Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Biaya Penggunaan Paket Teknologi BP3T Pupuk Kandang dan Nano Pestisida Serai Wangi pada Tanaman Kakao di Kabupaten Lima Puluh Kota Sri Wahyuni; Haliatur Rahmai; Jumsu Trisno; Martinius Martinius; Rita Noveriza; Reflin Reflin; Sri Yuliani; Nusyirwan Nusyirwan
INDONESIAN JOURNAL OF ESSENTIAL OIL Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Institut Atsiri Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.42 KB)

Abstract

Teknologi BP3T (Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman) pupuk kandang dirancang untuk membantu mengendalikan penyakit VSD (vascular streak dieback) yang menyerang tanaman kakao sekaligus membantu pertumbuhan tanaman. Penetian ini bertujuan menganalisis perbandingan biaya penggunaan pupuk kandang konvensional dengan teknologi BP3T Pupuk Kandang. Penelitian ini dirancang secara deskriptif kuantitatif yang berlokasi di Kabupaten Limapuluh Kota. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus, yaitu 43 orang yang tergabung ke dalam 4 kelompok tani terpilih, yaitu Kelompok Tani Aroma, Kelompok Tani Inovasi, Kelompok Tani Buah Lobek, dan Kelompok Tani Maju Sejahtera. Biaya pupuk yang dikeluarkan petani sebelum menggunakan pupuk Formula BP3T lebih besar dibandingan dengan biaya penggunaan pupuk Formula BP3T. Dari kesimpulan yang ada, disaran kepada petani untuk menggunakan pupuk Formula BP3T dan mengembangkannya. Selain biayanya murah, pupuk Formula BP3T juga memilikik manfaat untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit VSD.
EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH MERAH DAN SAMBILOTO Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Rita Noveriza; Agus Kardinan
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol, yang memiliki sifat antibakteri dan antikapang, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Peneli-tian ini bertujuan untuk mengetahui daya ham-bat formula minyak serai wangi (air + elmul-sifier + minyak serai wangi 1%) terhadap ka-pang kontaminan asal ekstrak dan buah merah segar (Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp) dan asal serbuk sambiloto (Aspergillus flavus). Peneli-tian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), pada Desember 2007 sampai dengan April 2008. Penelitian dilakukan dengan 2 metode : (1) Metode zona penghambatan, de-ngan dosis perlakuan 20 µl, kapang uji adalah kapang kontaminan asal buah merah segar; (2) Metode cawan dengan pengenceran bertingkat, kapang uji A. flavus, dengan beberapa konsen-trasi formula minyak serai wangi (0; 2; 5 dan 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar sitronela dalam formula minyak serai wangi yang diuji sebesar 1,54%. Formula mi-nyak serai wangi yang diuji memiliki kemam-puan menghambat pertumbuhan Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp. Persentase penghambatan per-tumbuhan sebesar 16,07-66,67% pada 7 hari setelah perlakuan, dengan persentase pengham-batan terendah pada kapang Fusarium sp dan tertinggi pada Ulocladium sp. A. flavus tidak mampu tumbuh pada konsentrasi formula minyak serai wangi sebesar 10%, sedangkan pada konsentrasi 2 dan 5% menghambat per-tumbuhan A. flavus dengan daya hambat se-besar 11,78 dan 13,85%, pada hari ke-5 setelah perlakuan. 
DETEKSI CENDAWAN KONTAMINAN PADA SISA BENIH JAHE MERAH DAN JAHE PUTIH KECIL Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Rita Noveriza
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Penelitian pada rimpang jahe  (Zingi-ber officinale), yang tidak memenuhi kualifi-kasi sebagai benih, telah dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik sejak Desember 2007 sampai Juli 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi cendawan kontaminan pada rimpang jahe merah dan putih kecil. Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu (1) Metode pengenceran, (2) Metode tanam lang-sung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode pengenceran, pada rimpang jahe merah dan jahe putih kecil didapatkan jumlah kontaminan sebesar 6,3 x 105 cfu/g sampel dan 0,93 x 105 cfu/g sampel. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pada jahe merah didapatkan 4 genus cendawan, yaitu : Fusarium spp. (24,40%), Aspergillus spp. (4,39%), Penicillium spp. (2,19%), dan Absidia sp. (1,46%). Sedangkan pada jahe putih kecil ditemukan Penicillium sp. (48,39%), Fusarium sp. (26,87%). Hasil penelitian dengan metode tanam langsung menunjukkan bahwa pada jahe merah ditemukan Rhizopus sp., sedangkan pada jahe putih kecil ditemukan 5 isolat Fusarium sp. 
PENGARUH INFEKSI VIRUS MOSAIK TERHADAP PRODUKSI DAN KADAR MINYAK TIGA VARIETAS NILAM Rita Noveriza; Gede Suastika; Sri Hendrastuti Hidayat; Utomo Kartosuwondo
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Penyakit mosaik tercatat sebagai salah satu faktor pembatas dalam produksi tanaman nilam (Pogostemon cablin). Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh infeksi virus penyebab penyakit mosaik terhadap produksi dan kadar minyak tanaman nilam. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga varietas unggul tanaman nilam yaitu Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan. Infeksi Potyvirus berhasil dideteksi pada varietas Tapak Tuan dan Lhok-seumawe berdasarkan hasil metode ELISA. Pengukuran berat terna basah, terna kering, kadar minyak dan kadar patchouli alcohol (PA) yang dilakukan pada tanaman berumur enam bulan menunjukkan terjadinya penurunan produksi dan kadar minyak. Penurunan tertinggi berat terna basah, terna kering, kadar minyak dan kadar PA berturut-turut dapat mencapai 34,65, 40,42, 9,09 dan 5,06%.
APLIKASI Fusarium oxysporum NON PATOGENIK (FoNP) UNTUK MENGINDUKSI KETAHANAN BIBIT LADA TERHADAP Phytophthora capsici L. Rita Noveriza; Mesak Tombe; H. Rialdy; Dyah Manohara
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 1 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n1.2005.%p

Abstract

Application of Fusarium oxysporum Non Pathogenic (FoNP) in Inducing Resistance of Black Pepper Seedlings to Phytophthora capsiciPhytophthora capsici Leon is a soil borne pathogen which is known as the causal agent of Foot rot disease of black pepper (Piper nigrum L.). Induced plant resistance against pathogens is a widespread phenomenon that has been intensively investigated with respect to the underlying signaling pathway as well as to its potential use in plant protection. This study used non pathogenic Fusarium oxysporum (FoNP) For inducing resistance on black pepper cuttings against Foot rot disease at laboratory and glass house of Phytopatology Laboratory of Indonesian Spice and Medicinal Crop Research Institute-Bogor from July until December 2004. It was observed that FoNP had ability to reduce disease severity. The level of  effectiveness was 84,99 percent (at Four months seedlings). The level of effectiveness of fungicide treatment was 14,49 percent. FoNP was able to colonize black pepper seedlings up to two and a half months. The lowest viabilities of P. capsici was observed on black pepper seedling treated with Organo-TRIBA. This study suggest that FoNP has potential to be used in inducing resistace of black pepper seedlings to foot rot disease, eventually will reduce severity of the disease. 
Kontaminasi Cendawan dan Mikotoksin pada Tumbuhan Obat RITA NOVERIZA
Perspektif Vol 7, No 1 (2008): Juni 2008
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v7n1.2008.%p

Abstract

ABSTRAKTumbuhan obat seringkali terkontaminasi oleh berbagai cendawan, yang akan mengakibatkan pembusukan dan memproduksi mikotoksin. Beberapa tumbuhan obat yang dipakai sebagai bahan campuran jamu di Malaysia dan Indonesia (seperti jahe, kunyit, kencur,   kayu   rapat,   sambiloto,   dll),   dideteksi mengandung aflatoksin. Aspergillus flavus, A. Parasiticus dan A. ochraceus dijumpai pada buah Azadirachta indica, buah Jatropha curcas, akar Morinda lucida. Cendawan tersebut  memproduksi  aflatoksin  dan  okratoksin  A yang   sangat   berbahaya   bagi   kesehatan   manusia. Faktor-faktor penyebabnya adalah genetik tumbuhan,penanganan sebelum dan setelah panen. Kondisi yang tidak cukup bersih selama pengeringan, transportasi, dan penyimpanan dari bahan baku atau produk dapat menyebabkan   tumbuhnya   bakteri,   cendawan   dan mikotoksin.  Kesadaran tentang  pentingnya  mening-katkan metode penyiapan bahan baku  tumbuhan obatyang  bebas  kontaminasi  cendawan  dan  mikotoksin dari konsumen, peneliti, petani dan pedagang perlu ditingkatkan. Selain itu perlu dilakukan monitoring tentang distribusi dan tingkat kontaminasi aflatoksin pada produk atau bahan baku tumbuhan obat yang beredar   di   pasar.   Tulisan   ini   bertujuan   untuk memberikan informasi tentang cendawan kontaminan pada tumbuhan obat, serta faktor-faktor penyebabnya dan bahayanya untuk kesehatan manusia serta strategi atau upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan kontaminasi cendawan.Kata kunci : Cendawan kontaminan, mikotoksin, tumbuhan obat. ABSTRACTContamination  of  fungal  and  mycotoxins  on medicinal plantsMedicinal  plants  regularly  contaminated  by  fungi producing mycotoxin. Some medicinal plant used as ingredients in commercial traditional herbal medicines  (jamu) in  Malaysia  and  Indonesia (such  as  ginger, cekur,  turmeric,  kayu  rapat,  sambiloto,  etc.)  was detected  contained  aflatoxin.  Aspergillus  flavus,  A. parasiticus and A. ochraceus were found in Azadirachta indica and Jatropha curcas fruits also in Morinda lucida root. These fungi produce aflatoxins and ochratoxin A and very risky to human health. Fungal contamination on  those  plants  and  product was caused  by plant genetic,  preharvest (plant  cultivation,  environment stress) and post harvest treatments. Furthermore, the condition  of  raw  material  or  plant  product  was uncleaned during drying, transportation and storage causing   the   occurance   of   bacteria,   fungal   and mycotoxins.    Therefore,    the    awareness    among consumers, researches, farmers and traders regarding the importance in improving the processing methods (harvest, drying, transportation and storage) need to be more  concerned.  In  addition,  monitoring  covering distribution  and  contamination  level  of  molds  and mycotoxin on medicinal plant in the market need to be conducted. The purpose of this article is to provide the practical   information   on   fungal   contaminant   and mycotoxin levels in medicinal plants, which hazardous to human health; also the strategies in preventing and controlling fungal contamination.Key words : Fungal contaminant, mycotoxins, medicinal plant.
UJI IN VITRO LIMBAH PABRIK ROKOK TERHADAP BEBERAPA JAMUR PATOGENIK TANAMAN Rita Noveriza; Mesak Tombe
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v14n1.2003.%p

Abstract

Dalam rangka pemanfaatan limbah produk sebagai bahan pengendali patogen tanaman yang bersifat alami dan diharapkan tidak berdampak negatif terhadap lingkung-an, maka dilakukan penelitian awal untuk mengetahui pengaruh limbah pabrik rokok kretek terhadap beberapa jamur patogen. Telah dilakukan pengujian pengaruh enam jenis limbah rokok kretek asal pabrik rokok terhadap beberapa jenis jamur patogen tanah (Fusarium oxysporum f.sp. vanillae, Colletotrichum gloeosporiodes, Rigidoporus lignosus dan Sclerotium rolfsii) secara in vitro di laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat dari bulan Juni sampai September 2000. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah rokok kretek asal pabrik rokok (terutama cengkeh matang dan tembakau) ternyata dapat menekan pertumbuhan beberapa jamur patogen tanah (F. oxysporum f.sp. vanillae, C. gloeosporiodes, R. lignosus dan S. rolfsii). Pada konsentrasi 0,2 %, cengkeh matang dapat menghambat lebih dari 50 % pertumbuhan jamur R. lignosus dan S. rolfsii, sedangkan terhadap jamur Colletotrichum sp. dan F. oxysporum hal tersebut terjadi pada konsentrasi 0,5 %. Pada konsentrasi 1 %, tembakau dapat meng-hambat lebih besar dari 50 % pertumbuhan jamur R. lignosus dan S. rolfsii, sedangkan untuk jamur C. gloeosporiodes dan F. oxysporium pada konsentrasi 2 %. Limbah pabrik rokok ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai fungisida nabati.
IDENTIFIKASI MOLEKULER BROAD BEAN WILT VIRUS 2 (BBWV2) DAN CYMBIDIUM MOSAIC VIRUS (CYMMV) ASAL TANAMAN NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH.) Miftakhurohmah .; Gede Suastika; Tri Asmira Damayanti; Rita Noveriza
Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika Vol. 15 No. 2 (2015): SEPTEMBER, JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1884.498 KB) | DOI: 10.23960/j.hptt.215188-199

Abstract

Molecular identification Broad Bean Wilt Virus 2 (BBWV2) and Cymbidium Mosaic Virus (CymMV) from patchouli plant (Pogostemon cablin Benth.). Several viruses have been reported to be associated with mosaic disease on patchouli plant in Indonesia. This study aims to identify the two viruses in patchouli cultivation in West Java by studying the molecular characterization. Mosaic symptomatic leaf samples taken from patchouli cultivation in Manoko (Bandung Barat District, West Java Province). RNA extraction was performed using Xprep Plant RNA mini kit. RNA amplification with RT-PCR technique using primers for the cp gene region of BBWV2 and CymMV. The PCR product was sent to PT. Science Genetics Indonesia to do sequencing, then analyzed nucleotide sequences. Results of RT-PCR were performed successfully obtained DNA bands with size accordance with the predictions of the primer design for BBWV2 and CymMV cp region. Further, based on nucleotide and amino acid sequence analyses, the two virus isolates were confirmed as BBWV2 and CymMV respectively. Phylogenetic analyses revealed that BBWV2 Manoko clustered with BBWV2 from Singapore (original host of Brazilian red-cloak), China (pepper) and South Korea (chili). Whereas, CymMV Manoko become one cluster with CymMV from India (Phaius sp.), Indonesia (Dendrobium), China (vanilla), Thailand (Oncidium), Hawai (Dendrobium) and South Korea Cymbidium).
Kontaminasi Cendawan dan Mikotoksin pada Tumbuhan Obat RITA NOVERIZA
Perspektif Vol 7, No 1 (2008): Juni 2008
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.653 KB) | DOI: 10.21082/p.v7n1.2008.%p

Abstract

ABSTRAKTumbuhan obat seringkali terkontaminasi oleh berbagai cendawan, yang akan mengakibatkan pembusukan dan memproduksi mikotoksin. Beberapa tumbuhan obat yang dipakai sebagai bahan campuran jamu di Malaysia dan Indonesia (seperti jahe, kunyit, kencur,   kayu   rapat,   sambiloto,   dll),   dideteksi mengandung aflatoksin. Aspergillus flavus, A. Parasiticus dan A. ochraceus dijumpai pada buah Azadirachta indica, buah Jatropha curcas, akar Morinda lucida. Cendawan tersebut  memproduksi  aflatoksin  dan  okratoksin  A yang   sangat   berbahaya   bagi   kesehatan   manusia. Faktor-faktor penyebabnya adalah genetik tumbuhan,penanganan sebelum dan setelah panen. Kondisi yang tidak cukup bersih selama pengeringan, transportasi, dan penyimpanan dari bahan baku atau produk dapat menyebabkan   tumbuhnya   bakteri,   cendawan   dan mikotoksin.  Kesadaran tentang  pentingnya  mening-katkan metode penyiapan bahan baku  tumbuhan obatyang  bebas  kontaminasi  cendawan  dan  mikotoksin dari konsumen, peneliti, petani dan pedagang perlu ditingkatkan. Selain itu perlu dilakukan monitoring tentang distribusi dan tingkat kontaminasi aflatoksin pada produk atau bahan baku tumbuhan obat yang beredar   di   pasar.   Tulisan   ini   bertujuan   untuk memberikan informasi tentang cendawan kontaminan pada tumbuhan obat, serta faktor-faktor penyebabnya dan bahayanya untuk kesehatan manusia serta strategi atau upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan kontaminasi cendawan.Kata kunci : Cendawan kontaminan, mikotoksin, tumbuhan obat. ABSTRACTContamination  of  fungal  and  mycotoxins  on medicinal plantsMedicinal  plants  regularly  contaminated  by  fungi producing mycotoxin. Some medicinal plant used as ingredients in commercial traditional herbal medicines  (jamu) in  Malaysia  and  Indonesia (such  as  ginger, cekur,  turmeric,  kayu  rapat,  sambiloto,  etc.)  was detected  contained  aflatoxin.  Aspergillus  flavus,  A. parasiticus and A. ochraceus were found in Azadirachta indica and Jatropha curcas fruits also in Morinda lucida root. These fungi produce aflatoxins and ochratoxin A and very risky to human health. Fungal contamination on  those  plants  and  product was caused  by plant genetic,  preharvest (plant  cultivation,  environment stress) and post harvest treatments. Furthermore, the condition  of  raw  material  or  plant  product  was uncleaned during drying, transportation and storage causing   the   occurance   of   bacteria,   fungal   and mycotoxins.    Therefore,    the    awareness    among consumers, researches, farmers and traders regarding the importance in improving the processing methods (harvest, drying, transportation and storage) need to be more  concerned.  In  addition,  monitoring  covering distribution  and  contamination  level  of  molds  and mycotoxin on medicinal plant in the market need to be conducted. The purpose of this article is to provide the practical   information   on   fungal   contaminant   and mycotoxin levels in medicinal plants, which hazardous to human health; also the strategies in preventing and controlling fungal contamination.Key words : Fungal contaminant, mycotoxins, medicinal plant.
DETEKSI CENDAWAN KONTAMINAN PADA SISA BENIH JAHE MERAH DAN JAHE PUTIH KECIL Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Rita Noveriza
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Penelitian pada rimpang jahe  (Zingi-ber officinale), yang tidak memenuhi kualifi-kasi sebagai benih, telah dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik sejak Desember 2007 sampai Juli 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi cendawan kontaminan pada rimpang jahe merah dan putih kecil. Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu (1) Metode pengenceran, (2) Metode tanam lang-sung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode pengenceran, pada rimpang jahe merah dan jahe putih kecil didapatkan jumlah kontaminan sebesar 6,3 x 105 cfu/g sampel dan 0,93 x 105 cfu/g sampel. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pada jahe merah didapatkan 4 genus cendawan, yaitu : Fusarium spp. (24,40%), Aspergillus spp. (4,39%), Penicillium spp. (2,19%), dan Absidia sp. (1,46%). Sedangkan pada jahe putih kecil ditemukan Penicillium sp. (48,39%), Fusarium sp. (26,87%). Hasil penelitian dengan metode tanam langsung menunjukkan bahwa pada jahe merah ditemukan Rhizopus sp., sedangkan pada jahe putih kecil ditemukan 5 isolat Fusarium sp.