Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Waktu Ekstraksi Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Menggunakan Pelarut n-Heksana terhadap Rendemen Minyak Nasrun Ibrahim; Jalaluddin Jalaluddin; Nurul Rahmah
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 7, No 2 (2018): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2018
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v7i2.1251

Abstract

Indonesia has natural resources that are rich in essential oils. One potential natural resource is lime which can be used as flavor in food. The extraction of lime leaf essential oil using volatile solvent extraction method. The aim of the study was to determine the effect of extraction time on yield, refractive index, and density of essential oils produced. Extraction of lime leaf oil with n-hexane solvent using soxhlet extractors. The old lime leaves that have been cleaned, cut into small pieces and wrapped in filter paper and put in soxhlet. 200 ml n-hexane solvent is inserted in an extractor round bottom flask equipped with coolant. Extraction is carried out at a certain temperature and time depending on the type of solvent used, until the solvent color is returned as before. Then the filtrate was distilled to be purified, so that lime leaf oil was obtained separately from the solvent. Essential oils are then tested for yield, refractive index, and density contained in essential oils. The results of the study were extraction of lime leaves with n-hexane solvent, the highest yield obtained at a sample weightof 200 grams with an extraction time of 180 minutes which was 3.11%. The highest oil refractive index was also obtained at a sample weight of 200 grams with an extraction time of 180 minutes which was 1.47, while the density of essential oil from lime leaves was 0.79gr/ml.Keywords: essential oil, lime leaf, extraction, n-heksana
Pembuatan Biofoam Dari Ampas Tebu Dan Tepung Maizena Syamsul Bahri; Fitriani Fitriani; Jalaluddin Jalaluddin
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 10, No 1 (2021): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2021
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v10i1.4173

Abstract

Penggunaan stryrofoam sebagai kemasan makanan secara terus-menerus berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan, untuk mengatasi dampak tersebut diperlukan kemasan makanan yang dapat didaur ulang dan ramah lingkungan sebagai pengganti stryrofoam. Biofoam merupakan kemasan alternatif pengganti styrofoam yang terbuat dari bahan baku alami, yaitu pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya. Ampas tebu dan tepung maizena merupakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan biodegradable foam dan Penambahan magnesium strearat  bertujuan untuk meningkatkan kuat tarik dan daya serap air, penetelitian ini bertujauan untuk pengaruh konsentrasi NaOH terbaik dan untuk mengatahui tingkat biodegrabeliti yang terlalu tinggi,  dengan variasi  konsentrasi ampas tebu 50 gr, 55 gr dan 60gr dengan konsentrasi NaOH (0 %, 2,5%, 5% dan 7,5%). Pada penelitian ini diperoleh hasil karakteristik terbaik untuk uji ketahanan kua tarik pada variasi 0% dengan ampas tebu 50 gr didapatkan dengan nilai 0,60 kgf/mm2), sedangkan uji kadar air didapatkan nilai terbaik pada konsentarasi 0% dengan amaps tebu 50 gr didapatkan dengan nilai 4,4 %
Analisa Laju Korosi Baja Karbon ST-37 dalam Larutan Asam Sulfat dengan Penambahan Inhibitor Ekstrak Daun Tembakau Jalaluddin Jalaluddin; Saiful Akmal; Nasrul ZA; Ishak Ibrahim
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 8, No 2 (2019): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2019
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v8i2.2682

Abstract

AbstakStudi penggunaan ekstrak daun tembakau (inhibitor) sebagai penghambat korosi baja karbon dilakukan pada penelitian di laboratorium dengan menggunakan metode perendaman. Media korosif untuk perendaman merupakan larutan asam sulfat telah ditambahkan inhibitor. Inhibitor yang digunakan merupakan esktrak daun tembakau kering. Perendaman dilakukan dalam rentang waktu 3, 6, 9, 12 dan 15 hari dengan menggunakan inhibitor 0, 4, 6 dan ml/l larutan asam sulfat. Penelitian menunjukkan bahwa serangan korosi diperuntukkan baja karbon, maka laju korosi dapat ditentukan dengan metode kehilangan berat. Perkiraan besarnya  laju korosi dari hasil penelitian yang diperoleh pada baja karbon dalam lingkungan asam sulfat dengan penambahan inhibitor ekstrak daun tembakau, ternyata ketahanan korosi dapat meningkat secara signifikan. Peningkatan konsentrasi inhibitor dan lamanya waktu perendaman mengakibatkan terbentukan lapisan tipis (film) protektif di permukaan baja, sehingga menghambat kontak langsung antara baja karbon dengan lingkungan. Laju korosi terendah dan efisiensi inhibisi tertinggi diperoleh pada perendaman 15 hari dengan konsentrasi inhibitor 8 ml/liter larutan masing yaitu  5,7 mpy dan 66,27%.Kata kunci: baja karbon, korosi, inhibitor, efisiensi, laju korosi
PEMBUATAN INDIKATOR ASAM BASA ALAMI DARI DAUN JATI MUDA (TECTONA GRANDIS LINN.F) DENGAN PELARUT ETANOL Liza Maulina; Jalaluddin Jalaluddin; Syamsul Bahri
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v11i1.7244

Abstract

Indikator alami adalah indikator yang berasal dari bahan-bahan alami yang telah diekstrak yang digunakan untuk mengetahui tingkat asam basa atau pH suatu larutan. Daun jati muda digunakan sebagai indikator asam basa alami dengan tujuan untuk mengurangi pemakaian indikator asam basa sintesis yang menyebabkan dapat mengurangi potensi polusi lingkungan dan hemat biaya. Pembuatan indikator asam basa alami dari ekstrak daun jati muda dengan cara daun jati muda dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan kemudian diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 96% dengan variasi suhu ekstraksi 30 oC, 40 oC, 50 oC, dan 60oC dan variasi waktu ektraksi 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa daun jati muda terdapat zat antosianin yang dapat digunakan sebagai indikator asam basa alami, pH tertinggi yang diperoleh terdapat pada suhu ekstraksi 30 oC dengan waktu ekstraksi 3 jam, nilai absorbansi terbaik diperoleh pada suhu ekstraksi 30 oC dengan waktu ekstraksi 3 jam yaitu 3,669, nilai titrasi tertinggi dengan menggunakan HCl diperoleh pada suhu ektraksi 60 oC dengan waktu ekstraksi 4 jam yaitu 10,2 ml, nilai titrasi tertinggi dengan menggunakan NaOH diperoleh pada suhu ektraksi 60 oC dengan waktu ekstraksi 4 jam yaitu 10,8 ml, dan kertas lakmus hasil perendaman dengan ekstrak daun jati muda diperoleh hasil bahwa kertas lakmus yang berwarna merah muda  apabila dicelupkan kedalam larutan asam tetap berwarna merah dan apabila dicelupkan ke larutan basa maka akan berubah berwarna hijau kecoklatan. Indikator asam basa alami dari daun jati muda yang diekstrak dipengaruhi oleh suhu dan waktu ekstraksi.
Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya Nasrun Nasrun; Jalaluddin Jalaluddin; Mahfuddhah Mahfuddhah
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 4, No 2 (2015): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2015
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v4i2.68

Abstract

Bioetanol memiliki banyak fungsi dan kegunaan, diantaranya sebagai pelarut. Bioetanol belakangan ini dikenal sebagai salah satu bahan bakar alternatif yangcukup potensial, selain dapat dibuat dengan mudah dan dengan biaya murah,bioetanol juga dapat dibuat dari berbagai bahan baku yang ada di alam. Pada penelitian ini dibuat bioetanol dari kulit pepaya, tujuannya adalah untuk mengkaji pengaruh jumlah ragi dan waktu fermentasi terhadap jumlah bioetanol yang diperoleh. Hasil penelitian didapatkan bahwa volume bioetanol tertinggi 31,17 ml didapatkan pada perlakuan waktu fermentasi selama 4 hari dan penambahan ragi Saccaromyces cereviceae sebanyak 15 gram, densitas bioetanol tertinggi diperoleh pada jumlah ragi 15 gram dengan waktu fermentasi 4 hari yaitu 0,883 gr/ml, pH media tertinggi selama fermentasi yaitu 5 yang terdapat pada jumlah ragi 20 gram dengan waktu fermentasi 3, 4, dan 5 hari. Rendemen bioetanol yang paling tinggi diperoleh pada jumlah ragi 15 gram dengan waktu fermentasi 4 hari yaitu sebesar 6,23%.
PEMBUATAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BATANG JAMBLANG (Syzygium cumini) SEBAGAI BAHAN DASAR PEWARNA TEKSTIL Syamsul Bahri; Jalaluddin Jalaluddin; Rosnita Rosnita
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 6, No 1 (2017): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2017
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v6i1.465

Abstract

Salah satu sumber daya alam yang berpotensi untuk zat warna alam adalah tumbuhan jamblang. Bagian tanaman jamblang yang dapat digunakan sebagai zat warna alami adalah bagian kulit batangnya karena mengandung tanin. Tanin merupakan pigmen pada kulit batang jamblang (Syzygium cumini) yang menghasilkan warna coklat yang dapat dijadikan sebagai pewarna tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kondisi operasi yang sesuai dari ekstraksi serbuk kulit batang jamblang terhadap pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap kadar zat warna yang dihasilkan serta menganalisa mekanisme penyerapan zat warna pada kain. Penelitian ini dilakukan dengan mengekstrak kulit batang jamblang 100 gram, volume etanol 1000 ml pada suhu 60, 65, 70, 75 dan 800C selama 2, 3, 4, 5 dan 6 jam. Hasil serbuk zat warna diamati Intensitas warna dengan alat colorimeter yang menghasilkan warna terbaik yaitu 5,0 pada suhu 700C dengan waktu ekstraksi 6 jam menghasilkan kadar air sebanyak 0,071%, kadar abu 0,068%.
MULTIMODAL FACIAL GENDER DAN IDENTIFIKASI ETNIK Jalaluddin Jalaluddin; Fadlisyah Fadlisyah
TECHSI - Jurnal Teknik Informatika Vol 4, No 1 (2012)
Publisher : Teknik Informatika Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/techsi.v4i1.106

Abstract

Human faces provide demographic information, such as gender and ethnicity. Different modalities of human faces, e.g., range and intensity, provide different cues for gender and ethnicity identifications. In this paper we exploit the range information of human faces for ethnicity identification using a support vector machine. An integration scheme is also proposed for ethnicity and gender identifications by combining the registered range and intensity images. The experiments are conducted on a database containing 1240 facial scans of 376 subjects. It is demonstrated that the range modality provides competitive discriminative power on ethnicity and gender identifications to the intensity modality. For both gender and ethnicity identifications, the proposed integration scheme outperforms each individual modality.
EKSTRAKSI KULIT BUAH BIT (BETA VULGARIS L) SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI Lina Sari Silalahi; Muhammad Muhammad; Sulhatun Sulhatun; Jalaluddin Jalaluddin; Rizka Nurlaila; Fikri Hasfita
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 2, No 2 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Juni 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v2i2.6087

Abstract

Tanaman bit (Beta vulgaris L) merupakan sejenis tanaman umbi-umbian yang banyak mengandung gizi. Kulit bit merah memiliki kandungan pigmen zat betasianin alami yang dapat dijadikan sebagai pewarna makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan pewarna alami dari kulit bit, Mempelajari pengaruh waktu dan suhu untuk mengestraksi pigmen kulit bit dengan solven Aquades dan Mengevaluasi laju perpindahan massa zat warna dari kulit bit. Tahap pertama dilakukan ekstraksi kulit bit dengan pelarut solven aquades pada variasi suhu dan waktu. Tahap kedua dilakukan uji pada sampel yaitu uji pH, uji kadar air, uji intensitas warna dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dan evaluasi laju perpindahan zat warna. Pada suhu (70oC) dan waktu 90 menit menghasilkan zat warna yang bagus dan dihasilkan ketahanan zat warnanya lebih lama sampai 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu berpengaruh terhadap kualitas zat warna, pH, kadar air dan intensitas zat warna. Pada suhu rendah dan waktu ekstraksi yang lama ketahanan zat warnanya lebih tahan lama. Perpindahan massa yang terjadi pada zat warna didapatkan degan persamaan NA = Kca (C*A- CA). Harga konsentrasi pewarna (CA) dari kulit bit ke solven aquades pada ekstraksi zat warna dalam tangki berpengaduk berbanding lurus dengan waktu, suhu, kecepatan putar pengadukan dan fluks massa tiap satuan volume pelarut (NAV).
PENGARUH LAMA WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI PATI UBI JALAR UNGU (Ipomea batata L) Mauleny Gustina; Jalaluddin Jalaluddin; Nasrul ZA; Syamsul Bahri; Masrullita .
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 2, No 2 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Juni 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v2i2.6604

Abstract

Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) disamping Biodiesel. Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Ubi jalar yang berwarna ungu merupakan salah satu yang karbohidratnya tinggi, sehingga dapat dijadikan salah satu bahan baku alternative bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar etanol ubi jalar ungu melalui fermentasi dengan menggunakan ragi roti dengan variasi waktu 4, 5 dan 6 hari pada suhu kamar. Hasil penelitian menunjukkan kadar glukosa yang berasal dari proses hidrolisis menggunakan asam HCl 7% dengan kadar etanoltinggi yang optimum diperoleh melalui fermentasi penggunaan ragi Saccharomyces cerevisiae sebesar 30% diperoleh yield sebesar 54.1% pada hari ke 5 urea 5 gram dengan waktu distilasi selama 2 jam pada suhu 90 oC. Hal ini disebabkan karena perbedaan hari dan urea yang berbeda yaitu hari ke 4, 5 dan 6 dan pada urea 3 gram, 4 gram dan 5 gram. Dimana semakin tinggi urea maka kadar etanol semakin tinggi, dan dimana semakin lama fermentasi semakin tinggi kadar etanol, namun setelah hari ke 5 akan terjadi penurunan kembali, karena waktu terbaik untuk fermentasi bioetanol adalah 5 hari setelah 5 hari maka akan terjadi penurunan kadar etanol.
PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH KALENG MINUMAN BEKAS Rati Halimatussakdiyah; Jalaluddin Jalaluddin; Agam Muarif; Masrullita Masrullita; Sulhatun Sulhatun
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 2, No 2 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Juni 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v2i2.7437

Abstract

Semua kaleng minuman rata-rata terbuat dari aluminium sehingga sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam pembuatan tawas. Tawas atau alum adalah suatu senyawa aluminium sulfat dengan rumus kimia [Al2(SO4)212H2O].  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kualitas kadar tawas sintesis yang dihasilkan dari limbah   kaleng minuman dan menentukan pengaruh rasio alunimium (Al), kalium hidroksida (KOH) dalam pembuatan tawas. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi KOH 10 %, 20%, 30% 40%, 50% dan H2SO4 8M dengan berat sampel 5 gram. Dari penelitian ini diperoleh yield tawas yang paling besar (maksimum) diperoleh pada konsentrasi KOH 30% dengan konsentrasi H2SO4 8M. Yield tawas yang diperoleh oleh tawas dari kaleng lasegar yaitu 88,45%, sedangkan tawas yang dihasilkan dari kaleng redbull yaitu 75,48%. Yield tawas dari kaleng lasegar lebih baik daripada kaleng redbull dikarenakan jumlah yield mendekati 100%. Tawas yang berasal dari kaleng lasegar lebih baik dibandingkan tawas yang berasal dari kaleng redbull dengan kadar alumunium 4,64%. Tawas yang diperoleh berbentuk kristal berwarna putih.