Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Hubungan Forgiveness dengan Psychological Well-Being pada Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan Putri Rahayuningtyas Ayu Sujatmi; Siti Qodariah
Jurnal Riset Psikologi Volume 2, No. 1, Juli 2022, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.266 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v2i1.823

Abstract

Abstract. Adolescents who live in orphanages face different problems and conflicts with children their age, the existing phenomenon shows that it is difficult for them to forgive and direct them to lower forgiveness. However, even though they are indicated to have low forgiveness, the existing phenomenon shows that they still have high psychological well-being. Whereas theoretically, low forgiveness can lead to low psychological well-being. The purpose of this study was to determine the relationship and strength between forgiveness and psychological well-being in adolescents living in orphanages. This research is a quantitative research with a correlational design. Data collection was carried out using a population study. Respondents in this study involved 72 orphanage teenagers who lived in the Sumur Bandung orphanage. The analysis technique used is. Spearman Correlation Test. The resulting correlation value is 0.290 and p-value (Sig.) = 0.01 < = 0.05. The results of this study indicate a low relationship between forgiveness and psychological well-being in adolescents who live in an orphanage in Sumur Bandung area. A positive value in the correlation indicates that the higher the forgiveness, the higher the psychological well-being. Abstrak. Remaja yang tinggal di panti asuhan menghadapi permasalahan dan konflik yang berbeda dengan anak seusia mereka, fenomena yang ada menunjukan bahwa mereka sulit melakukan forgiveness dan mengarahkan mereka pada forgiveness yang lebih rendah. Akan tetapi, meskipun mereka terindikasi memiliki forgiveness yang rendah, fenomena yang ada menunjukan mereka tetap memiliki psychological well-being yang tinggi. Padahal secara teoretis rendahnya forgiveness dapat mengarah pada psychological well-being yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan kekuatan antara forgiveness dengan psychological well-being pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi populasi. Responden pada penelitian ini melibatkan sebanyak 72 remaja panti asuhan yang tinggal di panti asuhan wilayah Sumur Bandung. Teknik analisis yang digunakan adalah. Uji Korelasi Spearman. Nilai korelasi yang dihasilkan sebesar 0.290 dan p-value (Sig.) = 0.01 < a =0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang rendah antara forgiveness dan psychological well-being pada remaja yang tinggal di panti asuhan wilayah Sumur Bandung. Nilai positif pada korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi forgiveness maka semakin tinggi pula psychological well-being.
Pengaruh Self Esteem terhadap Body Image Remaja Akhir Putri Pengguna Tiktok Alika Salsabila Rahma Suhardian; Siti Qodariah
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.434 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.2952

Abstract

Abstract. Post-pandemic conditions make teenagers more at home and there is an increase in accessing the internet and social media. Currently, Tiktok application is the most popular and in-demand application among teenagers. The city of Bandung is the city with the tiktok in West Java.application tiktok has a lot of content and features that can be played, displayed, and enjoyed by its users. One of the content in tiktok is beauty and fashion content where in this content users are presented and facilitated to contain content regarding their own beauty by appearing on the For Your Page (FYP) tiktok.existence of beauty and fashion that is in great demand among teenagers raises the ideal self so that the term "body goals" among teenagers. Individual social media users who tend to compare themselves with others to get standards like them and are judged to have an impact on self-esteem. Adolescents have thoughts about their physical strengths and weaknesses so that they form a body image. Late teens themselves have the characteristics of self -esteem, and young women are considered more vulnerable to self-esteem. This study aims to see how much influence self-esteem on the body image of late teenage girls using the Tiktok in Bandung. The hypothesis in this study is that there is an influence between self-esteem on the body image of late adolescent girls who use the tiktok in the city of Bandung. Collecting data using the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) and Multidimesional Body Self Relations Questionnaire-Appereance Scales (MBSRQ-AS). The subjects of this study were 443 late adolescent female respondents who actively use the tiktok who like to view beauty and fashion on FYP tiktok for 1-2 hours per day and live in the city of Bandung. The data obtained shows that there is an influence between self-esteem on the body image of late teenage girls using the Tiktok in Bandung City by 80.7%. Abstrak. Kondisi pasca pandemic membuat remaja lebih banyak dirumah dan adanya peningkatan mengakses internet dan media sosial. Saat ini, Aplikasi Tiktok adalah aplikasi yang terpopuler dan diminati dikalangan remaja. Kota Bandung adalah kota dengan pengguna aplikasi tiktok tertinggi di Jawa Barat. Aplikasi tiktok memiliki banyak konten dan fitur yang bisa di mainkan, ditampilkan, dan dinikmati oleh penggunanya. Salah satu konten di aplikasi tiktok ini adalah konten beauty and fashion dimana pada konten ini pengguna disajikan dan difasilitasi untuk berkonten menyangkut kecantikan diri dengan muncul pada fitur For Your Page (FYP) tiktok. Dengan adanya konten beauty and fashion yang banyak diminati di kalangan remaja memunculkan ideal self sehingga muncul istilah “body goals” di kalangan remaja. Individu pengguna media sosial yang cenderung membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain untuk mendapatkan standard seperti mereka dan dinilai berdampak pada self esteem. Remaja memiliki pemikiran mengenai kelebihan dan kekurangan fisik dirinya sehingga membentuk body image. Remaja akhir sendiri memiliki ciri khas self esteem yang tinggi, dan remaja putri dinilai lebih rentan terhadap self esteem. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh self esteem terhadap body image remaja akhir putri pengguna aplikasi tiktok di Kota Bandung. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara self esteem terhadap body image remaja akhir putri pengguna aplikasi tiktok di Kota Bandung. Pengumpulan data menggunakan alat ukur Rosenberg Self esteem Scale (RSES) dan Multidimesional Body Self Relations Questionnaire-Appereance Scales (MBSRQ-AS). Subjek penelitian ini sebanyak 443 responden remaja akhir putri yang aktif menggunakan aplikasi tiktok yang suka melihat konten beauty and fashion di FYP tiktok selama 1-2 jam per hari dan tinggal di Kota Bandung. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara self esteem terhadap body image remaja akhir putri pengguna aplikasi tiktok di Kota Bandung sebesar 80,7%.
Pengaruh Kesepian terhadap Problematic Internet Use pada Mahasiswa Tingkat Akhir Pengguna Media Sosial Aghnia Rahmani Luthfiyyah; Siti Qodariah
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.455 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.3021

Abstract

Abstract. The use of the internet provides an advantage for final year students to help them complete their final project, but their use often causes problems for their lives. Those who have problems in using the internet are due to using the internet to overcome problems such as loneliness, but students in the city of Bandung are known to be satisfied with their social relationships so they do not feel lonely. The researcher used causality analysis techniques using a quantitative approach. The population selected in this study were final year students in the city of Bandung who actively use social media for more than 5 hours a day outside of academic or professional interests. This research use accidental sampling with the number of research samples was 413 students, also the data collection technique was a questionnaire distributed online. The data analysis techniques used in this research are descriptive analysis techniques and simple linear regression inferential analysis techniques. The results of this study are: Loneliness has a significant and positive effect on problematic internet use in final year students of social media users in Bandung by 61.7% and the remaining 38.3% is influenced by other factors not examined with a prediction of Y = 8.544 + 0.721X which means if the loneliness variable has increased by 1% then the problematic internet use variable will increase by 0.721. Abstrak. Penggunaan internet memberikan keuntungan bagi mahasiswa tingkat akhir untuk membantunya menyelesaikan tugas akhir, namun sering kali penggunaannya menimbulkan masalah bagi kehidupannya. Mereka yang bermasalah dalam penggunaan internet dikarenakan menggunakan internet untuk mengatasi permasalahan seperti kesepian, namun mahasiswa di Kota Bandung diketahui merasa puas dengan hubungan sosialnya sehingga mereka tidak merasa kesepian. Peneliti menggunakan metode teknik analisis kausalitas dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir di Kota Bandung yang aktif menggunakan media sosial diatas 5 jam dalam sehari diluar kepentingan akademik atau profesional. Dengan teknik pengambilan sampel yaitu Accidental Sampling diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 413 mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan secara online. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial regresi linear sederhana. Hasil dari penelitian ini adalah: Kesepian berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap problematic internet use pada mahasiswa tingkat akhir pengguna media sosial di Kota Bandung sebesar 61.7% dan sisanya 38.3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dengan prediksi Y= 8.544 + 0.721X yang berarti jika variabel kesepian mengalami peningkatan sebesar 1% maka variabel problematic internet use akan mengalami peningkatan sebesar 0.721.
Hubungan Dukungan Sosial dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial Annisa Nur Octaviani; Siti Qodariah
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.845 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.3035

Abstract

Abstract. Undergraduates use the internet for academic and personal purposes, however, excessive use of the internet causes various negative consequences for the user. One of the groups that is at risk for problematic internet use is those who seek social support on the internet because they perceive that they lack social support in the real world. The behavior of seeking support on the internet leads to symptoms of problematic internet use. Therefore, this study aims to determine the relationship between perceived social support and problematic internet use. This research was conducted using a quantitative approach with Spearman's Rank correlation analysis technique. Data was collected using accidental sampling technique and obtained 651 college students who use social media in Bandung. Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) is used to measure perceived social support and Generalized Problematic Internet Use 2 (GPIUS-2) is used to measure problematic internet use, both of them have been adapted into Bahasa Indonesia. The results showed a correlation coefficient of -.459 which indicates a strong negative relationship between social support and problematic internet use. That means, the lower the perception of social support, the higher the problematic internet use. Abstrak. Mahasiswa menggunakan internet untuk kepentingan akademik maupun pribadi, kendati demikian, penggunaan internet yang berlebihan dapat memberikan berbagai dampak negatif bagi penggunanya. Salah satu kelompok yang paling berisiko ialah individu yang mencari dukungan di internet karena merasa kurang memiliki dukungan sosial. Perilaku mencari dukungan di internet mengarahkan gejala-gejala dari problematic internet use. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan dukungan sosial dengan problematic internet use. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis korelasi Rank Spearman. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik accidental sampling dan diperoleh sebanyak 651 mahasiswa pengguna media sosial di Kota Bandung. Digunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk mengukur dukungan sosial dan Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS-2) untuk mengukur problematic internet use, dimana kedua alat ukur tersebut telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -.459 yang mengindikasikan adanya hubungan negatif yang cukup kuat antara dukungan sosial dengan problematic internet use. Semakin rendah dukungan sosial, maka semakin tinggi problematic internet use.
Pengaruh Self-Compassion terhadap Perfectionistic Self-Presentation Remaja Akhir Pengguna TikTok Ei Vidi Tiara; Siti Qodariah
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.328 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.3060

Abstract

Abstract. Social media is a lot of internet platforms to present themselves including TikTok with the majority of its users are late adolescene. Late adolescene at this age often present themselves on social media as a form of search and formation of self-identity and many late adolescene have a perfectionistic self-presentation attitude. Self-presentation on this variable includes the attitude of maladaptive perfectionism and these attitudes cause impacts such as stress, anxiety, to depression. Efforts to minimize the attitude of perfectionism is to increase self-compassion. This study aims to provide empirical data and determine the effect of these two variables on late teens using TikTok. The method used in this study is causality with a total of 406 subjects. The data analysis technique used is a simple regression test. The self-compassion measuring instrument uses the Self-Compassion Scale (SCS) from Neff and the perfectionistic self-presentation variable using the Perfectionistic Self-Presentation Scale (PSPS) from Hewitt. The results showed that the majority of late adolescene using TikTok in Bandung had a low level of self-compassion with a high perfectionistic self-presentation. The results of data processing show that self-compassion has a significant effect on perfectionistic self-presentation. The hypothesis t value is obtained. 0.000 > 0.05 (α) and the predicted result Y= 192750 – 0.619X with a negative direction from the result b = -1.011. The magnitude of the effect is 55.7%, meaning that the influence is at moderate level. Therefore, late adolescene are expected to increase self-compassion so that they can overcome the impact of perfectionistic self-presentation. Abstrak. Media sosial merupakan suatu platform internet yang banyak untuk menampilkan diri termasuk TikTok dengan mayoritas penggunanya adalah remaja akhir. Remaja akhir di usia ini banyak menampilkan dirinya di media sosial sebagai bentuk pencarian dan pembentukan identitas diri dan banyak remaja akhir yang memiliki sikap perfectionistic self-presentation. Presentasi diri pada variabel ini termasuk kepada sikap perfeksionisme yang maladaptif dan sikap tersebut menimbulkan dampak seperti stress, kecemasan, hingga depresi. Upaya untuk meminimalisir sikap perfeksionisme adalah dengan meningkatkan self-compassion. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data yang empiris dan mengetahui pengaruh kedua variabel pada remaja akhir pengguna TikTok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas dengan total subjek adalah 406 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi sederhana. Alat ukur self-compassion menggunakan Self-Compassion Scale (SCS) dari Neff dan variabel perfectionistic self-presentation menggunakan Perfectionistic Self-Presentation Scale (PSPS) dari Hewitt. Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja akhir pengguna TikTok di Kota Bandung mayoritas memiliki tingkat self-compassion yang rendah dengan perfectionistic self-presentation yang tinggi. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa self-compassion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perfectionistic self-presentation diperoleh nilai t Hipotesis. 0,000 > 0.05 (α) dan hasil prediksi Y= 192.750 – 0.619X dengan arah negatif dari hasil b = -1.011. Besaran pengaruhnya adalah 55.7% artinya pengaruh berada pada tingkat moderat. Oleh karena itu, bagi remaja akhir diharapkan dapat meningkatkan self-compassion sehingga dapat mengatasi dampak dari perfectionistic self-presentation.
Hubungan Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Emerging Adulthood di Masa Pandemi Rizka Putri Ramadhani; Siti Qodariah
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.217 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.3084

Abstract

Abstract. During the Covid-19 pandemic, internet usage has increased significantly. Internet use among emerging adulthood has many negative effects because of its excessive use, such as feeling comfortable when interacting online, and having difficulty controlling oneself when accessing the internet. Internet use is also used to help cope with negative mood states, such as loneliness. Loneliness according to Russell, (1996) is a subjective feeling that results from dramatic changes in social life where there is no intimacy in a relationship. is a negative feeling experienced by a person due to an unpleasant situation from a feeling that does not match the expected social relationship. The purpose of this study was to obtain empirical data on the relationship between loneliness and problematic internet use in emerging adulthood during the COVID-19 pandemic. This study uses the correlational method with the research subjects totaling 349 respondents who were selected using accidental sampling techniques. Data collection uses the UCLA Loneliness scale version 3 developed by Russell, DW (1996) and the problematic internet use scale, namely the Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2) developed by Caplan (2010). Data analysis using Pearson correlation test. The results showed that there was a significant positive relationship between loneliness and problematic internet use (p = 0.000 < 0.05) by obtaining a correlation coefficient of 0.259 with a low but definite level of closeness. Abstrak. Selama pandemi Covid-19, penggunaan internet mengalami peningkatan yang signifikan. Penggunaan internet di kalangan emerging adulthood memberikan banyak efek negatif karena penggunaannya secara berlebihan, seperti merasa nyaman ketika berinteraksi secara online, dan kesulitan mengontrol diri ketika mengakses internet. Penggunaan internet juga digunakan untuk membantu mengatasi keadaan suasan hati yang negatif, seperti kesepian. Kesepian menurut Russel, (1996) adalah perasaan subyektif yang dihasilkan dari perubahan dramatis dalam kehidupan sosial dimana tidak ada keintiman dalam suatu hubungan. adalah perasaan negatif yang dialami seseorang dikarenakan situasi yang tidak menyenangkan dari adanya perasaan yang tidak sesuai antara hubungan sosial dengan yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris mengenai hubungan kesepian dengan problematic internet use pada emerging adulthood di masa pandemi covid-19. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan subjek penelitian berjumlah 349 responden yang diseleksi menggunakan teknik pengambilan sampling aksidental. Pengumpulan data menggunakan UCLA Loneliness scale version 3 yang dikembangkan oleh Russel, DW (1996) dan skala problematic internet use yaitu Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2) yang dikembangkan oleh Caplan (2010). Analisa data menggunakan uji korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kesepian dengan problematic internet use (p=0.000< 0.05) dengan memperoleh nilai koefesien korelasi sebesar 0,259 dengan tingkat keeratan rendah tapi pasti.
Go-Jek Motor Driver's Patience and Work Commitment Siti Qodariah; Tanti Amalia Fikriana; Andy Putera; Savitri Yasmin
Psikologia : Jurnal Psikologi Vol 3 No 1 (2018): January
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.003 KB) | DOI: 10.21070/psikologia.v3i1.1719

Abstract

The online-based transportation is very helpful for people in doing activities. Besides being easy to reach, online transportation also offers cheap and fast prices. One company that develops online transportation is Go-Jek. The presence of Go-jek is a negative thing for conventional transportation services., Conventional transportation drivers conduct large-scale demonstrations until anarchic action against Go-Jek drivers. Although there are problems on the road, Go-Jek drivers committed to the company in carrying out their duties. With these problems, Go-Jek drivers are required to be patient, they persevere to keep working. This is interesting to study. Therefore this research is important to do, because it aims to see how patience and work commitment of Go-Jek drivers. The sample of research subjects was 95 people. The results of this study indicate that most Go-Jek motorcycle drivers have a low level of patience and work commitment
Pengaruh Self Presentation terhadap Subjective Wellbeing pada Emerging Adulthood Pengguna Instagram di Kota Bandung Muhammad Dandy Rizkiansyah; Siti Qodariah
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v3i1.5322

Abstract

Abstract. Self-presentation is an effort made by a person to present themself as someone who can be accepted by others. An asynchronous and editable social media space allows one to selectively self-present to benefit, form and maintain at least some lasting, positive, and significant interpersonal relationships. These underlie the desire for acceptance and belongingness in human behavior and illustrate that there is evidence to suggest a strong positive relationship to positive emotions and satisfaction with life that is an aspect of subjective wellbeing. The purpose of this study is to obtain empirical data on the effect of self-presentation on subjective wellbeing on emerging adulthood Instagram users. The measurement in this study for the self-presentation and subjective wellbeing is using the Self Presentation on Facebook Questionnaire (SPFBQ) by Michikyan et al, Satisfaction With Life Scale (SWLS) and Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) by Diener, which have been modified and adapted. The criteria for the respondents to this study were Instagram users aged 18-24 years in the city of Bandung, there were 157 respondents. Based on the results of data analysis, it was found that there was a significant influence of self-presentation on subjective wellbeing of 16% on subjective wellbeing of cognitive aspects and an influence of 7% on subjective wellbeing of affective aspects. Keywords: Self Presentation, Subjective Wellbeing, Instagram, Emerging Adulthood Abstrak. Self presentation merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk menampilkan dirinya sebagai seseorang yang bisa diterima oleh orang lain. Ruang media sosial yang asynchronous dan editable memungkinkan seseorang melakukan self presentation secara selektif untuk memberikan keuntungan, membentuk dan mempertahankan setidaknya beberapa hubungan interpersonal yang langgeng, positif, dan signifikan. Hal-hal tersebut mendasari keinginan untuk acceptance dan belongingness pada perilaku manusia dan memberikan gambaran bahwa ada bukti yang menunjukkan hubungan positif yang kuat terhadap emosi positif dan kepuasan terhadap kehidupan yang menjadi aspek dari subjective wellbeing. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh data empiris mengenai pengaruh self presentation terhadap subjective wellbeing pada emerging adulthood pengguna Instagram. Pengumpulan data dilakukan menggunakan Self Presentation on Facebook Questionnaire (SPFBQ) oleh Michikyan dkk, Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) oleh Diener, yang telah dimodifikasi dan diadaptasi. Adapun kriteria dari responden penelitian ini adalah pengguna Instagram berusia 18-24 tahun di kota Bandung didapatkan berjumlah 157 responden. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapati adanya pengaruh self presentation terhadap subjective wellbeing yang signifikan sebesar 16% terhadap subjective wellbeing aspek kognitif dan pengaruh sebesar 7% terhadap subjective wellbeing aspek afektif. Kata Kunci: Self Presentation, Subjective Wellbeing, Instagram, Emerging Adulthood.
STUDI PERBANDINGAN PROFIL PAULI ANTARA MAHASISWA BERPRESTASI TINGGI DAN MAHASISWA BERPRESTASI RENDAH ANGKATAN 2004 JURUSAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG Ihsana Sabriani Borualogo; siti qodariah; Wulan Maulidya Rabayani
SCHEMA (Journal of Psychological Research) Volume 1 No.2 Januari 2009
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2674.245 KB) | DOI: 10.29313/schema.v1i2.2495

Abstract

Politeknik adalah salah satu perguruan tinggi yang didirikan untuk menjembatani antara lulusan STM (teknisi) dengan lulusan S1 (engineer). Di Politeknik Manufaktur Bandung, mahasiswa dituntut untuk memiliki kompetensi teoritik dan praktik, yang dinyatakan dalam IPT (Indeks Prestasi Teoritik) dan IPP (Indeks Prestasi Praktik) serta IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). Namun, di Jurusan Teknik Pengecoran Logam, jumlah mahasiswa berprestasi rendah tergolong masih cukup banyak, yaitu IPT rendah sebanyak 35.29% sedangkan IPP rendah sebanyak 29.41%.Sesungguhnya, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung telah melakukan seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui psikotes. Salah satu alat tes yang digunakan adalah Pauli. Melalui Pauli dapat dilihat sikap kerja, motivasi, daya tahan, kekuatan usaha, pengaturan energi dan stabilitas emosi yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap pencapaian prestasi akademik.Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan profil Pauli antara mahasiswa berprestasi tinggi dan mahasiswa berprestasi rendah di Jurusan Teknik Pengecoran Logam angkatan 2004. Hipotesis yang diajukan adalah “terdapat perbedaan Profil Pauli antara mahasiswa berprestasi tinggi dengan mahasiswa berprestasi rendah angkatan 2004 Jurusan Teknik Pengecoran Logam di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.” Hasil uji statistik dengan teknik T-test dan Chi-Kuadrat untuk grafik kerja, terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah, rata-rata, tinggi, kenaikan awal, dan simpangan. Mahasiswa berprestasi tinggi memiliki motivasi tinggi, perencanaan, vitalitas tinggi, pengaturan diri, dan stabilitas emosi. Hal ini membantu mereka untuk bertahan dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan situasi di Polman, sehingga dapat mencapai prestasi yang baik. Sedangkan mahasiswa berprestasi rendah kurang memilki motivasi, kurang perencanaan, vitalitas kurang, dan emosi yang labil. Hal ini menyulitkan penyesuaian diri terhadap tuntutan dan situasi di Polman dan menjadikan rendahnya prestasi yang mereka raih. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Tes Pauli dapat memprediksi pencapaian IPK dan IPP, tetapi tidak dapat memprediksi IPT
STUDI MENGENAI KEPRIBADIAN DAN SELF-ESTEEM PADA PECANDU MEDIA SOSIAL Farida Coralia; Siti Qodariah; Milda Yanuvianti
SCHEMA (Journal of Psychological Research) Volume 3 No.2 November 2017
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.126 KB) | DOI: 10.29313/schema.v0i0.3386

Abstract

Media sosial telah menjadi bentuk aktivitas yang semakin populer selama dekade terakhir. Meskipun kebanyakan pengguna media sosial adalah orang adalah non-bermasalah, namun ditemukan adanya pengguna media sosial yang terlibat dalam aktivitas media sosial secara berlebihan dan/atau kompulsif. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data mengenai kepribadian dan self-esteem pada pengguna media sosial yang menampilkan perilaku adiksi atau kecanduan. Teknik sampling yang digunakan adalah snowball sampling. Alat ukur yang digunakan dalam pengambilan data adalah Media Social Addiction, Personality Beliefs Questionaire (PBQ) dan Self-Esteem Questionnare. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa sebanyak 96% subjek penelitian mengalami adiksi pada tingkat moderate, dan sebanyak 4% yang mengalami adiksi pada tingkat severe. Tipe kepribadian yang paling banyak ditemukan adalah Obsessive-Compulsive. Demikian pula dengan self-esteem, sebanyak 54% memiliki self esteem yang terkategorikan tinggi.