I Nyoman Alit Supandi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PEMENTASAN TARI BARONG KETET UNTUK PERTUNJUKAN PARIWISATA DI BANJAR DENJALAN BATUBULAN I Nyoman Alit Supandi
GUNA WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN HINDU Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/gw.v4i1.388

Abstract

Tari Barong tidak termasuk tari wali, tetapi tidak semua barong tidak temasuk tari wali, Salah satu tari Barong yang secara kontinyu dipertontonkan adalah tari barong ketet di banjar denjalan desa Batubulan untuk pertunjukkan pariwisata, tari ini memiliki kesenian yang sangat menarik, hal ini akan mendukung perkembangan pariwisata. Yudabakti dan Watra 2007:25 Seni atau estetika yang jangkaunnya tidak terbatas pada suatu daerah tertentu saja, akan tetapi berlaku secara mendunia dan universal. Bahasanya menjangkau termasuk wilayah Bali yang sudah terkenal tentang seninya. Salah satu wujud kesenian yang dipertunjukkan sebagai hiburan pariwisata yaitu tari barong ketet. Kenapa tari Barong Ketet ini di tulis Karena tari Barong Ketet ini sudah terkenal, melihat dari segi ceritra mengandung unsur kebaikan dan keburukan. Didalam jaman gelobalisasi ini, orang lebih cenderung mengejar kemajuan tampa melihat dampak negatifnya. Disamping tari Barong Ketet ini memiliki unsur ruwa bineda juga terkandung nilai pendidikan estetis, religiusnya, dan sosial masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pertunjukkan tari Barong Ketet ini sangat menarik untuk ditulis. Adapun hasil penulisan ini adalah sebagai berikut 1. prosesi pementasan tari Barong Ketet terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk pementasan, ada yang mengatur dibidang gambelan, dekorasi, tiket, peralatan dan pakian. 2. Nilai yang terkandung didalam pementasan barong ketet yaiu nilai pendidikan estetis religius dan sosial masyarakat. Estetisnya terletak kepada periasan barong dan kuubnya barong, sedangkan nilai religiusnya terdapat pada saat pementasan harus mempersembahkan sesajen dari pada itu setiap pementasan sebaiknya mempersembahkan sesajen, guna untuk mendapatkan keharmonisan. sedangkan nilai sosial masyarakat terdapat pada aktipitas pelaksanaan pementasan terjalin kerjasama yang sangat baik, karena seke barong menyadari bahwa manusia adalah sebagai mahluk yang sosial, dan memiliki pedoman tatwa masi sehingga semuanya adalah sama dan tidak ada yang membedakan satu antara yang lainnya.Kata Kunci : Pendidikan Agama, Pementasan, Tari Barong Ketet
Pendampingan Praktik Pendidikan Keagamaan pada SMA Negeri 8 Denpasar Giri, I Putu Agus Aryatnaya; I Nyoman Alit Supandi; Ni Komang Sutriyanti; Ni Wayan Sri Prabawati Kusuma Dewi; I Made Sukma Muniksu
Sevanam: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 2 (2022): September
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/sevanam.v1i2.1472

Abstract

Untuk mengantisipasi segala bentuk implikasi negatif dari Postmodernisme di kalangan pemuda Hindu, Prodi Pendidikan Agama Hindu Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar mengakselerasikan program pengabdian masyarakat berbasis program studi yang mengusung tema “Pendampingan Praktik Pendidikan Keagamaan di SMA Negeri 8 Denpasar”, yang memfokuskan pada kegiatan praktek Yoga, Upakara, dan Dharma Gita. Yoga yang dipraktekkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat di SMA Negeri 8 Denpasar yakni Yoga Surya Namaskara. Surya Namaskara adalah seperangkat 12 postur dalam asana yoga. Yoga Surya Namaskara adalah memuja Dewa matahari sebagai satu-satunya pemberi kehidupan di alam semesta ini. Praktek upakara yang fokus dalam pembuatan banten Pejati dan Kelatkat. Mulai dari penyediaan sarana prasarana yang berkualitas sampai dengan mekanisme pembuatan yang berpedoman pada tattwa dan susila. Dharma Gita yang dipraktekkan dalam kegiatan Pengabdian masyarakat di SMA Negeri 8 Denpasar mengkhusus pada Kidung Dewa Yadnya. Dengan waktu yang sangat singkat dan tentunya karena minat, bakat, dan potensi siswa yang berbeda-beda terkait dengan Dharma Gita tersebut maka difokuskan pada Kidung Dewa Yadnya yang paling sering dinyanyikan ketika melaksanakan upacara Dewa Yadnya seperti persembahyangan maupun Piodalan/Pujawali di Pura.