Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN GLOBAL SULPHUR CAP 2020 PADA PELAYARAN TANKER DAN PETIKEMAS DI INDONESIA Siti Dwi Lazuardi; Setyo Nugroho; Elsa E. N. Faida
Tekmapro : Journal of Industrial Engineering and Management Vol 15 No 1 (2020): TEKMAPRO
Publisher : UPN Veteran Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/tekmapro.v15i1.135

Abstract

Global Sulphur Cap 2020 adalah kebijakan yang mengatur pembatasan kadar sulfur dalam bahan bakar kapal agar sesuai standar global sebesar 0,5% mulai tanggal 1 Januari 2020. Dalam penerapannya, International Maritime Organization (IMO) memberikan 3 (tiga) alternatif cara untuk memenuhi batas kadar sulfur sebesar 0,5 % yaitu dengan menggunakan scrubber (sistem pembersih gas buang), beralih menggunakan bahan bakar berkadar sulfur rendah (low sulphur fuel) di bawah atau sama dengan 0,5 % atau dengan menggunakan bahan bakar LNG (Liquefied Natural Gas). Penerapan masing-masing alternatif kebijakan tentu berdampak bagi perusahaan pelayaran baik dari segi ekonomi terkait penambahan biaya transportasi laut maupun dampak teknis terkait konsekuensi yang harus dipertimbangkan sebelum menerapkan alternatif yang ditawarkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan analisis terkait dampak teknis maupun ekonomis pada penerapan kebijakan Global Sulphur Cap 2020. Metode yang digunakan meliputi Cost Benefit Analysis (CBA) untuk mengetahui kelayakan investasi dari tiap alternatif yang ada pada 2 (dua) skenario kondisi dan metode Multi Attribute Utility Theory (MAUT) sebagai pengambilan keputusan terkait alternatif terpilih dari masing-masing skenario. Dari hasil penelitian dengan mempertimbangkan pemilihan alternatif sesuai area pelayaran Emission Control Area (ECA), larangan discharge washwater maupun area bebas, diperoleh hasil pada kapal tanker dengan DWT 2.000-10.000 ton menggunakan alternatif penggantian bahan bakar menjadi MGO dengan tingkat emisi 0,004% dan pemasangan hybrid, closed loop maupun open loop scrubber dengan tingkat emisi 0,102%. Sementara untuk kapal petikemas dengan DWT 10.000-15.000 ton menggunakan alternatif penggantian bahan bakar menjadi LNG (dual fuel) dengan tingkat emisi 0%.
DESAIN KONSEPTUAL PETI KEMAS MULTIFUNGSI SEBAGAI ALAT ANGKUT TERNAK DAN NON-TERNAK PADA PROGRAM TOL LAUT Siti Dwi Lazuardi; Firmanto Hadi; Achmad Mustakim; Irwan Tri Yunianto; Pratiwi Wuryaningrum; Wahyu Nur Hidayatun Nisa
Tekmapro : Journal of Industrial Engineering and Management Vol 15 No 2 (2020): TEKMAPRO
Publisher : UPN Veteran Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/tekmapro.v15i2.174

Abstract

Program Tol Laut yang sudah memiliki 18 trayek kapal barang dan 6 trayek kapal ternak memiliki tingkat okupansi kapal yang masih rendah, utamanya ketika pelayaran kembali dari wilayah Indonesia Timur. Volume muatan berangkat dari tol laut bisa mencapai 74,6% dari target dalam satu tahun, tetapi muatan baliknya hanya sekitar 6,7%. Hal sebaliknya terjadi pada kapal ternak yang berasal dari wilayah Indonesia Timur yang didesain khusus mengangkut hewan ternak, membuat angkutan balik dari barat ke arah timur menjadi tanpa muatan. Guna memberikan solusi angkutan balik dari muatan ternak pada program tol laut, maka diperlukan inovasi alat angkut multifungsi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengurangi disparitas muatan pada angkutan ternak dalam program tol laut dan untuk meningkatkan okupansi kapal tol laut dengan mempertimbangkan bentuk dan fungsi peti kemas serta pola operasional dari penggunaan peti kemas multifungsi ini. Metode yang digunakan adalah analisis biaya manfaat dengan rasio manfaat biaya sebagai tolok ukur kelayakan dari penggunaan peti kemas multifungsi. Hasil yang diperoleh adalah biaya produksi untuk setiap peti kemas multifungsi adalah sebesar Rp Rp. 19,9 juta/TEU dengan biaya perawatan sebesar Rp 350.000 /tahun dengan nilai benefit cost ratio sebesar 2,34.
Model Revitalisasi Pasar Tradisional Terapung Untuk Menunjang Logistik Wilayah Pedalaman: Studi Kasus Sungai Barito Chandra Karta Yudha; Tri Achmadi; Siti Dwi Lazuardi
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.985 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.29939

Abstract

Banjarmasin merupakan wilayah yang memiliki 103 sungai yang salah satunya digunakan untuk pasar terapung. Tetapi kondisi Pasar Terapung tidak seramai dahulu, seiring dengan berkembangnya zaman keberadaan pasar terapung ini mulai mengalami penurunan, baik dari sisi luas kawasan, jumlah penjual, jumlah transaksi jual beli dan lain-lain. Sementara itu Undang-undang nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan, pasal 13 ayat (1), (2) dan (3) yang mengamanatkan bahwa Pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah melakukan pembangunan, pemberdayaan, dan peningkatan kualitas pengelolaan pasar rakyat guna peningkatkan daya saing. Tujuan dari penelitian membuat model revitalisasi pasar apung dengan memperbaiki fasilitas kapal dan dermaga. Metode yang digunakan dalam penentuan ukuran utama dan jumlah kapal adalah optimasi. Dan hasil dari penelitian diperoleh revitalisasi kapal menggunakan material kayu ukuran panjang (Lpp) 11,97 m, lebar (B) 3,05 m, tinggi (H) 2,4 dan sarat (T) 1,7 m dengan tarif  Rp. 70.000,-/ton. Sementara itu pengadaan dermaga dengan ukuran panjang 58 m, lebar 10 m dan tinggi 8,8 m membutuhkan investasi sebesar 1,6 miliar rupiah dengan jenis dermaga terbuat dari kubus HDPE. Dengan adanya revitalisasi tersebut mengakibatkan kenaikan biaya angkut kapal sebesar 40% sehingga diperlukan subsidi dari pemerintah untuk menutupi kenaikan biaya tersebut sebesar 20 ribu rupiah/ton.
Analisis Skala Penambangan Mineral dan Pengangkutan: Studi Kasus Angkutan Nikel di Sulawesi Tenggara Karina Novita Sari Setiawan; Tri Achmadi; Siti Dwi Lazuardi
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.143 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.30001

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk bahan tambang, salah satunya yakni nikel. Hasil olahan nikel yaitu feronikel, merupakan bahan baku pembuatan stainless steel, yakni pelapis besi anti karat. Sampai saat ini masih banyak ditemui berbagai permasalahan terkait pengiriman feronikel. Kurangnya perhatian terhadap hubungan antara kapasitas armada kapal dengan jumlah muatan hasil produksi tambang, khususnya feronikel menyebabkan biaya transportasi menjadi acak dan tidak ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan biaya dan keekonomisan antara moda transportasi laut yaitu bulk carrier, general cargo dan self – propeller barge untuk melayani permintaan selama 5 (lima) tahun mendatang. Penggunaan metode optimasi dengan biaya pengiriman optimum sebagai kriteria utama serta pemenuhan permintaan akan memberikan solusi moda transportasi yang sesuai. Berdasarkan hasil optimasi, moda transportasi bulk carrier merupakan moda yang optimum dengan optimum cost untuk pengiriman feronikel dengan unit cost sebesar Rp 524.735,93 per ton, sedangkan jika menggunakan kapal general cargo dan self – propeller barge menghasilkan unit cost sebesar Rp 549.168,18 per ton dan Rp 583.118,20 per ton.
Model Pengembangan Pengukuran Indeks Logistik Pelabuhan Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Pelabuhan Kalimas Sandy Risda Pratama; Setyo Nugroho; Siti Dwi Lazuardi
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1209.178 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.26556

Abstract

Pelayaran Rakyat adalah moda transportasi laut tradisional yang menjadi pilihan distribusi logistik untuk daerah-daerah yang tidak bisa dilalui oleh kapal-kapal besar dengan rute tol laut, sehingga diharapkan pelayaran rakyat bisa menurunkan disparitas harga komoditas antar daerah. Pelabuhan Kalimas adalah pelabuhan pelayaran rakyat yang menghubungkan pelabuhan Tanjung Perak dengan daerah yang tidak dapat disinggahi kapal rute tol laut. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran indeks logistik pelabuhan Kalimas untuk mengetahui nilai kinerja logistik di dalam pelabuhan Kalimas. Dengan demikian dapat diketahui pula indikator yang paling dominan berpengaruh sehingga bisa diketahui langkah-langkah perbaikan yang menjadi prioritas. Metode yang digunakan untuk mengukur indeks logistik pelabuhan Kalimas adalah pendekatan menggunakan skala Likert dengan rentang 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), dengan 1 (satu) menunjukan nilai terendah. Pengukuran dengan metode skala Likert pada penelitian ini menggunakan data hasil kuisioner oleh pelaku usaha di pelabuhan Kalimas, yaitu agen pelayaran rakyat, ABK dan pemilik kapal serta pemilik barang. Sedangkan untuk menentukan indikator yang paling dominan berpengaruh dengan menggunakan regresi linier berganda yang diolah menggunakan software SPSS. Hasil pengukuran indeks logistik pelayaran rakyat yaitu jalan raya (3,24), keamanan dan keselamatan barang (2,90), konektivitas pelabuhan (3,12), kemudahan mencari jasa angkutan pelayaran rakyat (3,46), estimasi waktu pengiriman (3,04), alur (2,62), kolam labuh (2,68), dermaga (3,02), kolam putar (2,68), kemudahan akses tambat (2,84), keamanan dan keselamatan kapal di pelabuhan (2,88), turn round time (3,04), tarif pelabuhan (3,28), kemudahan penanganan barang (3,02) dan tarif penanganan barang (3,32). Dari analisis menggunakan software SPSS diketahui indikator paling dominan berpengaruh untuk pemilik barang adalah keamanan dan keselamatan barang, sedangkan indikator paling dominan berpengaruh untuk ABK dan pemilik kapal adalah alur serta untuk agen pelayaran rakyat adalah kemudahan penanganan barang.
Desain Konseptual dan Analisis Pola Operasi Kapal Layanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk Daerah Kepulauan: Studi Kasus Kepulauan Sumenep Ira Nur Afifah; Eka Wahyu Ardhi; Siti Dwi Lazuardi
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.56005

Abstract

Layanan kependudukan dan pencatatan sipil di wilayah Kepulauan Sumenep perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah karena masyarakat kepulauan mengalami kesulitan dalam melakukan kepengurusan. Lokasi kantor Disdukcapil yang berada di Kabupaten Sumenep mengakibatkan masyarakat di area Kepulauan Sumenep harus menyeberang dengan kapal untuk mendapatkan layanan. Hal ini menyebabkan masyarakat kepulauan harus mengeluarkan biaya lebih. Selain itu kondisi infrastruktur komunikasi di Kepulauan Sumenep belum merata, menyebabkan beberapa wilayah tidak terjangkau jaringan sinyal internet, sehingga layanan ini tidak dapat dilakukan secara online. Oleh karena itu, diperlukan kapal layanan kependudukan dan pencatatan sipil yang dapat melayani masyarakat di area Kepulauan Sumenep. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan pola operasi kapal layanan kependudukan dan pencatatan sipil. Metode yang digunakan adalah metode PVRP (Periodic Vehicle Routing Problem) untuk menentukan rute optimum pada 2 (dua) skenario. Hasil analisis menunjukkan bahwa skenario 2 menghasilkan total biaya sebesar Rp 5,3 milyar per tahun untuk dua kapal, dengan frekuensi masing-masing kapal sebanyak 25 kali/tahun dan total jarak tempuh 1.973 nm. Kapal ini memiliki ukuran sebagai berikut, panjang (Lpp): 27,44 m, lebar (B) :7,22 m, tinggti (H) :2,95 m, dan sarat (T) :1,25 m.
Analisis Kompetisi Antar Moda Darat dan Laut: Lintasan Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat Dimas Bayu Adi Putra; Eka Wahyu Ardhi; Siti Dwi Lazuardi
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.74683

Abstract

Pengiriman muatan dari Pulau Jawa ke Lombok menggunakan moda transportasi darat menimbulkan permasalahan terhadap beban jalan dan kemacetan. Muatan tersebut adalah kendaraan roda dua yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Diketahui dari total volume pembelian Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2019 sebesar 1.377.505.298 kg. Sehingga muncul kompetisi antar moda darat dan laut yang menimbulkan alternatif rute sebagai perbandingan biaya langsung dan tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetisi antar moda darat dan laut lintasan Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat dengan membandingkan biaya unit logistik minimum di masing-masing rute. Dengan menghitung biaya transportasi darat, biaya transportasi laut, dan biaya penyimpanan kemudian membagi kedua biaya transportasi tersebut dengan volume pengiriman maka didapatkan unit logistik biaya minimum. Model pengangkutan muatan yang menghasilkan biaya unit logistik minimum adalah terdapat pada rute 3a sebesar Rp 4.380.747 per ton. Terdapat dampak dari pengangkutan muatan kendaraan roda dua, biaya dampak terbesar terdapat pada rute 1 yaitu sebesar 25 Triliun Rupiah. Dampak terbesar disebabkan oleh biaya emisi truk dan kapal. Berdasarkan kompetisi pasar maka moda transportasi laut merupakan opsi terbaik jika kapasitas angkutnya di atas 40.000 ton. Berdasarkan analisis sensitivitas diketahui moda transportasi laut memiliki biaya unit minimum dibandingan jika volume muatan-jarak di atas 20.000.000 ton.km.
Model Perencanaan Armada Tanker Cadangan: Studi Kasus Distribusi Bahan Bakar Minyak Pelayaran Domestik Firmanto Hadi; Irwan Tri Yunianto; Siti Dwi Lazuardi; Nabila Hidni
IPTEK Journal of Proceedings Series No 2 (2018): The 2nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2018i1.3374

Abstract

Pola pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia dilakukan dengan kapal pengangkut minyak (oil tanker) dari unit kilang ke depo. Dalam proses pendistribusian BBM, permasalahan muncul saat kapal inti tidak beroperasi (off-hire), sehingga berakibat kelangkaan pasokan BBM di wilayah tujuan. Guna mengatasi permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk merencanakan pola operasi armada tanker cadangan khususnya untuk distribusi BBM dari Unit Kilang Balikpapan ke 17 pelabuhan tujuan. Metode optimisasi digunakan untuk memperoleh pola operasi armada tanker cadangan dengan minimum biaya transportasi laut. Analisis dilakukan dengan 2 (dua) skenario yaitu (1) dengan memanfaatkan utilitas kapal inti hingga mencapai batas maksimum utilitas kapal dan (2) dengan optimisasi pengadaan kapal baru sebagai kapal cadangan. Hasil analisis skenario 1 menghasilkan total biaya rata-rata 11% lebih rendah dari total biaya eksisting dengan sistem Contract of Affreightment (COA), sedangkan skenario 2 menghasilkan total biaya rata-rata 346% lebih tinggi dibandingkan dengan sistem COA.
Optimization of Product Oil Shipment System for Archipelegic Region Pratiwi Wuryaningrum; Tri Achmadi; Achmad Mustakim; Hasan Iqbal Nur; Siti Dwi Lazuardi; Marita Kusumadewi
Rekayasa Vol 12, No 2: Oktober 2019
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.141 KB) | DOI: 10.21107/rekayasa.v12i2.5929

Abstract

Demand of products oil continues to increase by increasing the mobilization in various areas in Indonesia. The government should rethink considering the uneven spread of demand and supply of products oil that can not be mixed in the cargo hold. Currently product oil deliveries to Nusa Tenggara Barat carried by tanker vessels. The issue is whether the vessel’s size not yet optimum. The purpose of this study is to optimize the distribution of product oil from Transit Terminal Product Oil to Unloading Ports. The most influenced variable are the size of the main vessel and the effect on the primary measure is the amount of goods transported. The main dimensions of tanker are LPP= 105 m; B= 18,01 m; H= 8.23 m T= 6.78 m ;DWT= 7,992 DWT ;Payload = 8,933 KL  and Tankers’s unit cost is  Rp. 203,587.70 per Kiloliter