Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Uji model fisik 3D pemecah gelombang ambang rendah berbahan geotube untuk pengendalian erosi pantai studi kasus pantai cikidang, Kabupaten Ciamis Dede M Sulaiman; Mahdi Ernawan
JURNAL TEKNIK HIDRAULIK Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Teknik Hidraulik
Publisher : Pusat Litbang Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1414.289 KB) | DOI: 10.32679/jth.v1i2.234

Abstract

Gelombang laut yang mencapai pantai bisa bersifat merusak karena gelombang mempunyai energi tinggi yang mampu mengikis material yang ada di pantai. Selama badai atau pasang tinggi berlangsung, paras air laut akan naik dan gelombang akan pecah lebih dekat ke pantai sambil melepaskan sejumlah energi yang menghasilkan arus menyusur pantai yang kuat. Arus yang timbul karena pecahnya gelombang tersebut akan mengikis dan mengangkut material pantai dan menyebabkan hilangnya pasir dan mundurnya garis pantai. Belajar dari perilaku alam tersebut, gelombang yang menuju pantai diredam terlebih dahulu sebelum mencapai pantai, sehingga energinya tereduksi dan daya erosinya pun berkurang. Makin langkanya material batu alam dengan dimensi dan berat yang diinginkan, telah mendorong inovasi baru bahan pengganti batu alam. Diantara bahan-bahan hasil inovasi tersebut, geotube, atau geotextile sand container, yang berbahan geotekstil, merupakan bahan yang populer sebagai bahan bangunan pengaman pantai. Produk tersebut banyak digunakan sebagai pengganti bahan konvensional yang mahal dan kaku. Kelebihan utama geotekstil dibandingkan dengan bahan konvensional adalah biaya bahan dan pekerjaan lebih murah dan menggunakan bahan isian setempat. Dalam upaya menerapkan bahan alternatif pengganti batu alam tersebut telah dilakukan uji model fisik di Laboratorium Kolam Gelombang Balai Pantai Pusat Litbang Sumber Daya Air, di Ciparay, Kabupaten Bandung. Uji model dilakukan dengan membuat pemecah gelombang terbuat dari geotube berbentuk bantal guling (silinder) dengan ukuran tinggi prototip 1,2 m, lebar 2,5 m, dan panjang 20 m yang diisi dengan pasir. Hasil uji model telah menunjukkan respon positif dan akan dilanjutkan dengan penerapan lapangan dengan membangun prototip pemecah gelombang ambang rendah di Pantai Pasir Putih, Anyer, Propinsi Banten.
Efektifitas Pemecah Gelombang Tiang Pancang Bambu Bulat Bersekat Ayu Libiaty Ahmad; Hendra Achiari; Dede M Sulaiman
Journal of Science, Technology, and Visual Culture Vol 1 No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Jurusan Teknologi Produksi dan Industri, Institut Teknologi Sumatera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu permasalahan yang terjadi di wilayah pantai adalah erosi pantai. Erosi ini apabila terjadi terus menerus dapat mendatangkan permasalahan yang cukup serius terutama pada pantai berlumpur. Umumnya, kerusakan ini disebabkan oleh beberapa faktor dan salah satu yang sangat mempengaruhi pada jenis pantai ini adalah gelombang yang berasal dari lepas pantai. Untuk melindungi pantai berlumpur dari kerusakan akibat gelombang, diperlukan perlindungan pantai dengan tipe pemecah gelombang permeable. Jenis permeable ini salah satunya adalah pemecah gelombang tiang pancang dengan bahan bamboo bulat bersekat. Untuk mencapai optimasi dalam penggunaannya, maka diperlukan analisis refleksi dan transmisi terhadap hasil pengujian model fisik 2D terhadap pemecah gelombang ini dengan menghitung nilai koefisien refleksi dan koefisien transmisinya. Dari penelitian ini diketahui bahwa secara umum memiliki hubungan berbanding terbalik terhadap nilai dan sedangkan memiliki hubungan berbanding lurus terhadap nilai dan . Tinggi muka air yang paling efektif untuk pemecah gelombang ini adalah MSL atau muka air rendah daripada pada saat HWL. Skenario spasi yang paling efektif adalah skenario dengan spasi antar tiang = 1 cm.
Analisis Sedimentasi dan Peredaman Gelombang Akibat Pemecah Gelombang Ambang Rendah di Pantai Sigandu Simbolon, Maria Yosephine; Hendra Achiari; Dede M Sulaiman; Chairun Annisa Aryanti
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 7 No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/jrkt.v7i1.118

Abstract

Kurangnya pertimbangan aspek lingkungan dalam pemanfaatan ruang pantai menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan Pantai Sigandu, Kabupaten Batang. Tidak adanya bangunan/struktur  pelindung pantai menyebabkan energi gelombang yang mencapai pantai cukup tinggi sehingga pantai berpotensi mengalami abrasi. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, Pemerintah membangun pemecah gelombang ambang rendah (PEGAR) sebagai upaya perlindungan pantai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya redam gelombang serta sedimentasi akibat PEGAR di perairan Pantai Sigandu. Analisis data menggunakan pendekatan model numerik dua dimensi. Hasil analisis memperlihatkan bahwa saat kondisi pasang, kecepatan arus sebesar 0,036 – 0,079 m/s dan bergerak menuju Tenggara, sementara saat kondisi surut, kecepatan arus sebesar 0,005 – 0,025 m/s dan berbalik arah dari Tenggara ke Barat Laut. Besar koefisien transmisi gelombang akibat adanya pemecah gelombang ambang rendah sebesar 32,68%. Sementara itu, hasil pemodelan sedimen mengindikasikan adanya sedimentasi dan erosi di sekitar Pantai Sigandu dengan laju sedimentasi sebesar 0,00117 m/hari. Hal ini menunjukkan bahwa arus dan gelombang berperan dalam transpor sedimen, yang berkontribusi terhadap proses sedimentasi di belakang bangunan pantai.
Analisis Sedimentasi dan Peredaman Gelombang Akibat Pemecah Gelombang Ambang Rendah di Pantai Sigandu Simbolon, Maria Yosephine; Hendra Achiari; Dede M Sulaiman; Chairun Annisa Aryanti
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 7 No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/jrkt.v7i1.118

Abstract

Kurangnya pertimbangan aspek lingkungan dalam pemanfaatan ruang pantai menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan Pantai Sigandu, Kabupaten Batang. Tidak adanya bangunan/struktur  pelindung pantai menyebabkan energi gelombang yang mencapai pantai cukup tinggi sehingga pantai berpotensi mengalami abrasi. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, Pemerintah membangun pemecah gelombang ambang rendah (PEGAR) sebagai upaya perlindungan pantai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya redam gelombang serta sedimentasi akibat PEGAR di perairan Pantai Sigandu. Analisis data menggunakan pendekatan model numerik dua dimensi. Hasil analisis memperlihatkan bahwa saat kondisi pasang, kecepatan arus sebesar 0,036 – 0,079 m/s dan bergerak menuju Tenggara, sementara saat kondisi surut, kecepatan arus sebesar 0,005 – 0,025 m/s dan berbalik arah dari Tenggara ke Barat Laut. Besar koefisien transmisi gelombang akibat adanya pemecah gelombang ambang rendah sebesar 32,68%. Sementara itu, hasil pemodelan sedimen mengindikasikan adanya sedimentasi dan erosi di sekitar Pantai Sigandu dengan laju sedimentasi sebesar 0,00117 m/hari. Hal ini menunjukkan bahwa arus dan gelombang berperan dalam transpor sedimen, yang berkontribusi terhadap proses sedimentasi di belakang bangunan pantai.