Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mutu Fisik Biji dan Citarasa Kopi Arabika Hasil Fermentasi Mikrob Probiotik Asal Pencernaan Luwak Juniaty Towaha; Rubiyo Rubiyo
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n2.2016.p61-70

Abstract

Kopi luwak dihasilkan dari proses pencernaan biji kopi oleh mikrob yang berlangsung intensif dalam organ intestinum tenue (usus halus) dan caecum (usus buntu) luwak. Oleh karena itu, proses fermentasi biji kopi menggunakan mikrob probiotik yang diisolasi dari organ pencernaan hewan luwak diharapkan dapat menghasilkan produk kopi dengan citarasa dan aroma khas mirip kopi luwak. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh periode fermentasi terhadap mutu fisik biji dan profil citarasa kopi Arabika probiotik. Penelitian dilaksanakan di Desa Belanga dan Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, laboratorium BPTP Bali, laboratorium PPKKI Jember, dan laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor, mulai bulan Juni sampai Desember 2013. Fermentasi dilakukan dalam 2 tahap: (1) menggunakan mikrob probiotik yang diisolasi dari intestum tenue luwak dan (2) menggunakan mikrob probiotik yang diisolasi dari caecum luwak. Perlakuan disusun sebagai berikut: P1 = fermentasi tahap I dan II, masing-masing selama 4 hari, P2 = fermentasi tahap I dan II, masing-masing selama 5 hari, P3 = fermentasi tahap I dan II, masing-masing selama 6 hari, P4 = fermentasi tahap I dan II, masing-masing selama 7 hari, dan sebagai pembanding P5 = biji kopi luwak asli dari pembudidaya luwak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kopi Arabika probiotik mempunyai mutu fisik yang cukup baik dan sesuai dengan spesifikasi SNI 01-2907-2008. Mutu citarasa terbaik diperoleh pada 2 tahap fermentasi masing-masing selama 6 dan 7 hari dengan total skor 81,44 dan 80,91 sehingga dapat digolongkan sebagai kopi spesialti. Mutu tersebut lebih baik dibandingkan dengan kopi asli dari pembudidaya luwak.
Analisis Keragaman Genetik 28 Nomor Koleksi Kakao (Theobroma cacao L.) Berdasarkan Marka SSR Ilham Nur ardhi Wicaksono; Rubiyo Rubiyo; Dewi Sukma; Sudarsono Sudarsono
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v4n1.2017.p13-22

Abstract

Analisis keragaman genetik koleksi plasma nutfah kakao menggunakan marka molekuler mempunyai peranan penting dalam program perakitan klon unggul baru. Ketersediaan klon komersial dan klon unggul lokal meningkatkan peluang keberhasilan perakitan klon unggul baru sehingga analisis keragaman genetik materi tersebut perlu dilakukan. Tujuan penelitian adalah menganalisis keragaman genetik 28 nomor koleksi kakao berdasarkan marka SSR yang berguna dalam pemilihan tetua persilangan. Penelitian  dilakukan  di Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, dan Laboratorium Biologi Molekuler Tanaman (PMB), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan November 2015 sampai Mei 2016. Analisis keragaman genetik dilakukan pada 28 klon kakao yang terdiri dari 13 klon unggul lokal dan 15 klon komersial. Ekstraksi DNA dilakukan dengan menggunakan prosedur berbasis CTAB (cetyltrimethylammonium bromide). Selanjutnya, DNA diamplifikasi dengan teknik PCR (polymerase chain reaction) menggunakan 20 pasang primer SSR (simple sequence repeats). Hasil penelitian menunjukkan semua marka SSR yang digunakan bersifat polimorfik dengan rata-rata nilai PIC (polymorphism information content) cukup tinggi, yaitu 57%. Pohon filogenetik yang dianalisis menggunakan program DARwin (Dissimilarity Analysis and Representation for Windows) versi 6.05 terbagi menjadi 3 kelompok besar yang menempatkan klon unggul lokal dan klon komersial bersama-sama dalam tiap-tiap kelompok. Klon unggul lokal diduga mempunyai asal usul yang dekat dengan klon komersial yang sudah dibudidayakan di Indonesia. Selain itu,beberapa klon kakao berpotensi menjadi tetua persilangan karena mempunyai jarak genetik cukup jauh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa marka SSR merupakan alat bantu cukup potensial untuk menentukan tetua persilangan yang diharapkan dapat meningkatkan peluang heterosis pada keturunannya.