Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

The Power Consumption Performance of an Orbiting Screw Solid-Solid Mixer Senda, Semuel Pati; Renanto, Renanto; Roesyadi, Achmad; Sumaryono, Wahono; Bindar, Yazid
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol 44, No 3 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.15 KB) | DOI: 10.5614/itbj.eng.sci.2012.44.3.6

Abstract

In this work we have investigated mixing in a modified orbiting screw mixer  (MOSM)  designed  for  solid-solid mixing.  Mixing  was  carried  out  using urea powder and natural zeolite powder (UZ) of three varying particle sizes (50-60, 60-80 and 80 mesh). Power consumption was calculated from the measured torque of orbit and screw, obtained from computerized records. It was found that the  mixing  process  in  the  modified  orbiting  screw  mixer  with  air  injection required a lower power consumption for each particle-size group when compared to mixing without air injection. With UZ mixing in MOSM with  air injection, the lowest E was obtained for  the 60-80 mesh particle-size group  (4,297 Joule/kg-1),whereas when mixing without  air injection, the value was  10,296 J/kg. The best mixing  operation in this experiment was achieved at NFr  =  1.18x10-3 and in the range  of  values  NRe≈  8.77x107 to  2.63x108.  Moreover,  in this  study,  we  have developed  an  equation  to  estimate the  power  consumption required  for  mixing and determined its correlation with dimensionless numbers.
PEMILIHAN TEKNOLOGI PROSES GEOTHERMAL SECARA TEKNIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI DI INDONESIA Zuchrillah, Daril Ridho; Handogo, Renanto; Juwari, Juwari
Jurnal IPTEK Vol 21, No 2 (2017)
Publisher : LPPM Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (933.548 KB) | DOI: 10.31284/j.iptek.2017.v21i2.203

Abstract

Saat ini, geothermal power plant memproduksi beban dasar listrik yang lebih murah, handal dan ramah lingkungan. Namun efisiensi konversi yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga panas bumi sangatlah kecil daripada pembangkit listrik tenaga fosil lainnya. PT. Geo Dipa Energi unit Dieng, Jawa Tengah merupakan salah satu perusahan pembangkit listrik di Indonesia yang memanfaatkan energi panas bumi berupa steam sebagai penggerak utama dengan teknologi flash steam. Pemilihan teknologi proses flash steam telah dikembangkan dengan model pendekatan matematis berdasarkan hukum termodinamika menggunakan software Engineering Equation Solver (EES). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas fisik steam yang dihasilkan dari sumur produksi dalam suhu 306 ⁰C dan mempunyai nilai entalpi sebesar 1379,7 kJ/kg, Kondisi operasi separator yang digunakan perangkat lunak EES berada di suhu 179,9 ⁰C dan tekanan 1000 kPa dengan menghasilkan daya listrik sebesar 13.929,63 kWe dengan besarnya efisiensi 23,41 %. Telah dikembangkan simulasi pemodelan dengan kombinasi antara single flash steam dengan binary cycle. Kombinasi teknologi single flash steam dan binary cycle ini menghasilkan daya sebesar 18.456,24 kW dengan efisiensi overall plant sebesar 31,02 %. Hal tersebut memiliki efisiensi terbesar sehingga dirujuk sebagai pilihan teknologi proses geothermal yang tepat untuk PLTP PT. Geo Dipa Energi unit Dieng, Jawa Tengah. Sedangkan teknologi kombinasi single flash dengan dual binary cycle ini menghasilkan daya sebesar 18.329,768 kW dengan efisiensi overall plant sebesar 30,81 %.
Simulation of Hydrogen Purification using Two Bed System Pressure Swing Adsorption Pratiwi, Vibianti Dwi; Juwari, Juwari; Handogo, Renanto
IPTEK Journal of Proceedings Series No 2 (2017): The 2nd Internasional Seminar on Science and Technology (ISST) 2016
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.617 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2017i2.2272

Abstract

Hydrogen has various functions in chemical industries, as an agent of organic compounds synthesis, a reactant in hydrocracking, hydroalkelation, and hydrodesulfurization process in petrochemical industry, a reactant in hydrogenated fat process, a reductant agent in material industry, methanol production, silicon manufacture. Therefore, hydrogen purification is very important process for the industry processes. Pressure Swing Adsorption (PSA) is commonly used hydrogen purification process. Different utility used for hydrogen purification using PSA will change adsorbent’s capacity and pressure to separate the mixture of gas into desirable components. In this study, pressure is varied from 2 to 10 bar and adsorbents are used silica gel and activated carbon. Hydrogen purification using two beds system PSA is simulated using Aspen Adsorption software. Based on the simulation result, it can be concluded that the pressure that gives most steady system is at 7 bar, which produces 99,92 % hydrogen purity using activated carbon in bed 1 and silica gel in bed 2.
Heat Exchanger Network Optimization in A Natural Gas Dehydration Unit Kurniawan, Adhi; Juwari, Juwari; Handogo, Renanto
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2020): 6th International Seminar on Science and Technology 2020 (ISST 2020)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2020i6.11114

Abstract

A dehydration unit using triethylene glycol absorption is a common process in natural gas processing. In its regeneration section, the regenerated lean glycol needs to be cooled before entering the glycol absorber, while the rich glycol is to be preheated before entering the regenerator. This is a good candidate for heat exchanger network (HEN) optimization. In this work, the HEN was revisited using pinch analysis (PA) and mathematical programming (MP) using superstructure. The optimized networks were evaluated using simplified total annual cost (TAC). The PA method using small Tmin (minimum temperature approach) led to the configuration of three exchangers, a heater and a cooler, with minimized utilities. At larger Tmin, the configuration became into two exchangers, two heaters, and a cooler. The minimum calculated TAC is $60,351/year at Tmin = 12.5oC. Furthermore, it was revealed that one heater and one exchanger were two small. Therefore, they were omitted, and the heat load were redistributed to the network. The calculated TAC became $59,224/year. The superstructure approach resulted in two exchangers, a heater, and a cooler; with a calculated minimum TAC of $57,597/year. The two approaches have resulted in very similar minimized TAC.
Identifikasi Jumlah dan Tingkat Aktivitas Orang Berbasis Pengolahan Citra Menggunakan Raspberry Pi Daniel Krisrenanto; Muhammad Rivai; Fajar Budiman
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.756 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21397

Abstract

Air conditioner (AC) merupakan suatu perangkat yang paling banyak digunakan sebagai pendingin ruangan. Walaupun AC saat ini sudah menggunakan teknologi hemat energi, namun apabila tidak digunakan dengan baik maka penggunaan AC hanya menjadi suatu pemborosan listrik saja. Untuk mengurangi pemborosan listrik pada AC, maka pengaturan suhu harus disesuaikan dengan kondisi ruangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ruangan antara lain adalah jumlah orang serta tingkat aktivitas dalam ruangan. Sebagai upaya penghematan konsumsi listrik pada AC, maka dalam penelitian ini dilakukan rancang bangun suatu sistem identifikasi jumlah orang dan tingkat aktivitas. Pada sistem ini digunakan kamera USB sebagai perangkat pengambil citra. Pada pengolahan citra menggunakan metode Histogram of Oriented Gradient (HOG) sebagai penghitung jumlah orang, sedangkan metode background subtraction digunakan sebagai penghitung tingkat aktivitas. Sistem ini diimplementasikan ke dalam Raspberry Pi 3 sebagai mikrokontroler. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem dapat mendeteksi orang dari jarak 3 m sampai 9 m dan membedakan 2 orang dengan jarak antara 30 cm sampai 150 cm. Sistem juga dapat membedakan tingkat aktivitas sedikit, sedang dan tinggi.
Analisis Risk Assessment Menggunakan Process Hazard Analysis (PHA) dan Safety Objective Analysis (SOA) pada Central Gathering Station (CGS) di Onshore Facilities Dimas Jouhari; Lino Meris Rahmanto; Renanto Handogo; Juwari Purwo Sutikno; Ari Widodo
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.241 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i1.5546

Abstract

Keselamatan proses merupakan faktor utama yang sering dibahas oleh industri-industri kimia beberapa tahun terakhir ini. Salah satu metode semi-kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menetapkan tingkat risiko bahaya yaitu dengan Process Hazard Analysis (PHA) dan Safety Objective Analysis (SOA). Hazard and Operability Studies (HAZOP) dan What-If Analysis merupakan metode identifikasi bahaya kualitatif yang sering diterapkan secara simultan untuk PHA-SOA. Process Hazard Analysis (PHA) ialah rangkaian aktivitas mengidentifikasi hazard, mengestimasi konsekuensi, mengestimasi likelihood suatu skenario proses disertai dengan safeguard, dan mendapatkan risk ranking yang dapat dilihat pada matrik PHA 6x6. Sedangkan Safety Objective Analysis (SOA) merupakan rangkaian aktivitas yang bergantung pada penyebab skenario, dan konsekuensi dari PHA, menghasilkan kebutuhan IPL (Independent Protective Layer) menggunakan matrik SOA 6x6. Risk ranking 6 pada penilaian PHA diketegorikan aman jika safeguard yang ada selalu siap mengurangi risiko yang timbul dari skenario tersebut. Namun tidak semua safeguard dapat selalu siap mengurangi risiko tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya analisis tambahan untuk memastikan risiko dari skenario dapat diperkecil. Analisis safety suatu skenario dengan SOA menghasilkan kebutuhan IPL yang dapat ditutup dengan mengkonfirmasi safeguard yang sesuai menjadi IPL. Hasil penilaian PHA-SOA CGS 1, CGS 3, CGS 4, dan CGS 5 menunjukkan bahwa ada penilaian severity dan PHA-SOA likelihood yang berbeda di tiap CGS padahal proses pada CGS tersebut identik, maka perlu adanya analisis konsistensi. Hasil analisis konsistensi ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan safety review pada risk assessment workshop kedepannya, yang biasanya diadakan setiap tiga hingga lima tahun sekali oleh industri.
Pra Desain Pabrik Pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern Nur Faizah; Liga Indriyani; Juwari Juwari; Renanto Handogo
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28823

Abstract

Ketersediaan bahan baku Bittern (limbah garam) yang melimpah di Indonesia dan masih belum terproduksi sendiri oleh Indonesia menjadikan prospek pendirian pabrik pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern di Indonesia ini sangat bagus karena selama ini Indonesia  masih impor pupuk MgSO4.7H2O  dari luar negeri. Selama ini Bittern seringkali dibuang langsung di perairan oleh masyarakat padahal kaya akan kandungan magnesium dan unsur lainnya. MgSO4.7H2O banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri, salah satunya dapat digunakan untuk pupuk pertanian. Dalam pertanian, magnesium sulfat digunakan untuk memenuhi kurangnya magnesium atau belerang dalam tanah, magnesium merupakan elemen penting dalam molekul klorofil, dan sulfur adalah makronutrien penting lainnya. Dengan melihat tingkat konsumsi yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat pula, pada masa yang akan datang, kebutuhan Indonesia akan pupuk MgSO4.7H2O akan semakin bertambah oleh karena itu didirikan Pabrik pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern ini tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Bahan baku pembuatan pupuk MgSO4.7H2O adalah Bittern, dengan bahan pembantu Natrium hidroksida (NaOH) dan larutan asam sulfat (H2SO4). Karena sampai saat ini, pemenuhan kebutuhan pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern sebagian besar masih impor dari negara seperti China dan India. Berdasarkan analisis ekonomi, laju pengembalian modal (IRR) pabrik ini sebesar 89,98% pada tingkat suku bunga per tahun 12%, dengan laju inflasi sebesar 4% per tahun. Sedangkan untuk waktu pengembalian modal (POT) adalah 2,5 tahun dan titik impas (BEP) sebesar 33% melalui cara linear. Umur dari pabrik selama 10 tahun dan masa konstruksi adalah 2 tahun. Untuk memproduksi pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern sebanyak 20.000 ton/tahun, diperlukan biaya total produksi per tahun (TPC) sebesar Rp 211.692.880.452,00 dengan biaya investasi total (TCI) sebesar Rp 145.044.056.977,00 dan total penjualan sebesar Rp 220.000.000.014,00 Dengan melihat aspek penilaian analisis ekonomi dan teknisnya, pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern ini layak untuk didirikan.
Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh; Wisnu Kusuma Atmaja; Juwari Purwo Sutikno; Renanto Handogo
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.618 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28915

Abstract

Ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak, membuat bahan bakar minyak menjadi komoditas utama dan krusial di sektor energi,. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia masih melakukan impor minyak bumi demi memenuhi kebutuhan BBM masyarakat. Saat ini, negara melalui PT. Pertamina (persero) menyediakan sekitar Rp1,15 triliun setiap hari untuk impor minyak mentah dan BBM. Dintaranya untuk impor BBM. Permasalahan lain mengenai BBM yang sering terjadi adalah masalah distribusi BBM ke seluruh pelosok negeri. Data menyebutkan bahwa distribusi penggunaan minyak bumi di Indonesia cenderung terpusat di Pulau Jawa. Di luar Pulau Jawa, bahan bakar minyak sangat sulit didapat. Faktanya, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi yang tersebar hampir di setiap pulau. Namun, hal ini tidak didukung dengan jumlah kilang minyak bumi yang memadai. Salah satu solusinya adalah dengan membangun kilang-kilang baru. Namun, membangun kilang dengan skala besar dengan produksi minimum 300,000 bpd akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Oleh karena itu pemerintah menargetkan pembangunan kilang-kilang skala kecil untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Karena produksi minyak di Indonesia dalam skala kecil maka akan lebih efisien dan ekonomis bila membangun kilang mini (<20,000 bpd) di setiap daerah sumber crude oil. Berdasarkan analisis ekonomi, laju pengembalian modal (IRR) pabrik ini sebesar 43 % pada tingkat suku bunga per-tahun 10,25% dan laju inflasi sebesar 3,35% per-tahun. Sedangkan untuk waktu pengembalian modal (POT) adalah 4,235 tahun dan titik impas (BEP) sebesar 54,18% melalui pembuatan grafik linear BEP. Umur dari pabrik selama 10 tahun dan masa konstruksi selama 2 tahun. Untuk mengolah 10000 barrel crude oil per-hari menjadi beberapa produk diperlukan biaya total produksi (TPC) sebesar Rp 3.713.409.763.696,68 dengan biaya investasi total Rp 292.774.958.752,83 dan total hasil penjualan sebesar Rp 3.903.215.502.396,54 . Dengan memperhitungkan aspek penilaian analisa ekonomi dan teknisnya, maka Pabrik Produksi Gasoline pada Kilang Minyak Skala Kecil ini layak untuk didirikan.
Pra Desain Pabrik Urea dari Amonia dan CO2 Berbasis Proses Stamicarbon CO2 Stripping Mochamad Irfan Dwiputro; Aufal Nawasanjani; Renanto Renanto; Rendra Panca Anugraha
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i1.61759

Abstract

Indonesia merupakan negara agraris dimana mayoritas penduduknya merupakan petani yang bekerja pada sektor pertanian dengan berkembangnya sektor pertanian, perkebunan, dan tanaman pangan serta sektor industri lain menyebabkan kebutuhan produk pupuk urea meningkat. Oleh sebab itu, kebutuhan pupuk urea sebagai faktor penunjang sangat diperlukan. Lokasi pabrik direncanakan di Kawasan Industri Kaltim Industrial Estate, Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Bahan baku utama dalam proses pembuatan pupuk urea adalah amonia cair yang memiliki komposisi sebesar 99,8% NH3 dan 0.2% H2O. Selain itu, terdapat bahan baku penunjang yaitu CO2. Kapasitas produksi pupuk urea ini direncanakan sebesar 570.000 ton urea/tahun. Proses produksi pupuk urea dari ammonia dan CO2 pada pabrik yang akan didirikan menggunakan proses stamicarbon, dimana menggunakan gas CO2 sebagai agen stripping dalam menjalankan prosesnya. Untuk tahapan proses yang pertama adalah persiapan bahan baku kemudian dilanjutkan dengan proses sintesa urea yang terjadi melalui peralatan HPCC, reaktor, dan stripper. Setelah proses sintesa, dilanjutkan dengan proses resirkulasi larutan karbamat dengan yang akan digunakan kembali dengan cara memisahkan dari larutan urea kemudian di resirkulasi kembali ke reaktor. Kemudian dilanjutkan proses pemurnian yaitu memurnikan larutan urea yang masih ada sedikit kandungan karbamat dan reaktan sisa dan meningkatkan kepekatan urea nya. Setelah itu larutan urea pekat dialirkan menuju prilling tower untuk dirubah menjadi bentuk urea prill. Untuk studi kelayakan Pra Desain Pabrik ini, dari segi ekonomi telah dilakukan analisa ekonomi dengan hasil. Total Investasi (TCI) yang didapat adalah sebesar Rp 898.483.250.725,22 dan Net Present Value (NPV) yang didapat adalah sebesar Rp 2.200.043.820.353,20 atau sama dengan positif. Internal Rate of Return (IRR) pabrik ini adalah 38,16%. Dengan waktu pengembalian modal pabrik pada 2,47 tahun. Sedangkan pada analisa sensitifitas, penambahan dan pengurangan harga bahan baku dan harga produk hingga sebanyak 20%. Sehingga berdasarkan analisa-analisa yang telah dilakukan, pabrik urea ini layak untuk didirikan.
Pra Desain Pabrik Asam Klorida dari Elektrolisis Garam Industri Kevin Kevin; Vincentius Lukas Aria; Renanto Handogo; Juwari Purwo Sutikno
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.68949

Abstract

Pra-desain pabrik asam klorida (HCl) akan didirikan di Kota Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 50.000 ton/tahun. Produk yang dihasilkan adalah larutan HCl 33% dan produk samping larutan NaOH 32%. Bahan baku utama yang digunakan adalah garam industri NaCl beserta beberapa bahan baku penunjang seperti asam sulfat (H2SO4) 98%, natrium karbonat, dan bahan pretreatment lainnya. Metode produksi yang digunakan adalah elektrolisis garam klorida (NaCl) yang menghasilkan gas H2 dan Cl2 yang kemudian direaksikan untuk membentuk HCl. Mula-mula, garam masuk ke unit pretreatment dengan tujuan untuk menghilangkan impurities pada garam. Garam akan dilarutkan dengan air dan ditambahkan natrium karbonat serta flocculant sebagai reagen. Pengotor-pengotor akan terendap sebagai CaCO3 dan MgCO3. Larutan garam yang sudah bersih kemudian masuk ke sel elektrolisis. Tipe sel elektrolisis yang digunakan adalah sel membrane agar menghasilkan yield Cl2 yang optimal serta meminimalisir penggunaan energi listrik dalam prosesnya. Pada bagian anoda, ion Cl- teroksidasi menghasilkan gas Cl2. Sementara pada bagian katoda akan diumpankan larutan NaOH 30,5%. Pada katoda, air akan tereduksi menghasilkan gas H2 sementara ion Na+ pada anoda akan bergerak melalui membran berikatan dengan ion OH- menghasilkan larutan NaOH dengan konsentrasi 32% sebagai produk samping. Gas reaktan Cl2 dan H2 akan melalui proses treatment untuk menghilangkan air. Gas Cl2 perlu dibersihkan dari air sebab Cl2 basah bersifat korosif [1]. Proses dilakukan dengan cara pendinginan sehingga air terkondensasi, dilanjutkan dengan penyerapan air oleh larutan H2SO4 pekat. Sementara itu, H2 dipisahkan dari air melalui pendinginan. Gas yang cukup terbebas dari air direaksikan dalam reaktor untuk membentuk gas HCl. Gas HCl kemudian dikontakkan dengan air dalam falling film absorber sehingga terbentuk larutan HCl 33%. Pabrik ini memerlukan capital expenditure sebesar Rp 549.807.392.118 dan operating expenditure sebesar Rp 148.890.808.466. Melalui analisa ekonomi didapat NPV pabrik senilai Rp 2.040.057.494.912, IRR sebesar 32,29%, POT 3,75 tahun, dan BEP 22,45%. Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa pabrik HCl ini layak untuk didirikan.