Articles
PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF ULAR TANGGA UNTUK MENSTIMULASI LIMA ASPEK PERKEMBANGAN ANAK (BAHASA, MOTORIK KASAR, MOTORIK HALUS, SOSIAL, DAN EMOSI)
Prilya Shanty Andrianie;
Rosita Yuniati;
Yustinus Joko Dwi Nugroho
Jurnal Psikohumanika Vol 10 No 2 (2018): Jurnal Psikohumanika
Publisher : Program Studi S1 Psikologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (553.592 KB)
|
DOI: 10.31001/j.psi.v10i2.313
Pada anak usia dini setidaknya terdapat lima aspek perkembangan yang harus dikembangkan untuk menunjang tumbuh kembang anak menjadi optimal, antara lain Perkembangan Fisik Motorik Kasar, Motorik Halus, Bahasa, Sosial, dan Emosi. Untuk menstimulasi lima aspek perkembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah bermain dengan menggunakan alat permainan edukatif. Subyek penelitian adalah guru TK dan orangtua serta pihak-pihak yang berkompetensi di bidang terkait. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R & D), yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji efektivitas produk tersebut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data kualitatif, dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa tahap pendahuluan, masukan dari validator, dan masukan dari subjek uji coba terhadap instrumen pengembangan. Data ini diperoleh dari evaluasi model APE Ular Tangga faktual, validasi model, uji coba terbatas, dan uji coba yang diperluas. Sementara data kuantitatif berupa hasil evaluasi dan keefektifan model APE Ular Tangga pengembangan. Analisa data menggunakan beberapa cara berbeda karena masing-masing digunakan untuk kepentingan yang berbeda. Data kualitatif menggunakan analisis isi sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif yaitu analisis persentase. Hasil dari FGD dan professional judgement menunjukkan bahwa dari segi materi permainan ular tangga ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya menstimulasi lima aspek perkembangan anak dengan setiap aspek dapat distimulasi sebesar 100% namun di aspek motorik halus hanya mampu distimulasi sebesar 97%.
RESILIENSI IBU SINGLE PARENT YANG MEMILIKI ANAK AUTIS
Yustinus Joko Dwi Nugroho;
Prilya Shanty Andrianie;
Rosita Yuniati
Jurnal Psikohumanika Vol 9 No 2 (2017): Jurnal Psikohumanika
Publisher : Program Studi S1 Psikologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (757.423 KB)
|
DOI: 10.31001/j.psi.v9i2.329
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami mengenai resiliensi ibu single parent yang memiliki anak autis. Adapun penelitian ini memiliki target khusus yaitu ibu single parent yang memiliki anak autis. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Pendekatan ini melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus nantinya dikelompokkan menjadi satu. Fokus penelitian ini adalah melihat proses terjadinya resiliensi ibu single parent yang memiliki anak autis dan faktor-faktor apa yang mendukung terjadinya hal tersebut. Hasil penelitian ini adalah kedua informan sama-sama memiliki ciri resiliensi antara lain memiliki kontrol, mengetahui cara membentengi diri dari stres, memiliki emosi positif, mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah dan mampu belajar dari kegagalan maupun kesuksesan. Secara konten, diantara kedua informan tersebut mereka sama-sama memiliki dimensi resiliensi, walaupun secara konteks berbeda berdasarkan pengalaman dan pemaknaan hidup mereka yang unik. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi kedua informan relatif sama yaitu: keluarga, lingkungan, sekolah dan komunitas. Namun khusus untuk informan kedua, faktor ketuhanan merupakan sebuah tambahan hal yang dapat mempengaruhi sikap resiliensinya dan justru merupakan faktor terpenting dalam hidupnya.
KOMITMEN ORGANISASI DITINJAU DARI KEPUASAN KERJA DAN MAKNA KERJA
Endang Widyastuti;
Yustinus Joko Dwi Nugroho
Jurnal Psikohumanika Vol 9 No 1 (2017): Jurnal Psikohumanika
Publisher : Program Studi S1 Psikologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (233.416 KB)
|
DOI: 10.31001/j.psi.v9i1.333
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja terhadap meaning of work. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang bekerja sebagai karyawan edukatif dan non-edukatif Universitas Setia Budi di Surakarta. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala meaning of work. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara makna kerja dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. Berdasar analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa variabel makna kerja mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi, akan tetapi kepuasan kerja tidak mempunyai pengaruh yang segnifikan terhadap pembentukan komitmen organisasi. Hal ini menunjukkan semakin tinggi makna kerja karyawan akan semakin tinggi pula komitmen organisasi, tetapi tinggi-rendahnya kepuasan kerja tidak akan berpengaruh pada tingkat komitmen organisasi. Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa makna kerja lebih berpengaruh terhadap komitmen organisasi dibandingkan variabel kepuasan kerja.
COPING STRESS STRATEGY PADA GURU ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Yustinus Joko Dwi Nugroho;
Mohammad Khasan
Jurnal Psikohumanika Vol 8 No 2 (2016): Jurnal Psikohumanika
Publisher : Program Studi S1 Psikologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (566.101 KB)
|
DOI: 10.31001/j.psi.v8i2.345
Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan termasuk anak berkebutuhan khusus. Guru merupakan salah satu komponen dalam proses pendidikan tersebut. Karakteristik anak berkebutuhan khusus yang berbeda dengan anak normal tentunya memberikan dinamika stress tersendiri bagi para pengajarnya. Tuntutan dari lingkungan terdekat anak atau keluarga agar perkembangan anak cepat membaik atau bahkan menjadi normal tanpa diimbangi dengan kerjasama yang baik, karakteristik anak berkebutuhan khusus yang berbeda sehingga menuntut kreativitas lebih dalam pembelajaran bagi mereka, padahal tidak semua guru memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup baik dalam hal tersebut dan faktor lainnya seringkali membuat guru menjadi stres. Hal-hal diatas tentunya akan membuat stres guru yang menangani anak berkebutuhan khusus lebih besar daripada guru yang menangani anak normal. Apabila stres tersebut berkelanjutan tanpa sebuah penyelesaian, guru berpotensi untuk melakukan kekerasan baik secara verbal maupun fisik. Hal ini apabila terjadi terus menerus akan berakibat kurang baik dalam proses pendidikan anak berkebutuhan khusus. Dalam mengatasi stres tersebut agar tidak berkelanjutan, guru melakukan cara atau strategi tertentu yang dinamakan dengan coping stress. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang menimbulkan stres (stressor) pada informan serta bentuk-bentuk coping stress strategy yang digunakan untuk menghadapinya. Informan yang dipakai adalah guru anak berkebutuhan khusus yang sesuai karakteristiknya yaitu guru anak berkebutuhan khusus dan sedang menangani anak berkebutuhan khusus yang lambat perkembangannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan deskriptif. Jumlah subyek penelitian adalah 3 orang. Alat pengumpul data menggunakan wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan koding sedangkan uji kredibilitas data dilakukan dengan proses pemeriksaan sejawat melalui diskusi dan pengamatan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa stressor dari informan dipengaruhi oleh faktor diluar diri informan yang kemudian mempengaruhi faktor internalnya. Coping stress strategy yang dilakukan oleh informan berdasarkan aspek problem focused coping menggunakan Confrontive Coping, Planful Problem-Solving. Sedangkan strategi berdasarkan aspek emotion focused coping yang digunakan adalah Distancing, Self control, Positive Reappraisal dan Seeking Social Support.
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN SISWA MELALUI ALAT PERAGA EDUKATIF
Bagus Ismail Adhi Wicaksana;
Yustinus Joko Dwi Nugroho;
Endang Widyastuti
Jurnal Psikohumanika Vol 8 No 1 (2016): Jurnal Psikohumanika
Publisher : Program Studi S1 Psikologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (817.498 KB)
|
DOI: 10.31001/j.psi.v8i1.455
Program Iptek bagi Masyarakat( IbM) dengan judul : “Optimalisasi Pembelajaran Siswa Melalui Alat Peraga Edukatif” merupakan salah satu usulan yang lolos seleksi dan memperoleh pendanaan untuk tahun anggaran 2015. Program ini bertujuan untuk meningkatkan minat dalam belajar siswa dengan cara yang sesuai dengan tahap perkembangannya melalui Alat Peraga Edukatif (APE) sehingga pembelajarannya lebih optimal di kedua mitra. Luaran dari program ini adalah alat peraga edukatif berupa beberapa bangun ruang mika yang dapat dibuka menjadi jaring-jaring, media pembelajaran membaca, media pembelajaran berhitung serta media latihan menggunakan metode brain gym (8 tidur). Selain itu, juga ada beberapa alat pendukung optimalisasi pembelajaran siswa di kedua mitra yaitu: computer, printer dan software pembelajaran calistung, yang juga berfungsi sebagai peraga edukatif interaktif. Berdasarkan hasil evaluasi target capaian pada akhir program yang dilakukan dengan metode penyebaran kuesioner kepada guru pengampu, pengelola dan beberapa siswa, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan beberapa alat peraga diatas memberikan dampak dalam pembelajaran siswa. Mereka menyatakan bahwa dengan adanya APE tersebut memudahkan dalam memberikan ilmu kepada siswa baik yang normal ataupun berkebutuhan khusus. Selain itu, minat belajar siswa di kedua mitra meningkat.
PENINGKATAN ADVERSITY QUOTIENT (AQ) MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DAN SELF EFFICACY PADA SISWA SMA SURAKARTA
Endang Widyastuti;
Yustinus Joko Dwi Nugroho
Jurnal Psikohumanika Vol 8 No 1 (2016): Jurnal Psikohumanika
Publisher : Program Studi S1 Psikologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (604.592 KB)
|
DOI: 10.31001/j.psi.v8i1.457
One of the objectives of national education is establishing a formidable human being and character. Adversity quotient is one of the determinants to achieve that aim. Adversity Quotient is the ability, toughness and high fighting spirit at the time met difficulty. Self-confidence, that is known as self-efficacy, and scouts are capable of supporting the increasing ability of adversity quotient of high school students that are expected to form a human character. This study aimed to determine the level of adversity quotient, the role of scout and efficacy for the increased of adversity quotient on high school students in Surakarta. It also purposes to see the difference Adversity Quotient (AQ) among students who take with students who do not take the scouting. The respondent in this study are 245 the high school students, taken from high schools and vocational schools in Surakarta. Determination of the sample used random cluster sampling technique. Scale was used to collecting data, consists of self-efficacy scale and adversity quotient scale. The results showed that there was a significant positive correlation between self-efficacy with adversity quotient, indicated by it’s correlation coefficient (r = 0.789; p = 0.000). The results of different test against a group of students who attend and not atend the scouts showed that there was no difference in adversity quotient between the two groups.
DINAMIKA SELF-FORGIVENESS MANTAN PECANDU NARKOBA DI YAYASAN MITRA ALAM SURAKARTA
Yustinus Joko Dwi Nugroho;
Lucia Sincu Gunawan
Jurnal Psikohumanika Vol 12 No 2 (2020): Jurnal Psikohumanika
Publisher : Program Studi S1 Psikologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31001/j.psi.v12i2.905
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang mendorong serta memberikan gambaran dinamika mantan pecandu narkoba di Yayasan Mitra Alam Surakarta untuk melakukan self forgiveness.Informan dalam penelitian ini adalah mantan pecandu narkoba yang merupakan warga binaan dari Yayasan Mitra Alam yang memiliki rasa bersalah terhadap diri sendiri terhadap perilakunya di masa lalu dan saat ini sedang melakukan proses self forgiveness. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles & Huberman Hasil penelitian : faktor-faktor yang mempengaruhi pemaafan diri (self forgiveness) kedua informan ada beberapa yang sama yaitu : suka bersosialisasi, mau memaafkan pelaku karena merasa bahwa apa yang informan alami adalah kesalahan mereka bukan pelaku,atribusi terhadap pelaku dimana apa yang sudah dilakukan oleh pelaku didasari oleh motif ekonomi namun perbedaannya subyek kedua juga melihat bahwa pelaku melakukan hal tersebut karena didasari oleh motif keakraban dalam pertemanan. ia mencoba untuk berpikir di sisi lain (reframing) bahwa peristiwa yang terjadi di masa lalunya juga dialami oleh orang lain, bukan hanya dirinya saja. Secara umum, dinamika dari proses pemaafan diri kedua informan yang berawal dari sebuah kejadian penyalahgunaan narkoba hingga akhirnya muncul rasa bersalah dan karena merasa tidak nyaman dengan hal tersebut, kedua informan melakukan tahap pemaafan diri yang didukung oleh faktor-faktor diatas. Kedua informan tersebut mereka sama-sama sudah berusaha untuk melakukan tahapan dalam memaafkan diri (self forgiveness), namun ada perbedaan dalam pencapaian tahap pemaafan.
Pendekatan Antropometri dalam Perancangan Ulang Stasiun Kerja Penyoletan Guna Mengurangi Kelelahan Fisik dan Psikis Karyawan Akibat Kerja
Bagus Ismail Adhi Wicaksana;
Yustinus Joko Dwi Nugroho
Tekinfo: Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi Vol 6 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Teknik Industri Universitas Setia Budi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1629.055 KB)
|
DOI: 10.31001/tekinfo.v6i1.387
Bangsa Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam, salah satunya adalah kerajinan batik. Berbagai tempat di Indonesia memiliki kerajinan batik dengan ciri khas yang berbeda – beda. Juwana merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Pati Jawa Tengah yang memiliki sentra industri batik tulis. Batik tulis yang menjadi ciri khas di daerah Juwana sering disebut Batik Bakaran dikarenakan berada di Desa Bakaran Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Permintaan produk batik tulis yang cukup banyak membuat pengusaha masih tetap eksis sampai saat ini, didukung kualitas yang selalu prima. Berdasarkan observasi awal, dari keseluruhan proses membatik terdapat salah satu proses yang menarikuntuk diteliti yaitu proses penyoletan. Proses Penyoletan adalah proses pewarnaan kain pada motif yang sudah digambar pada kain polos. Operator biasanya meletakkan kain di lantai dan melakukan penyoletan dengan cara berjongkok, dengan cara ini operator sering mengeluh merasakan pegal di bagian pinggang. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan perancangan ulang stasiun kerja penyoletan dengan pendekatan Antropometri dan Rapid Upper Limb Assesment (RULA). Berdasarkan data antropometri rancangan stasiun kerja penyoletan berupa meja dengan tinggi 85 cm, panjang 210 cm dan 115 cm, dilengkapi dengan pallet warna. Berdasarkan uji coba yang dilakukan terdapat penghematan waktu sebesar 40% pada proses penyoletan. Hasil perhitungan RULA stasiun kerja usulan mendapatkan skor 2,0 sehingga masih dalam kategori aman untuk operator.
Peran Fear of Missing Out Terhadap Phubbing pada Siswa SMA Kristen di Kota Surakarta
Ardha Strinaricwari;
Sujoko Sujoko;
Yustinus Joko Dwi Nugroho
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 19, No 1 (2023): Insight : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32528/ins.v19i1.7210
Technological developments make it easy for Generation Z, namely high school students, to fulfill their social needs, to actualize themselves, and to connect with many individuals both around them and far away. This then becomes a need that continues to be sought and must be met which triggers the indication of Fear of Missing Out. The fulfillment of these social needs is then found through social media on their gadgets. From here, Phubbing's behavior arises because they are busy looking for information and want to connect with their friends in cyberspace.This study aims to determine the relationship between Fear of Missing Out on Phubbing in Christian high school students in the city of Surakarta. The hypothesis proposed in this study is "There is a role of Fear of Missing Out on Phubbing in Christian high school students in the city of Surakarta." The research was carried out using a quantitative method and using a clustered random sampling technique. The sample used was 234 Christian high school students in Surakarta who were in grades 1, 2 and 3. The measuring instrument of this study used the Fear of Missing Out scale and the Phubbing scale. The data analysis method used is the non-parametric correlation of Kendall Tau with the help of SPSS 21.0 for windows release. The results of data analysis showed the correlation coefficient value of 0.317 with p = 0.000 (p 0.05). This proves that there is a positive relationship between Fear of Missing Out and Phubbing, the higher the Fear of Missing Out, the higher the Phubbing behavior that appears. So in this case the proposed hypothesis is accepted.