Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KETAHANAN LIMA JENIS KAYU TERHADAP SERANGAN DELAPAN JENIS JAMUR PELAPUK Sihati Suprapti; Djarwanto Djarwanto; Esti Rini Satiti; Lisna Efiyanti
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2021.39.1.27-38

Abstract

Kayu kurang dikenal yang berasal dari hutan alam saat ini merupakan alternatif bahan baku yang digunakan oleh industri perkayuan nasional.  Optimalisasi pemanfaatan kayu kelompok  ini memerlukan informasi mengenai ketahanan terhadap serangan jamur pelapuk dari setiap jenis kayu yang  digunakan.  Dalam  penelitian ini  dilakukan pengujian ketahanan lima jenis kayu kurang dikenal bagian gubal dan teras, dan pengkaratan logam yang berikatan dengan kayu diuji terhadap jamur menggunakan metode Kolle-flask. Kelarutan kayu dalam NaOH 1% dianalisis mengacu pada  standar ASTM D 1110-84.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Albizia sp. dan Syzygium sp. diklasifikasikan dalam kelompok kayu-tahan (kelas II), Santiria sp.  dan Lithocarpus ewyckii termasuk  kayu agak-tahan (kelas III), dan Xanthophyllum excelsum termasuk kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat terbesar terjadi pada kayu gubal, Xanthophyllum excelsum yang diumpankan kepada Pycnoporus sanguineus. Rata-rata kehilangan berat kayu teras lebih rendah (termasuk kelas II) dibandingkan dengan kehilangan berat kayu gubal (Kelas III). Kehilangan berat tertinggi dari kayu yang berikatan dengan sekrup dijumpai pada kayu Syzygium sp. yang disekrup dan diumpankan kepada Polyporus sp. Rata-rata kehilangan berat kayu yang disekrup lebih tinggi dibandingkan dengan kayu tanpa sekrup, sedangkan kehilangan berat tertinggi dari sekrup yang telah berikatan dengan kayu terjadi pada Xanthophyllum excelsum kemudian Syzygium sp. yang diumpankan pada jamur Polyporus arcularius. Didapatkan bubuk karat terbanyak dalam kayu Syzygium sp. yang diumpankan kepada jamur Polyporus arcularius. Lima jenis jamur memiliki kemampuan sedang dan tiga jenis lainnya berkemampuan rendah dalam melapukkan kayu. Pengaruh jamur dalam pengkaratan sekrup semuanya rendah.
OPTIMASI TEKNIK PEMURNIAN GLUKOMANAN PADA TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) Gunawan Trisandi Pasaribu; Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Totok K Waluyo; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 37, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2019.37.3.197-203

Abstract

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) adalah salah satu jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Dari aspek budidaya dan kandungan tepungnya, tepung porang menjadi salah satu sumber pangan alternatif. Saat ini, peningkatan kadar glucomannan menjadi tantangan dalam pengolahan pasca panen porang. Peningkatan kadar glukomanan akan meningkatkan pemanfaatan tepung porang dan membuka pasar tepung porang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pemurnian glukomanan yang optimal. Penelitian dilakukan dengan teknik perendaman dengan etanol (30%, 40%, dan 50%) dan natrium bisulfit (2%, 3%, dan 4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik perendaman dengan etanol berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar glukomanan. Pencucian dengan etanol 50% dan NaHSO3 2% dapat meningkatkan glukomanan dari 32,65% menjadi 83,96%. Proses perendaman dengan etanol meningkatkan kadar glukomanan tetapi tidak mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) dan kalsium (Ca) tepung porang.
SIFAT KIMIA DAN KUALITAS ARANG LIMA JENIS KAYU ASAL KALIMANTAN BARAT Lisna Efiyanti; Suci Aprianty Wati; Dadang Setiawan; Saepuloh Saepuloh; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2020.38.1.45-56

Abstract

Indonesia memiliki hutan yang cukup luas dengan jenis pohon penghasil kayu yang sangat beragam. Kayu dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk seperti furnitur, kerajinan, konstruksi bangunan serta produk lain seperti arang. Pemanfaatan kayu juga pada umumnya berhubungan dengan sifat fisik, kimia, anatomi maupun mekanik kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dan ekstraktif lima jenis kayu kurang dikenal asal Kalimantan Barat, yaitu kayu kumpang, bengkulung, sawang, kempili, dan ubar serta pengaruhnya terhadap sifat arang yang terbuat dari jenis-jenis kayu tersebut. Lima jenis kayu tersebut dianalisa komponen kimia serta zat ekstraktif sesuai metode SNI. Kemudian tiap jenis kayu diproses menjadi arang dengan metode pirolisis pada suhu 500°C selama 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar selulosa, pentosan, dan lignin kelima jenis kayu tersebut masing-masing berkisar antara 51,53-61,16%; 13,93-17,67% dan 26,55-38,46%. Kadar kelarutan dalam air dingin, air panas, NaOH 1% dan alkohol-benzena masing-masing berkisar antara 0,632-2,640%; 3,28-8,41%; 10,41-19,01% dan 3,38-4,3%. Adapun untuk kadar air, kadar abu dan kadar silika kelima jenis kayu masing-masing berkisar 7,97-9,97%; 0,32-2,14; 0,21-0,68%. Produk arang yang terbentuk dari kelima jenis kayu tersebut telah memenuhi standar persyaratan SNI dengan nilai kadar air, abu, zat terbang, dan karbon terikat masing-masing berkisar antara 0,01-0,69%; 0,59-5,40; 13,95-26,15%; dan 73,05-84%. Produk arang yang memiliki kualitas terbaik berasal dari kayu kumpang.
KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI PENGGUNAAN LIMA JENIS KAYU KURANG DIKENAL ASAL JAWA BARAT Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Gustan Pari; Saepuloh Saepuloh; Dadang Setiawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1012.992 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.1.15-27

Abstract

Hutan Indonesia memiliki potensi pohon tropis yang sangat beragam. Salah satu komoditi utama yang dihasilkan dari pohon sebagai komponen utama penyusun hutan adalah kayu. Penggunaan kayu umumnya disesuaikan dari sifat kayu, seperti sifat fisik-mekanik, sifat keterawetan dan sifat dasar lainnya. Salah satu sifat kayu yang penting dan menentukan karakteristik penggunaannya antara lain sifat kimia. Penelitian ini menganalisis komponen kimia 5 jenis kayu yang kurang dikenal asal Jawa Barat, yaitu ki bugang, sempur lilin, cangcaratan, ki pasang, dan ki langir. Analisis meliputi komponen kimia kayu sesuai standar Norman Jenkin, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan TAPPI. Hasil analisis menunjukkan bahwa ki bugang memiliki kadar selulosa dan pentosane tertinggi, masing-masing sebesar 52,57% dan 21,37%. Kayu cangcaratan memiliki kadar lignin tertinggi yaitu sebesar 31,84%. Ki langir memiliki nilai kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam alkohol-benzena dan kelarutan dalam NaOH tertinggi, masing-masing sebesar 3,34%, 2,75%, dan 22,17%. Kayu Sempur lilin memiliki kelarutan dalam air panas tertinggi sebesar 8,56%. Ki langir juga memiliki kadar abu tertinggi sebesar 3,60% dan kayu sempur lilin memiliki kadar silika tertinggi sebesar 1,92%. Berdasarkan pemetaan potensi penggunaannya, kayu cangcaratan lebih berpotensi sebagai bahan baku pulp dan kayu energi, sedangkan kayu ki bugang lebih berpotensi sebagai bahan baku bioetanol.
KARAKTERISTIK DAN POTENSI PEMANFAATAN ASAP CAIR KAYU TREMA, NANI, MERBAU, MATOA, DAN KAYU MALAS Sri Komarayati; Gusmailina Gusmailina; Lisna Efiyanti
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 36, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.327 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2018.36.3.219-238

Abstract

Kayu merupakan biomassa potensial dengan berbagai manfaat, salah satunya adalah sebagai bahan baku asap cair. Penelitian mengenai asap cair yang dihasilkan dari pirolisis kayu perlu dilakukan secara intensif untuk mendapatkan informasi kandungan dan manfaat komponen asap cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan potensi manfaat asap cair lima jenis kayu, yaitu kayu trema, nani, merbau, matoa, dan malas. Penelitian dilakukan dengan proses pirolisis pada suhu 500°C selama 5 jam, dan asap cair yang dihasilkan ditampung dalam wadah untuk dianalisis karakteristiknya. Karakteristik asap cair yang dipelajari meliputi pH, berat jenis, kadar asam asetat, kadar fenol, dan kandungan komponen kimia lainnya, menggunakan py-GCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH asap cair kelima jenis kayu berkisar antara 2,68 –4,34, berat jenis 0,83–1,04, kadar asetat 0,65– 13,09% dan kadar fenol 0,19–2,50%. Sementara itu, hasil analisis py-GCMS menunjukkan keragaman komponen kimia yang terkandung dalam asap cair masing-masing jenis kayu dengan komponen utama sebagai penciri asap cair pada kelima jenis kayu adalah senyawa asam asetat (acetic acid, ethylic acid), fenol (phenol, 2,6-dimethoxy (CAS) 2,6-dimethoxyphenol), dan asam karbamat. Komponen kimia asap cair diharapkan dapat diaplikasikan dalam berbagai variasi produk yang lebih luas sesuai cara pandang, tujuan, dan target produk yang ingin dicapai.
KARAKTERISASI DAN POTENSI KATALIS KARBON AKTIF TERSULFONASI LIMBAH KAYU PADA REAKSI HIDROLISIS SEKAM PADI MENGGUNAKAN MICROWAVE Lisna Efiyanti; Sutanto Sutanto; Nailah Hakimah; Dian Anggraini Indrawan; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.194 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2019.37.2.67-80

Abstract

Biomassa berlignoselulosa merupakan bahan baku berbagai produk yang menjanjikan untuk dikembangkan. Salah satu biomassa berlignoselulosa yaitu limbah yang didapatkan dari sisa penggergajian kayu untuk kepentingan industri, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif yang berfungsi sebagai katalis. Pada penelitian ini, dilakukan proses pembuatan karbon aktif dari limbah campuran kayu kamper dan meranti melalui proses pirolisis suhu 500 °C yang dilanjutkan dengan proses sulfonasi menggunakan H2SO4 10N. Produk karbon aktif tersulfonasi (KA-SO3H) kemudian dikarakterisasi yang meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, karbon terikat, daya jerap iod sesuai SNI 06-3730-1995, keasaman menggunakan adsorpsi amonia, dan gugus fungsi menggunakan analisa FTIR. Selanjutnya karbon aktif tersulfonasi diuji aplikasinya pada reaksi hidrolisis sekam padi menggunakan microwave dengan variasi bobot sekam padi sebesar 2, 4, 6, 8, dan 10 g pada daya 400 dan 600 W selama 5, 7, dan 9 menit. Kadar glukosa filtrat hasil reaksi selanjutnya dianalisis menggunakan metode asam dinitrosalisilat (DNS). Kondisi optimum reaksi hidrolisis diperoleh pada penggunaan katalis karbon aktif tersulfonasi (daya 400 W, rasio sekam padi:katalis 1:8, serta waktu 9 menit) menghasilkan kadar glukosa sebesar 330,51 ppm dengan persen perolehan glukosa 61,97%, dan energi yang diperlukan sebesar 216 kJ.
KETAHANAN LIMA JENIS KAYU TERHADAP SERANGAN DELAPAN JENIS JAMUR PELAPUK Sihati Suprapti; Djarwanto Djarwanto; Esti Rini Satiti; Lisna Efiyanti
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2021.39.1.27-38

Abstract

Kayu kurang dikenal yang berasal dari hutan alam saat ini merupakan alternatif bahan baku yang digunakan oleh industri perkayuan nasional.  Optimalisasi pemanfaatan kayu kelompok  ini memerlukan informasi mengenai ketahanan terhadap serangan jamur pelapuk dari setiap jenis kayu yang  digunakan.  Dalam  penelitian ini  dilakukan pengujian ketahanan lima jenis kayu kurang dikenal bagian gubal dan teras, dan pengkaratan logam yang berikatan dengan kayu diuji terhadap jamur menggunakan metode Kolle-flask. Kelarutan kayu dalam NaOH 1% dianalisis mengacu pada  standar ASTM D 1110-84.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Albizia sp. dan Syzygium sp. diklasifikasikan dalam kelompok kayu-tahan (kelas II), Santiria sp.  dan Lithocarpus ewyckii termasuk  kayu agak-tahan (kelas III), dan Xanthophyllum excelsum termasuk kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat terbesar terjadi pada kayu gubal, Xanthophyllum excelsum yang diumpankan kepada Pycnoporus sanguineus. Rata-rata kehilangan berat kayu teras lebih rendah (termasuk kelas II) dibandingkan dengan kehilangan berat kayu gubal (Kelas III). Kehilangan berat tertinggi dari kayu yang berikatan dengan sekrup dijumpai pada kayu Syzygium sp. yang disekrup dan diumpankan kepada Polyporus sp. Rata-rata kehilangan berat kayu yang disekrup lebih tinggi dibandingkan dengan kayu tanpa sekrup, sedangkan kehilangan berat tertinggi dari sekrup yang telah berikatan dengan kayu terjadi pada Xanthophyllum excelsum kemudian Syzygium sp. yang diumpankan pada jamur Polyporus arcularius. Didapatkan bubuk karat terbanyak dalam kayu Syzygium sp. yang diumpankan kepada jamur Polyporus arcularius. Lima jenis jamur memiliki kemampuan sedang dan tiga jenis lainnya berkemampuan rendah dalam melapukkan kayu. Pengaruh jamur dalam pengkaratan sekrup semuanya rendah.
OPTIMASI TEKNIK PEMURNIAN GLUKOMANAN PADA TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) Gunawan Trisandi Pasaribu; Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Totok K Waluyo; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 37, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2019.37.3.197-203

Abstract

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) adalah salah satu jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Dari aspek budidaya dan kandungan tepungnya, tepung porang menjadi salah satu sumber pangan alternatif. Saat ini, peningkatan kadar glucomannan menjadi tantangan dalam pengolahan pasca panen porang. Peningkatan kadar glukomanan akan meningkatkan pemanfaatan tepung porang dan membuka pasar tepung porang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pemurnian glukomanan yang optimal. Penelitian dilakukan dengan teknik perendaman dengan etanol (30%, 40%, dan 50%) dan natrium bisulfit (2%, 3%, dan 4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik perendaman dengan etanol berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar glukomanan. Pencucian dengan etanol 50% dan NaHSO3 2% dapat meningkatkan glukomanan dari 32,65% menjadi 83,96%. Proses perendaman dengan etanol meningkatkan kadar glukomanan tetapi tidak mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) dan kalsium (Ca) tepung porang.
SIFAT KIMIA DAN KUALITAS ARANG LIMA JENIS KAYU ASAL KALIMANTAN BARAT Lisna Efiyanti; Suci Aprianty Wati; Dadang Setiawan; Saepuloh Saepuloh; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2020.38.1.45-56

Abstract

Indonesia memiliki hutan yang cukup luas dengan jenis pohon penghasil kayu yang sangat beragam. Kayu dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk seperti furnitur, kerajinan, konstruksi bangunan serta produk lain seperti arang. Pemanfaatan kayu juga pada umumnya berhubungan dengan sifat fisik, kimia, anatomi maupun mekanik kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dan ekstraktif lima jenis kayu kurang dikenal asal Kalimantan Barat, yaitu kayu kumpang, bengkulung, sawang, kempili, dan ubar serta pengaruhnya terhadap sifat arang yang terbuat dari jenis-jenis kayu tersebut. Lima jenis kayu tersebut dianalisa komponen kimia serta zat ekstraktif sesuai metode SNI. Kemudian tiap jenis kayu diproses menjadi arang dengan metode pirolisis pada suhu 500°C selama 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar selulosa, pentosan, dan lignin kelima jenis kayu tersebut masing-masing berkisar antara 51,53-61,16%; 13,93-17,67% dan 26,55-38,46%. Kadar kelarutan dalam air dingin, air panas, NaOH 1% dan alkohol-benzena masing-masing berkisar antara 0,632-2,640%; 3,28-8,41%; 10,41-19,01% dan 3,38-4,3%. Adapun untuk kadar air, kadar abu dan kadar silika kelima jenis kayu masing-masing berkisar 7,97-9,97%; 0,32-2,14; 0,21-0,68%. Produk arang yang terbentuk dari kelima jenis kayu tersebut telah memenuhi standar persyaratan SNI dengan nilai kadar air, abu, zat terbang, dan karbon terikat masing-masing berkisar antara 0,01-0,69%; 0,59-5,40; 13,95-26,15%; dan 73,05-84%. Produk arang yang memiliki kualitas terbaik berasal dari kayu kumpang.
KOMPONEN KIMIA DAN POTENSI PENGGUNAAN LIMA JENIS KAYU KURANG DIKENAL ASAL JAWA BARAT Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Gustan Pari; Saepuloh Saepuloh; Dadang Setiawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.1.15-27

Abstract

Hutan Indonesia memiliki potensi pohon tropis yang sangat beragam. Salah satu komoditi utama yang dihasilkan dari pohon sebagai komponen utama penyusun hutan adalah kayu. Penggunaan kayu umumnya disesuaikan dari sifat kayu, seperti sifat fisik-mekanik, sifat keterawetan dan sifat dasar lainnya. Salah satu sifat kayu yang penting dan menentukan karakteristik penggunaannya antara lain sifat kimia. Penelitian ini menganalisis komponen kimia 5 jenis kayu yang kurang dikenal asal Jawa Barat, yaitu ki bugang, sempur lilin, cangcaratan, ki pasang, dan ki langir. Analisis meliputi komponen kimia kayu sesuai standar Norman Jenkin, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan TAPPI. Hasil analisis menunjukkan bahwa ki bugang memiliki kadar selulosa dan pentosane tertinggi, masing-masing sebesar 52,57% dan 21,37%. Kayu cangcaratan memiliki kadar lignin tertinggi yaitu sebesar 31,84%. Ki langir memiliki nilai kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam alkohol-benzena dan kelarutan dalam NaOH tertinggi, masing-masing sebesar 3,34%, 2,75%, dan 22,17%. Kayu Sempur lilin memiliki kelarutan dalam air panas tertinggi sebesar 8,56%. Ki langir juga memiliki kadar abu tertinggi sebesar 3,60% dan kayu sempur lilin memiliki kadar silika tertinggi sebesar 1,92%. Berdasarkan pemetaan potensi penggunaannya, kayu cangcaratan lebih berpotensi sebagai bahan baku pulp dan kayu energi, sedangkan kayu ki bugang lebih berpotensi sebagai bahan baku bioetanol.