputi komponen kimia kayu sesuai standar Norman Jenkin, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan TAPPI. Hasil analisis menunjukkan bahwa ki bugang memiliki kadar selulosa dan pentosane tertinggi, masing-masing sebesar 52,57% dan 21,37%. Kayu cangcaratan memiliki kadar lignin tertinggi yaitu sebesar 31,84%. Ki langir memiliki nilai kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam alkohol-benzena dan kelarutan dalam NaOH tertinggi, masing-masing sebesar 3,34%, 2,75%, dan 22,17%. Kayu Sempur lilin memiliki kelarutan dalam air panas tertinggi sebesar 8,56%. Ki langir juga memiliki kadar abu tertinggi sebesar 3,60% dan kayu sempur lilin memiliki kadar silika tertinggi sebesar 1,92%. Berdasarkan pemetaan potensi penggunaannya, kayu cangcaratan lebih berpotensi sebagai bahan baku pulp dan kayu energi, sedangkan kayu ki bugang lebih berpotensi sebagai bahan baku bioetanol.