Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Perancangan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) untuk Menilai Kompetensi Klinik Zulharman Zulharman
Jurnal Ilmu Kedokteran Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Ilmu Kedokteran
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.467 KB) | DOI: 10.26891/JIK.v5i1.2011.7-12

Abstract

When planned and organized correctly, OSCE can be highly successful as an instrument to assess competence inmedicine. Knowledge about how to plan and organize OSCE is required by OSCE’s designers in medical education, sothat OSCE which had been designed become valid, reliable and feasible. The elements in designed OSCE consisted ofdefining of clinical competency which be assessed, design station, patient, examiners, pass or fail scoring, logistics andcosts.
Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Mata Menggunakan Metode Certainty Factor Monica Oktavianti; Feri Candra; Zulharman Zulharman
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains Vol 8 (2021): Edisi 2 Juli s/d Desember 2021
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The development of computer technology helps people to solve their problems, for example is Artificial Intelligence. The smarter the system and information handled, the more active role played by computers and there has been an increase in people interest using computers for artificial intelligence. One of the areas of artificial intelligence engineering that is quite attractive is expert systems. Expert system is a computer that designed to copy the expert knowledge. Expert system can be implemented in the hospital. clinics etc. Expert system in this research is using certainty factor method for diagnosis of eye diseases. This method helps people and provide solutions to the symptoms experienced by the user. The results of this study are the diagnosis of eye diseases, the information of the diseases, solutions and early treatment methods for eye diseases. By using black box testing, an accuracy of 94.4% is obtained.Keywords : Expert System, Eye disease, Certainty Factor
EMISI KARBON BERDASARKAN HISTORICAL BASELINE DENGAN PENDEKATAN STOCK DIFFERENCE PADA VEGETASI HUTAN KOTA MALABAR KOTA MALANG Zulharman Zulharman
Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME) Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pendidikan Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.193 KB) | DOI: 10.36312/jime.v3i2.200

Abstract

This study aims to determine emissions and stocks of carbon stored in a certain time so that it can be known the effectiveness of vegetation in absorbing carbon in the air. The study was conducted from November 2016 to September 2017. Methods to estimate carbon biomass by using allometric methods. The carbon estimation is done by measuring the diameter of the tree's breast height (diameter at breast height, DBH). by dividing the research location into 2 zones, namely high litter vegetation zone. In each zone is a plot measuring 5m x 40m. Data analysis using historical baseline and stock different methods. From the results of research and discussion that has been done then it can be concluded as follows: Carbon reserves on the surface stored in urban forest Malabar Malang is (1.6718 Ha) is equal to ± 102.96 tons. Annual emissions in the city of Malabar city of Malang based on the historical baseline is 2.13 tons. The sengon tree is the tallest and largest-diameter tree in the Malabar forest, making it the greatest carbon-storage force because it is not blocked by other trees or vegetation, the sengon tree is also easy to live under conditions of growing not too high. Therefore, it is suitable to be planted in urban green open space to absorb carbon in the atmosphere that damages the environment and human health.
PRECAUTIONARY PRINCIPLE DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3 PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 18/PUU-XII/2014 Muhammad Fikri Alan; Zulharman Zulharman; Franky Butar Butar
Bina Hukum Lingkungan Vol 6, No 1 (2021): Bina Hukum Lingkungan
Publisher : Pembina Hukum Lingkungan Indonesia (PHLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.548 KB) | DOI: 10.24970/bhl.v5i2.169

Abstract

ABSTRAKTerdapat kesenjangan dalam pemaknaan Precautionary Principle antara sebelum dan sesudah Putusan MK Nomor 18/PUU-XII/2014. Sebelum putusan tersebut, Precautionary Principle diartikan sebagai prinsip yang mewajibkan adanya pembuktian ilmiah atas kegiatan usaha terhadap lingkungan. Sedangkan pasca Putusan MK a quo, pembuktian ilmiah ini menjadi hal yang tidak mutlak diperlukan, karena putusan tersebut menganggap bahwa setiap pelaku usaha yang sedang melakukan perpanjangan izin pengelolaan limbah, dianggap telah memiliki izin meskipun izinnya belum keluar. Padahal, izin pengelolaan limbah adalah elemen penting guna menjaga kelestarian lingkungan sehingga diperlukan konsep perizinan yang rumit, ilmiah, serta berdasarkan pertimbangan yang matang. Selain itu, pasca putusan ini, bagi setiap pelaku usaha yang sedang melakukan proses perpanjangan Izin Pengelolaan Limbah, tidak dapat dipidana apabila dalam kenyataan ditemukan pelanggaran izin. Penelitian ini berusaha untuk merumuskan bentuk pemaknaan baru mengenai Precautionary Principle Pasca Putusan MK a quo. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep. Kata kunci: limbah b3; mahkamah konstitusi; precautionary principle.ABSTRACTThere is a gap in the meaning of the Precautionary Principle before and after the Constitutional Court Decision Number 18/PUU-XII/2014. Prior to this decision, the Precautionary Principle was defined as a principle that requires scientific evidence of business activities towards the environment. Meanwhile, after the decision, scientific evidence is not absolutely necessary. The decision considers that every business actor who is currently extending a waste management permit is deemed to have had a permit even though the permit has not been issued. In fact, a waste management permit is an important element in protecting the environment. So that, a licensing concept that is complex, scientific, and based on careful considerations is required. In addition, after this decision, any business actor who is in the process of extending the Waste Management Permit, cannot be punished if in fact there is a permit violation. This study seeks to formulate a new form of meaning regarding the Precautionary Principle after the MK decision. This research is a normative juridical study, using a statutory approach and a conceptual approach.Keywords: hazardous waste; constitutional court; precautionary principle. 
“WORKSHOP” PENYUSUNAN INSTRUMEN EVALUASI OTENTIK PADA PEMBELAJARAN K-13 BERBASIS ONLINE (E-INSTRUMENT) BAGI GURU SMP DI KABUPATEN BIMA PROPINSI NTB Arif Hidayad; Hardiansyah Hardiansyah; Zulharman Zulharman
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2019): Agustus
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.295 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v2i3.1368

Abstract

Telah dilaksanakan Program Pengabdian Kepada Masyarakat tentang Workshop: Penyusunan Instrumen Evaluasi Pembelajaran Otentik pada Pembelajaran K-13 Berbasis Online Bagi Guru SMP di Kabupaten Bima. Peserta workshop adalah guru-guru SMP yang berasal dari 4 kecamatan yang berada di kabupaten Bima yaitu kecamatan Tambora, Langgudu, Monta dan Donggo. Jumlah peserta yang diundang sebanyak 30 peserta yang terdiri dari 8 orang dari 4 SMP di kecamatan Monta, 8 orang dari 4 SMP di kecamatan Donggo, 4 orang dari 2 SMP di Kecamatan Tambora dan 10 orang dari 5 SMP di kecamatan Langgudu. Kegiatan workshop dilaksanakan sebanyak 2 kali dan semuanya dilaksanakan di SMPN 1 Monta yang beralamatkan di desa Tangga Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Workshop I dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2019, sedangkan workshop II dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2019. Pada workshop I peserta diberikan materi tentang teknik menyusun kisi-kisi instrumen, instrumen dan teknik pengolahan skor dalam evaluasi pembelajaran yang otentik pada pembelajaran K-13 baik pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada workshop II peserta diberikan materi tentang bagaimana membuat instrumen evaluasi berbentuk online melalui pemanfaatan aplikasi google form mulai dari tahap input soal (essay dan pilihan ganda), teknik pengecekan respon peserta tes dan pengolahan skor secara online. Selain itu, terdapat kegiatan spot check antara workshop I dan II untuk melaksanakan pendampingan sekaligus monitoring dan evaluasi tentang capaian peserta pada workshop I. Hasil dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa: 1) kehadiran peserta pada workshop I berada pada angka 56% atau sebanyak 17 peserta dari 30 peserta yang diundang, sedangkan pada workshop II kehadiran peserta pada angka 83% atau sebanyak 25 peserta yang hadir dari 30 peserta yang diundang. 2) pada sisi kinerja workshop I, sebesar 99,61% peserta menyatakan kinerja workshop berkategori baik dan sangat baik, sedangkan pada workshop II sebesar 86% peserta menyatakan workshop berkinerja baik dan sangat baik. 3) terjadi penigkatan pengetahuan peserta dari pre test ke post test yaitu sebesar  88,23% peserta pada workshop I, sedangkan pada workshop II tidak dilaksanakan pre dan post test. 4) hasil spot check I menunjukkan bahwa rata-rata peserta workshop memahami materi yang disampaikan dan peserta sangat bersyukur adanya workshop ini karena sesuai dengan kebutuhan guru saat ini yang masih bingung pada ranah penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa secara otentik.