Irma Kresnawaty
Indonesian Research Institute for Biotechnology and Bioindustry

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KONVERSI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) MENJADI ARANG HAYATI DAN ASAP CAIR Irma Kresnawaty; Soekarno Mismana Putra; Asmini Budiani; TW Darmono
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n3.2017.171-179

Abstract

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah perkebunan yang jumlahnya sangat melimpah. Telah banyak penelitian dilakukan yang bertujuan untuk memanfaatkan limbah ini menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi dan salah satu adalah mengomposkan TKKS tersebut. Teknik pengomposanTKKS yang selama ini memerlukan waktu 2-4 bulan dan pengangkutan produk kompos yang dihasilkan memerlukan biaya yang mahal. Waktu pengomposan yang lama tidak dapat mengatasi permasalahan banyaknya limbah TKKS ini dihasilkan di pabrik (21-23% dari Tandan Buah Segar). Sehingga diperlukan teknik pengolahan limbah yang lebih cepat. Pada penelitian sebelumnya TKKS terbukti dapat dikonversi melalui proses pirolisis yang relatif lebih cepat menjadi arang hayati dan asap cair. Arang hayati memiliki banyak manfaat khususnya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu juga dapat memacu aktivitas mikroba tanah, terutama yang berasosiasi dengan akar tanaman dan mampu meningkatkan konservasi unsur hara mudah larut sehingga pencucian hara menjadi minimal. Asap cair selama ini banyak digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan penghilang bau pada industri karet. Pada penelitian ini akan dilakukan karakterisasi arang hayati dan asap cair dari TKKS . Dari 6 kg TKKS dapat dihasilkan 1,9 kg arang hayati dan 3,6 L asap cair. Arang hayati TKKS memiliki kadar makronutrien : C 60%; N 1,07%; P 1,29%; K 13,37%; Mg 1,02%; Ca 1,71% dan mikronurien Fe 0,95%; B 31 ppm dan Zn 248 ppm, dengan pH 9. Asap cair yang dihasilkan memiliki pH 3,5 dan dapat dihilangkan kandungan tar-nya dengan pengendapan semalam. Kandungan asap cair ini. mengandung karbonil 2,984 %; turunan fenol 13,169 %; dan asam organik 74,268 %.
Karakteristik antibodi anti Ganoderma sp. yang dihasilkan dengan menggunakan jenis dan sumber antigen yang berbeda [Characteristic of antibodies againt Ganoderma sp produced from different types and sources of antigens] Irma KRESNAWATY; Kholis A AUDAH; Hasim MUNAWAR; Happy WIDIASTUTI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 85, No 1 (2017): April, 2017
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.436 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v85i1.239

Abstract

Basal stem rot (BSR) disease caused by  Ganoderma sp. is the most important disease in oil palm plantations.The effectivity of BSR control depends on early detection of this disease. The earlier the disease is known, the severity of damage could be prevented. Therefore, technology for early detection of Ganoderma infection is very important. Immunochromatographic techniques based on the reaction of antigens and antibodies can be developed for detection of Ganoderma sp infection. The objective of the study was to produce antibodies using different Ganoderma sp. In this study, immunoglobulin Y ( IgY ) against Ganoderma sp produced in chicken eggs was used as the source of antibodies. Laying hens were immunized with several types of Ganoderma sp. because it is known to have genetic variations. The source of Ganoderma sp. isolates were mycelium and exudates. The polyclonal IgY antibodies produced economically and abundantly.  The antibodies derived from the mycelium showed more consistent results compared with those derived from the exudates. In addition, the antibodies derived from Ganoderma sp of Cimulang and Bekri showed higher reactivity  with some of the antigens compared to those from Cisalak Baru (CSB). The characteristics and the protein profiles of antibodies produced using Cimulang, Bekri  and Cisalak Baru isolates were vary in term of,  sensitivity and amino acid compositions
Aktivitas amilase bakteri amilolitik asal larva black soldier fly (Hermetia illucens) Irma KRESNAWATY; Rizki WAHYU; Ashadi SASONGKO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 87, No 2 (2019): OKTOBER, 2019
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.541 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v87i2.341

Abstract

AbstractAmylase is an enzyme that has been widely used as a biocatalyst in foodand bioethanol industries. The availability of thermostable amylase will further expand the market and extend the shelf life of this enzyme. Amylase is produced by amylolytic bacteria using media with high-costnitrogen sources, such as pepton. Black soldier fly (BSF) is a potential source of amylolitic bacteria since its ability to degrade organic matters rapidly. This research aimedtoexploreamylolitic bacteria from the larvae of BSF with highest amylase activity that can be produced using low-cost media. The screening ofamylase activity was conducted by culturing the bacteria on starch containing media.Bacteria with the highest amylase activity were cultured in liquid media with twodifferentnitrogensources (urea and nitrate). Determinations of the optimum pH and temperature for this enzyme activity were carried out in the pH range 4to 7 and temperature 35to 65 ºC. Three amylase-producing isolates were obtained in this study. M1 isolate which has the highest activity was characterized based oncatalase activity and Gram staining. The results showed that the M1 isolate mightbelong togenus Proteussp. At the optimum condition (45ºC and pH 7), amylase activityin nitrate mediawas0.791U/mL, which was about 18-folds higher than that in ureamedia (0,041U/mL). Thus, amylase isolated from BSF larvae can be classified as a mesophilic enzyme and has the potential to be developed commercially at lower production costs.[Keywords:crude extract enzyme,Proteus sp.,thermostable] AbstrakAmilase merupakan salah satu enzim yangtelah digunakan secara luas sebagai biokatalis dalam industri pangan dan bioetanol.Ketersediaan amilase termostabil akan semakin memperluas pasar dan memperpanjang daya simpan enzim ini. Selama ini, produksi amilase dilakukan dengan memanfaatkan bakteri amilolitik menggunakan media dengan sumber nitrogen yang mahal, misalnya pepton. Black soldier fly (BSF) merupakan sumber bakteri amilolitik yang potential karena BSF memiliki kemampuan mendegradasi bahan organik dengan cepat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bakteri amilolitik dengan kemampuan amilase tinggi yang dapat diproduksi menggunakan media yanglebihmurah.Skrining bakteri penghasil amilase dilakukan dengan menumbuhkan bakteri pada media yang mengandung pati. Bakteri dengan aktivitas amilase tertinggi dikulturkan dalam media cair dengan dua sumber nitrogenyang berbeda, yaitu urea dan nitrat. PenentuanpH dan suhu optimum aktivitas enzim ini dilakukan pada rentang pH 4sampai 7 dan suhu 35sampai 65 ºC.Tiga isolat penghasil amilase diperoleh dalam penelitian ini. Isolat M1 yang memiliki aktivitas tertinggi dikarakterisasi berdasarkan uji katalasedan uji pewarnaan Gram. Hasilnya menunjukkan bahwa isolat M1 termasukgenus Proteus sp. Pada kondisi optimum (suhu 45oC dan pH 7), aktivitas amilase pada media nitrat adalah 0,791 U/mL, lebih kurang 18 kali lebih tinggi dibanding aktivitas pada media urea (0,041 U/mL). Dengan demikian, amilase yang dihasilkan oleh bakteri asallarva BSF merupakan enzim mesofilik dan berpotensi untuk dikembangkan secara komersial dengan biaya produksi yang lebih murah.[Kata kunci: enzim ekstrak kasar, Proteussp.,termostabil]
Produksi imunoglobulin Y (IgY) untuk pengembangan metode deteksi dini kontaminasi okratoksin (Immunoglobulin Y (IgY) production to develop an early detection method for ochratoxin contamination) Irma KRESNAWATY; . SUHARYANTO; . SISWANTO; Sumi HUDIYONO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 86, No 1 (2018): April, 2018
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v1i1.279

Abstract

Indonesian coffee and cocoa commodities are constrained by low product quality problem due to contamination of fungal metabolites which  producing ochratoxin A (OTA). Ochratoxin is neprotoxic, immunogenic, carcinogenic and teratogenic to the human health. Early detection method on site detection should be developed  because of  those negative effects. The aim of this study  was to produce antibody to develop a method for  OTA detection. Antibody was produced by immunization of egg laying hen. Antibody-produced was sepatared and analyzed using ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) and DBIA (dot blot immunoassay),and tested its composition using HPLC and SDS PAGE. The results showed that anti-OTA polyclonal antibodies had been obtained already from chicken eggs in the 4th period (7 weeks after initial immunization). These antibodies showed anti-OTA reactivity by DBIA method and still showed anti-OTA reactivity up to 9th period (12 weeks after initial immunization). The anti-BSA antibodies produced should be removed to increase the sensitivity of antibodies againts ochratoxin A. The separation of BSA antibodies can be conducted by the absorption of the protein.  [Keywords: ochratoxin A; early detection; antibody IgY]. AbstrakKomoditas kopi dan kakao Indonesia terkendala masalah mutu produk yang rendah akibat kontaminasi cendawan penghasil okratoksin A. Okratoksin A (OTA) bersifat neprotoksik, imunogenik, karsinogenik dan teratogenik yang membahayakan kesehatan manusia. Karena efek negatif yang diakibatkan oleh mikotoksin ini, maka perlu dikembangkan deteksi dini kontaminasi okratoksin langsung di lokasi. Penelitian ini bertujuan menghasilkan antibodi imunoglobulin Y (IgY) untuk mengembangkan metode perakitan perangkat deteksi cepat berbasis imunologi untuk deteksi OTA. Antibodi dihasilkan menggunakan uji ayam petelur. Antibodi yang dihasilkan dipisahkan dan dianalisis aktivitasnya dengan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) dan DBIA (dot blot immunoassay), serta diuji komposisinya dengan HPLC dan SDS PAGE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibodi poliklonal anti-OTA sudah diperoleh dari telur ayam pada periode ke-4 (7 minggu setelah imunisasi awal). Antibodi ini menunjukkan reaktivitas anti-OTA dengan metode DBIA dan masih menunjukkan reaktivitas anti-OTA sampai periode 9 (12 minggu setelah imunisasi awal). Komposisi asam amino antibodi anti-OTA menunjukkan perbedaan dengan komposisi asam amino IgY di database. Antibodi anti BSA yang dihasilkan harus dihilangkan terlebih dahulu untuk meningkatkan sensitivitas antibodi terhadap okratoksin A dan pemisahan dapat dilakukan dengan penyerapan antibodi BSA.[Kata Kunci:  okratoksin A;  deteksi dini; antibodi IgY].
Peningkatan hasil panen kedelai (Glycine max L.) varietas Wilis dengan aplikasi biostimulan tanaman (Yield improvement of soybean (Glycine max L.) var. Wilis by the application of organic plant biostimulant) Dini Astika SARI; Irma KRESNAWATY; . PRIYONO; Asmini BUDIANI; Djoko SANTOSO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 87, No 1 (2019): April, 2019
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.538 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v87i1.295

Abstract

The Indonesian government program of achieving self-sufficiency of soybean by 2020 requires technological innovations for the farmers. The use of plant biostimulant is an innovative strategy and proven previouslyto increase the productivity of several otherfood crops. The aim of this study was to analyze the effect of PPBBI biostimulant on the growth, productivity and quality of a Wilis variety of soybean under greenhouse conditions. PPBBI biostimulant at10 ppm and 20 ppm, was applied using foliar spray method with 20 mL volume to each plant. The applications were carried out 1 time, 2 times and 3 times. Six biostimulant treatments showed significant positive effects on the vegetative growth rate, generative organ development, and yield. The biostimulant accelerated vegetative growth to enter the generative phase earlier than that of in the control plants. The period of generative organs maturity required for treated plants was 7-14 d shorter than that of in the control plants so that the harvest period was 21 d shorter. Weight per 100 seeds of the P2-3 (application 3 times at 20 ppm); P2-2 (application 2 times at 20 ppm); P2-1 (application 1 time at 20 ppm) and P1-3 (application 3 times at 10 ppm) treatments were 20.16 g; 17.65 g; 18.89 g and 16.89 g respectively with no significant difference, while the control plants was only 11.60 g. Based on the results of all parameters e.g. average number of seeds, average weight per seed, and potential for yield improvement, the treatment of P1-3 (application 3 times at 10 ppm) was the best treatment with potential yield increase by 59.06% and oil content by 11.37%.[Key words: generative, organic biostimulant, productivity, vegetative]  AbstrakProgram pemerintah Indonesia dalam pencapaian swasembada kedelai pada tahun 2020 membutuhkan dukungan inovasi teknologi yang aplikatif untuk para petani. Biostimulan tanaman merupakan salah satu teknologi yang strategis dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas beberapa tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pengaruh aplikasi biostimulan PPBBI terhadap partum-buhan, produktivitas dan kualitas hasil panen kedelai varietas Wilis pada kondisi rumah kaca. Biostimulan PPBBI dengan variasi konsentrasi   10 ppm dan 20 ppm, diaplikasikan pada tanaman kedelai dengan metode penyemprotan lewat daundengan volume 20 mL per tanaman.Penyemprotan dilakukan sebanyak 1 kali; 2 kali dan 3 kali aplikasi. Enam perlakuan biostimulanyang diujikan menunjukkan pengaruh positif yang signifikan pada kecepatan pertumbuhan vegetatif, stimulasi perkembangan organ generatif dan peningkatan hasil panen. Biostimulan PPBBI mempercepat laju pertumbuhan vegetatif untuk memasuki fase generatif lebih awal dibandingkan tanaman kontrol. Masa perkembangan dan pemasakan organ generatif polong pada tanaman perlakuan menjadi lebih pendek 7-14 hari dibandingkan tanaman kontrol sehingga secara keseluruhan masa panen tanaman perlakuan lebih singkat 21 hari. Bobot per 100 biji tanaman kedelai perlakuan P2-3; P2-2; P2-1 dan P1-3 berturut-turut mencapai 20,16 g; 17,65 g; 18,89 g; dan 16,89 g dengan tidak adanya perbedaan signifikan, sedangkan tanaman kontrol hanya 11,60 g. Berdasarkan hasil analisis seluruh peubah yaitu rerata jumlah biji, rerata bobot per biji, dan potensi produksi, maka perlakuan P1-3 (aplikasi tiga kali dengan dosis 10 ppm) merupakan perlakuan terbaik dengan potensi kenaikan produksi mencapai 59,06% dan kadar lemak 13,7%.  [Kata kunci: biostimulan organik, generatif, produktivitas, vegetatif]
Karakteristik antibodi anti Ganoderma sp. yang dihasilkan dengan menggunakan jenis dan sumber antigen yang berbeda [Characteristic of antibodies againt Ganoderma sp produced from different types and sources of antigens] Irma KRESNAWATY; Kholis A AUDAH; Hasim MUNAWAR; Happy WIDIASTUTI
Menara Perkebunan Vol. 85 No. 1 (2017): 85 (1), 2017
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v85i1.239

Abstract

Basal stem rot (BSR) disease caused by  Ganoderma sp. is the most important disease in oil palm plantations.The effectivity of BSR control depends on early detection of this disease. The earlier the disease is known, the severity of damage could be prevented. Therefore, technology for early detection of Ganoderma infection is very important. Immunochromatographic techniques based on the reaction of antigens and antibodies can be developed for detection of Ganoderma sp infection. The objective of the study was to produce antibodies using different Ganoderma sp. In this study, immunoglobulin Y ( IgY ) against Ganoderma sp produced in chicken eggs was used as the source of antibodies. Laying hens were immunized with several types of Ganoderma sp. because it is known to have genetic variations. The source of Ganoderma sp. isolates were mycelium and exudates. The polyclonal IgY antibodies produced economically and abundantly.  The antibodies derived from the mycelium showed more consistent results compared with those derived from the exudates. In addition, the antibodies derived from Ganoderma sp of Cimulang and Bekri showed higher reactivity  with some of the antigens compared to those from Cisalak Baru (CSB). The characteristics and the protein profiles of antibodies produced using Cimulang, Bekri  and Cisalak Baru isolates were vary in term of,  sensitivity and amino acid compositions
Produksi imunoglobulin Y (IgY) untuk pengembangan metode deteksi dini kontaminasi okratoksin (Immunoglobulin Y (IgY) production to develop an early detection method for ochratoxin contamination) Irma KRESNAWATY; . SUHARYANTO; . SISWANTO; Sumi HUDIYONO
Menara Perkebunan Vol. 86 No. 1 (2018): 86 (1), 2018
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v1i1.279

Abstract

Indonesian coffee and cocoa commodities are constrained by low product quality problem due to contamination of fungal metabolites which  producing ochratoxin A (OTA). Ochratoxin is neprotoxic, immunogenic, carcinogenic and teratogenic to the human health. Early detection method on site detection should be developed  because of  those negative effects. The aim of this study  was to produce antibody to develop a method for  OTA detection. Antibody was produced by immunization of egg laying hen. Antibody-produced was sepatared and analyzed using ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) and DBIA (dot blot immunoassay),and tested its composition using HPLC and SDS PAGE. The results showed that anti-OTA polyclonal antibodies had been obtained already from chicken eggs in the 4th period (7 weeks after initial immunization). These antibodies showed anti-OTA reactivity by DBIA method and still showed anti-OTA reactivity up to 9th period (12 weeks after initial immunization). The anti-BSA antibodies produced should be removed to increase the sensitivity of antibodies againts ochratoxin A. The separation of BSA antibodies can be conducted by the absorption of the protein.  [Keywords: ochratoxin A; early detection; antibody IgY]. AbstrakKomoditas kopi dan kakao Indonesia terkendala masalah mutu produk yang rendah akibat kontaminasi cendawan penghasil okratoksin A. Okratoksin A (OTA) bersifat neprotoksik, imunogenik, karsinogenik dan teratogenik yang membahayakan kesehatan manusia. Karena efek negatif yang diakibatkan oleh mikotoksin ini, maka perlu dikembangkan deteksi dini kontaminasi okratoksin langsung di lokasi. Penelitian ini bertujuan menghasilkan antibodi imunoglobulin Y (IgY) untuk mengembangkan metode perakitan perangkat deteksi cepat berbasis imunologi untuk deteksi OTA. Antibodi dihasilkan menggunakan uji ayam petelur. Antibodi yang dihasilkan dipisahkan dan dianalisis aktivitasnya dengan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) dan DBIA (dot blot immunoassay), serta diuji komposisinya dengan HPLC dan SDS PAGE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibodi poliklonal anti-OTA sudah diperoleh dari telur ayam pada periode ke-4 (7 minggu setelah imunisasi awal). Antibodi ini menunjukkan reaktivitas anti-OTA dengan metode DBIA dan masih menunjukkan reaktivitas anti-OTA sampai periode 9 (12 minggu setelah imunisasi awal). Komposisi asam amino antibodi anti-OTA menunjukkan perbedaan dengan komposisi asam amino IgY di database. Antibodi anti BSA yang dihasilkan harus dihilangkan terlebih dahulu untuk meningkatkan sensitivitas antibodi terhadap okratoksin A dan pemisahan dapat dilakukan dengan penyerapan antibodi BSA.[Kata Kunci:  okratoksin A;  deteksi dini; antibodi IgY].
Peningkatan hasil panen kedelai (Glycine max L.) varietas Wilis dengan aplikasi biostimulan tanaman (Yield improvement of soybean (Glycine max L.) var. Wilis by the application of organic plant biostimulant) Dini Astika SARI; Irma KRESNAWATY; . PRIYONO; Asmini BUDIANI; Djoko SANTOSO
Menara Perkebunan Vol. 87 No. 1 (2019): 87 (1), 2019
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v87i1.295

Abstract

The Indonesian government program of achieving self-sufficiency of soybean by 2020 requires technological innovations for the farmers. The use of plant biostimulant is an innovative strategy and proven previouslyto increase the productivity of several otherfood crops. The aim of this study was to analyze the effect of PPBBI biostimulant on the growth, productivity and quality of a Wilis variety of soybean under greenhouse conditions. PPBBI biostimulant at10 ppm and 20 ppm, was applied using foliar spray method with 20 mL volume to each plant. The applications were carried out 1 time, 2 times and 3 times. Six biostimulant treatments showed significant positive effects on the vegetative growth rate, generative organ development, and yield. The biostimulant accelerated vegetative growth to enter the generative phase earlier than that of in the control plants. The period of generative organs maturity required for treated plants was 7-14 d shorter than that of in the control plants so that the harvest period was 21 d shorter. Weight per 100 seeds of the P2-3 (application 3 times at 20 ppm); P2-2 (application 2 times at 20 ppm); P2-1 (application 1 time at 20 ppm) and P1-3 (application 3 times at 10 ppm) treatments were 20.16 g; 17.65 g; 18.89 g and 16.89 g respectively with no significant difference, while the control plants was only 11.60 g. Based on the results of all parameters e.g. average number of seeds, average weight per seed, and potential for yield improvement, the treatment of P1-3 (application 3 times at 10 ppm) was the best treatment with potential yield increase by 59.06% and oil content by 11.37%.[Key words: generative, organic biostimulant, productivity, vegetative]  AbstrakProgram pemerintah Indonesia dalam pencapaian swasembada kedelai pada tahun 2020 membutuhkan dukungan inovasi teknologi yang aplikatif untuk para petani. Biostimulan tanaman merupakan salah satu teknologi yang strategis dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas beberapa tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pengaruh aplikasi biostimulan PPBBI terhadap partum-buhan, produktivitas dan kualitas hasil panen kedelai varietas Wilis pada kondisi rumah kaca. Biostimulan PPBBI dengan variasi konsentrasi   10 ppm dan 20 ppm, diaplikasikan pada tanaman kedelai dengan metode penyemprotan lewat daundengan volume 20 mL per tanaman.Penyemprotan dilakukan sebanyak 1 kali; 2 kali dan 3 kali aplikasi. Enam perlakuan biostimulanyang diujikan menunjukkan pengaruh positif yang signifikan pada kecepatan pertumbuhan vegetatif, stimulasi perkembangan organ generatif dan peningkatan hasil panen. Biostimulan PPBBI mempercepat laju pertumbuhan vegetatif untuk memasuki fase generatif lebih awal dibandingkan tanaman kontrol. Masa perkembangan dan pemasakan organ generatif polong pada tanaman perlakuan menjadi lebih pendek 7-14 hari dibandingkan tanaman kontrol sehingga secara keseluruhan masa panen tanaman perlakuan lebih singkat 21 hari. Bobot per 100 biji tanaman kedelai perlakuan P2-3; P2-2; P2-1 dan P1-3 berturut-turut mencapai 20,16 g; 17,65 g; 18,89 g; dan 16,89 g dengan tidak adanya perbedaan signifikan, sedangkan tanaman kontrol hanya 11,60 g. Berdasarkan hasil analisis seluruh peubah yaitu rerata jumlah biji, rerata bobot per biji, dan potensi produksi, maka perlakuan P1-3 (aplikasi tiga kali dengan dosis 10 ppm) merupakan perlakuan terbaik dengan potensi kenaikan produksi mencapai 59,06% dan kadar lemak 13,7%.  [Kata kunci: biostimulan organik, generatif, produktivitas, vegetatif]
Aktivitas amilase bakteri amilolitik asal larva black soldier fly (Hermetia illucens) Irma KRESNAWATY; Rizki WAHYU; Ashadi SASONGKO
Menara Perkebunan Vol. 87 No. 2 (2019): 87 (2), 2019
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v87i2.341

Abstract

AbstractAmylase is an enzyme that has been widely used as a biocatalyst in foodand bioethanol industries. The availability of thermostable amylase will further expand the market and extend the shelf life of this enzyme. Amylase is produced by amylolytic bacteria using media with high-costnitrogen sources, such as pepton. Black soldier fly (BSF) is a potential source of amylolitic bacteria since its ability to degrade organic matters rapidly. This research aimedtoexploreamylolitic bacteria from the larvae of BSF with highest amylase activity that can be produced using low-cost media. The screening ofamylase activity was conducted by culturing the bacteria on starch containing media.Bacteria with the highest amylase activity were cultured in liquid media with twodifferentnitrogensources (urea and nitrate). Determinations of the optimum pH and temperature for this enzyme activity were carried out in the pH range 4to 7 and temperature 35to 65 ºC. Three amylase-producing isolates were obtained in this study. M1 isolate which has the highest activity was characterized based oncatalase activity and Gram staining. The results showed that the M1 isolate mightbelong togenus Proteussp. At the optimum condition (45ºC and pH 7), amylase activityin nitrate mediawas0.791U/mL, which was about 18-folds higher than that in ureamedia (0,041U/mL). Thus, amylase isolated from BSF larvae can be classified as a mesophilic enzyme and has the potential to be developed commercially at lower production costs.[Keywords:crude extract enzyme,Proteus sp.,thermostable] AbstrakAmilase merupakan salah satu enzim yangtelah digunakan secara luas sebagai biokatalis dalam industri pangan dan bioetanol.Ketersediaan amilase termostabil akan semakin memperluas pasar dan memperpanjang daya simpan enzim ini. Selama ini, produksi amilase dilakukan dengan memanfaatkan bakteri amilolitik menggunakan media dengan sumber nitrogen yang mahal, misalnya pepton. Black soldier fly (BSF) merupakan sumber bakteri amilolitik yang potential karena BSF memiliki kemampuan mendegradasi bahan organik dengan cepat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bakteri amilolitik dengan kemampuan amilase tinggi yang dapat diproduksi menggunakan media yanglebihmurah.Skrining bakteri penghasil amilase dilakukan dengan menumbuhkan bakteri pada media yang mengandung pati. Bakteri dengan aktivitas amilase tertinggi dikulturkan dalam media cair dengan dua sumber nitrogenyang berbeda, yaitu urea dan nitrat. PenentuanpH dan suhu optimum aktivitas enzim ini dilakukan pada rentang pH 4sampai 7 dan suhu 35sampai 65 ºC.Tiga isolat penghasil amilase diperoleh dalam penelitian ini. Isolat M1 yang memiliki aktivitas tertinggi dikarakterisasi berdasarkan uji katalasedan uji pewarnaan Gram. Hasilnya menunjukkan bahwa isolat M1 termasukgenus Proteus sp. Pada kondisi optimum (suhu 45oC dan pH 7), aktivitas amilase pada media nitrat adalah 0,791 U/mL, lebih kurang 18 kali lebih tinggi dibanding aktivitas pada media urea (0,041 U/mL). Dengan demikian, amilase yang dihasilkan oleh bakteri asallarva BSF merupakan enzim mesofilik dan berpotensi untuk dikembangkan secara komersial dengan biaya produksi yang lebih murah.[Kata kunci: enzim ekstrak kasar, Proteussp.,termostabil]