Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kinerja Enzim Naringinase Dan CMC Dalam Mengurangi Tingkat Kepahitan Jus Jeruk Siam nFN Setyadjit; Lani Kasigit; nFN Suyanti; Wisnu Broto; Ridwan Thahir; Dwi Setyaningsih
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n1.2010.32-42

Abstract

Dalam rangka mengurangi rasa pahit pada jus jeruk siam berbagai perlakuan telah dicoba antara lain penggunaan enzim naringinase dan CMC. Naringinase berbagai konsentrasi hingga 1,5 gil dengan berbagai waktu inkubasi hingga 4 jam pada suhu 30°C mampu menurunkan kandungan naringin hingga 50%. Optimum perlakuan adalah 1 g/l dengan waktu inkubasi 3 jam. Perlakuan CMC saja hingga 0,3% berhasil menurunkan kandungan naringin hingga 19%. Dengan meningkatnya penambahan CMC maka PTT dan kekentalan jus jeruk siam juga meningkat, tetapi tidak mempengaruhi pH total asam dan vitamin C. Kombinasi perlakuan enzim naringinase 1 g/l selama 3 jam yang dilanjutkan dengan penambahan CMC hingga 0,3% mampu menurunkan kandungan naringin hingga tinggal 30% saja, yang berarti lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan enzim saja maupun naringin saja, dan merupakan bukti adanya efek sinergis antara keduanya. Penambahan hingga maksimum 0,2% CMC adalah yang direkomendasikan karena peningkatan lebih dari konsentrasi ini dapat mempengaruhi kesukaan jus. The Performance Of Naringinase And CMC On Debittering Citrus Siam Juice.To debitter the citrus siam juice, naringinase and CMC have been applied into the juice. Naringinase of various concentration up to 1 g/l with incubation time up to 4 h at 30°C reduced concentration of naringin up to ca. 30 %. Optimum concentration was 1 g/l for 3 h. CMC vof various concentration up to 0.3% reduced the naringin content up to 10 %. However, the pH and viscosity were increased affected by the treatment but not total acidity, vitamin C and pH. At combination 1 g/l enzim for 3 h followed by CMC lip to 0.3 % were able to reduce the naringin concentration up to 30% left over. There is an indication of synergistic effect. Recommended treatment was 1 g/l naringinase for 3 h at 30°C followed by addition of 0.2 % CMC, since above the level the juice taste has been imparted.
Pengaruh Cara Ekstraksi dan Musim Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Melati nFN Suyanti; Sulusi Prabawati; nFN Yulianingsih; nFN Setyadjit; Astu Unadi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.18-23

Abstract

Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati. Bunga melati selama ini hanya digunakan sebagai bunga rampai, bunga sesaji, dekorasi dan pewangi teh. Namun sebenarnya bunga melati mcmpunyai potensi untuk dibuat minyak bunga alami. Minyak melati merupakan bah an untuk industri kosmetik, parfum, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selama ini kebutuhan industry dalam negeri di impor dari Negara penghasil minyak bunga dengan harga yang cukup mahal, Pcnelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi ekstraksi minyak mclati yang dapat menghasilkan rendemen dan mutu yang tinggi. Bunga melati gambir (Jasminum officinale) asal Purbalingga, Jawa Tengah diproses menjadi minyak melati menggunakan metode ekstraksi dengan pclarut heksan. Perlakuan yang diuji adalah ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap, dan pencucian ampas, yang dilakukan pad a musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati gambir dengan cara esktraksi satu tahap adalah yang paling baik dengan rendemen absolute yang dihasilkan tertinggi (0,15-0,17%). Absolute yang dihasilkan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan, terbanyak diperoleh pada bulan September (0,19%) dengan mutu absolute lebih baik yang ditunjukkan dengan total komponen yang lebih tinggi. Absolute melati hasil ekstraksi memiliki indek bias 1,45-1,46; bilangan asam 9,60-11,80; bilangan ester 129,07-130,73 dengan komponen kimia utama adalah benzyl acetate (6,74-7,90%), benzyl benzoate 2,58- 4, II %), cis jasmone (8,49-9,53%), linalool (3,59-5,40%), methyl jasmonate (0,81-0,86%), serta beberapa senyawa lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agar menghasilkan rendemen min yak yang tinggi . The effect of extraction method and season on the yield and quality of jasmine absoluteUtilization of jasmine flower was limited. Traditionally, the flower is used for ritual offerings, decoration and tea fragrance. Through extraction, jasmine flower could produce jasmine oil which was useful for perfume, soap, medicine, other fragrant product, and aromatherapy. Jasmine absolute for that purposes have been imported with high price. This research aimed at finding out the optimum extraction technology: higher yield and quality of absolute and maximum solvent recovery. Fresh flower of Jasminum officinale harvested at Purbalingga regency, Central Java, were extracted using hexane. Randomized Block Design was used as experimental design on the study and the treatments were: one stages of extraction, two stage of extraction, and leaching of the waste flower continued by extraction of fresh flower conducted at rainy and dry season. The results showed that, one stage of extraction was the best treatment. The highest yield of absolute was of 0.15-0.17%. The absolute yield produced in dry season were higher than that of rainy season and characterized by good quality due to higher total component. The refractive index was 1.45-1.46, acid number 9.60-11.80 ester number 129.07-130.73 the essential oil composition were benzyl acetate (6.74-7.90%), benzyl benzoate (2.58-4.11%), cis-jasmone (8.49-9.53%), methyl jasmonate (0.81-0.86%), linalool (3.59-5.40%). The result of this study could be used as an appropriate method for jasmine oil extraction.
Pengaruh Komposisi Tepung Sukun Komposit Terhadap Kualitas Biskuit nFN Suyanti; Sri Widowati; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v8n1.2011.19-23

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi terbaik tepung komposit berbasis tepung sukun pada pembuatan biskuit. Tepung komposit sebagai bahan baku biskuit terdiri atas tepung sukun, tepung sorgum dan tepung gandum lokal. Enam formula biskuit dibuat dengan persentase perbandingan tepung sukun : tepung sorgum : tepung gandum lokal, yaitu 100:0:0; 60:40:0; 60:30:10; 60:20:20; 60:10:30; dan 60:0:40. Keenam formula tepung selanjutnya dibuat biskuit dengan penambahan mentega, gula halus, telur kuning, baking powder dan maizena. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan ulangan tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan biskuit terbaik dengan formula tepung sukun: tepung sorgum: tepung gandum lokal = 60:30:10. Biskuit tersebut mempunyai kadar air 4,7%, abu 1,7%, lemak 28,39%, protein 7,91%, dan karbohidrat 57,20%, serta energi 660 kkal/100g, warna, rasa dan kerenyahan disukai dan rendemen 91,01%. The Effect Of Composition Of Breadfruit Flour Composite On Quality Of Biscuits.The aim of this study was to obtain the best composition of breadfruit flour composite for making biscuits. The composite flour consisted of breadfruit flour, sorghum flour and local wheat flour. Six formulas of the composite flour were prepared based on breadfruit flour:sorghum flour:local wheat flour ratio. The six formulas tested were 100:0:0, 60:40:0, 60:30:10, 60:20:20, 60:10:30; and 60:0:40. Butter, powdered sugar, egg yolks, baking powder and cornstarch were added to each formula and the dough was then baked The experiment was arranged in a completely randomized design with three replications. The result showed that the formula consisting of breadfruit flour:sorghum flour:local wheat flour = 60:30: 10 produced biscuits with the best characteristics and acceptability. The biscuits contained 4.7% moisture, 1.7% ash, 28.39% fat, 7.91% protein, 57.20% carbohydrate, 660 kkal/100g energy and the biscuits' yield was 91.01%. The sensory characteristics of biscuits (color, taste and crispness) were generally acceptable.
PERANAN TEKNOLOGI PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU BUAH PEPAYA (Carica papaya L) nFN Suyanti
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 7, No 2 (2011): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buah pepaya (Carica papaya L) termasuk buah klimaterik berdaya simpan singkat. Kandungan gizi yang tinggi, rasanya yang netral, mudah dicerna dan harga yang terjangkau menyebabkan banyak diminati oleh masyarakat baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mutu yang prima sangat di butuhkan untuk pasar lokal, pasar swalayan, toko buah segar, hotel, restoran, katering, rumah sakit maupun industri olahan buah.Buah pepaya dipanen dengan cara dipetik dengan tangan pada tingkat ketuaan Star 1 untuk pepaya Dampit dan semburat warna merah untuk pepaya Solo. Grading dilakukan dengan cara memilah-milah buah berdasarkan berat, digolongkan menjadi grade super (3,95±0,30 kg), grade A (3,39±0,40 kg) grade B ( 2,06±0,25 kg), grade C (1,25±0,33kg) dan grade D (0,76±0,09 kg). Daya simpan buah dapat diperpanjang dengan menyimpan buah pada suhu dingin (10-25oC). Pada penyimpanan suhu 5oC buah tidak dapat menjadi matang karena chilling injury. Pemilihan tingkat ketuaan yang tidak tepat dan penanganan yang kurang hati hati saat pengemasan dan transportasi akan menghasilkan kerusakan yang cukup besar. Jumlah kerusakan dapat mencapai 40-100%. Kerusakan terbesar karena penyakit anthracnose (68%) dan lewat matang (42%). Teknik penundaan kematangan buah menggunakan pelilinan dapat mempertahankan mutu buah dan daya simpan buah sampai 11 hari. Kombinasi perlakuan menggunakan pencelupan dalam air panas 53oC selama 3 menit, dan penggunaan fungisida dapat menekan perkembangan anthracnose selama penyimpanan. Kombinasi benomyl 250 ppm, prochloraz 125 ppm dan air panas 53oC selama 3 menit lebih efektif dalam menekan perkembangan penyakit sampai 5 hari lebih lama dibanding kontrol.
Pengembangan Produk Jahe Kering dalam Berbagai Jenis Industri Sri Yuliani; Sari Intan Kailaku; nFN Suyanti
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk salah satu komoditas rempah dan obat yang juga merupakan tanaman prioritas dalam temu-temuan. Penggunaan jahe sangat sesuai untuk berbagai macam olahan karena selain mempunyai rasa dan aroma yang enak dan khas, juga memiliki fungsi sebagai obat yaitu untuk memperbaiki pencernaan, menambah nafsu makan, memperkuat lambung dan mencegah infeksi. Sebelum diolah lebih lanjut saat disimpan jahe segar memiliki beberapa kerugian seperti memerlukan banyak tempat (bulky), mutu dan flavour bervariasi tergantung pada umur, selama penyimpanan memungkinkan kehilangan minyak atsiri atau komponen lainnya. Pengembangan produk jahe kering dalam berbagai bentuk produk antara maupun produk jadi sangat menguntungkan dan belum jenuh, hal ini disebabkan karena permintaan pasar yang cukup tinggi baik di dalam maupun di luar negeri dengan demikian memberikan peluang untuk dikembangkan secara serius oleh petani, industri makanan dan minuman juga industri farmasi. Produk olahan jahe telah banyak beredar di pasaran untuk produk antara diantaranya adalah jahe kering (simplisia), bubuk, minyak jahe, oleoresin jahe dan mikrokapsul oleoresin jahe, sedangkan untuk produk jadi yang diusahakan oleh industri makanan dan minuman diantaranya adalah bumbu masak instan, pikel atau asinan jahe, anggur, sirup, permen jahe, wedang dan serbat jahe. Dalam industri farmasi jahe banyak digunakan untuk obat dalam (oral) produknya antara lain obat batuk dalam bentuk sirup (komix, OBH jahe), bentuk tablet/ kapsul zinaxin rapid untuk obat rematik dan untuk obat luar minyak jahe digunakan dalam bentuk balsam, parem kocok, koyo dan lain-lain. Makalah ini mengkaji berbagai usaha pengembangan produk jahe kering sebagai usaha pemanfaatan jahe untuk bahan baku industri.
Teknologi Penanganan Buah Manggis untuk Mempertahankan Mutu Selama Penyimpanan nFN Suyanti; nFN Setyadjit
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 3, No 1 (2007): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manggis adalah buah tropis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan disukai oleh masyarakat mancanegara. Hal ini terbukti dengan ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya. Buah manggis kaya akan vitamin, mineral dan anti oksidan yang sangat bermanfaat sebagai anti kanker, anti mikroba, anti inflamasi. Prospek pasarnya cukup cerah, baik sebagai buah segar maupun buah olahan. Sebagian besar buah manggis dijumpai bermutu rendah, daya simpan singkat, pengerasan pada kulit buah, dan kerusakan daging buah serta adanya getah kuning. Dari total produksi 79.073 ton hanya 11,76% (9.304 ton) yang diekspor dengan mutu tinggi, sedangkan, sisanya yang kualitas buahnya rendah hanya untuk pasar dalam negeri. Untuk meningkatkan pasar ekpor maupun dalam negeri, perlu diperhatikan penanganan pascapanen yang tepat agar kerusakan buah dapat ditekan. Pemilihan tingkat panen yang tepat, pelilinan dan pengemasan manggis menggunakan plastik dengan lubang pin-prick, pengaturan komposisi gas CO2 (10%) dan O2 (2%), penyimpanan pada suhu rendah (15oC) dapat menekan jumlah kerusakan dan memperpanjang daya simpan buah sampai 5 minggu.
Produk Diversifikasi Olahan Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Dan Mendukung Pengembangan Buah Pepaya (Carica Papaya L) Di Indonesia nFN Suyanti; nFN Setyadjit; Abdullah Bin Arif
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 8, No 2 (2012): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buah pepaya (Carica papaya L) termasuk produk hortikultura yang dikembangkan di Indonesia. Penggunaannya selain untuk konsumsi segar sebagai buah potong, juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis olahan. Sifat buah papaya yang mudah rusak menjadi kendala dalam memasarkannya sebagai buah segar yang tetap dalam kondisi prima sampai ketangan konsumen. Mengolah buah pepaya menjadi berbagai jenis olahan sangat prospektif untuk dikembangkan. Salah satu produk olahan dari buah pepaya yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik adalah papain dan pektin. Penelitian pembuatan papain dan pektin telah dilakukan dan dapat diaplikasikan di sentra produksi papaya yang umumnya berlokasi di pedesaan. Untuk meningkatkan rendemen getah, dua minggu sebelum disadap permukaan buah dioles dengan larutan ethepon 34mM yang dilarutkan dalam minyak kelapa. Rendemen getah pepaya meningkat menjadi 113% dengan aktivitas proteolitik 767,01 unit /gram. Selain ethepon, penggunaan ekstrak bawang putih 60% juga dapat meningkatkan rendemen getah pepaya. Buah pepaya satu jam yang sebelum disadap getahnya dioles dengan 60% ekstrak bawang putih, produksi getahnya meningkat menjadi 46,9% dibandingkan dengan kontrol Buah sisa sadap dapat matang sempurna, namun penampakannya kurang menarik untuk diperdagangkan sebagai buah segar. Buah pepaya sisa sadap dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi pada pembuatan saos dan aneka sambal, nektar dan sari buah serta dibuat menjadi manisan basah atau kering. Pencampuran 50% buah papaya ke dalam saos tomat dan sambal dapat memperbaiki konsistensinya tanpa merubah rasanya. Pencampuran buah nenas kedalam sari buah papaya menghasilkan sari buah dengan cita rasa dan aroma yang lebih disukai dibandingkan sari buah yang terbuat dari buah papaya 100%.