Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Studi Eksperimen Variasi Laju Pendinginan Kondensor pada Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Boby Himawan Putra Prasetya; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (864.443 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.2841

Abstract

Teknologi pendinginan lama yang mulai digunakan salah satunya adalah mesin pendingin Difusi Absorpsi COP dari mesin pendingin difusi absorpsi banyak dipengaruhi dari  desain generator. Pada penelitian ini eksperimen dilakukan dengan mendesain ulang generator pada mesin pendingin difusi absorpsi yang menggunakan pasangan refrigeran R22-DMF serta penambahan fan di kondensor. Metode dalam penelitian ini adalah pengambilan data dilakukan dengan empat variasi laju pendinginan pada kondensor. Hasil yang diperoleh dari pengujian untuk variasi laju pendinginan dari 0,711 m/s hingga 2,291 m/s yaitu semakin tinggi laju pendinginan maka semakin baik performa pada sistem. Kapasitas pendinginan optimal ialah 143 W, COP tertinggi 0,96, laju alir massa refrigeran terbesar ialah 0,72 gram/s, dan circulation ratio terendah yaitu 2,11.
Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Temperatur dan Debit Thermal Oil Sebagai Heater Generator Terhadap Performansi Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Denis Aryanto; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6095.43 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i1.9137

Abstract

Sistem pendingin saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk menunjang berbagai aktifitas manusia. Salah satu teknologi pendinginan yang ada saat ini adalah sistem refrijerasi difusi absorpsi atau DAR (Diffusion Absorption Refrigeration). Sistem ini menggunakan generator untuk menjalankan sistemnya sebagai pengganti kompresor pada sistem kompresi uap. Pada penelitian ini digunakan thermal oil yang dipanaskan dengan menggunakan electric heater sebagai sumber panas pada generator.  Fluida kerja yang digunakan dalam sistem adalah pasangan refrijeran-absorben R22-DMF (Dimethylformamide) dengan konsentrasi massa 60%-40% serta gas hidrogen sebagai gas inert. Pengujian sistem dilakukan dengan mengkombinasikan 3 variasi debit thermal oil yang masuk ke generator yaitu sebesar 6 liter/jam, 8 liter/jam dan 10 liter/jam dengan 3 variasi temperatur thermal oil sebesar 90ºC, 110 ºC dan 130 ºC. Hasil unjuk kerja terbaik dari sistem difusi absorpsi ini yaitu nilai COP terbesar 0.612 didapatkan pada temperatur thermal oil sebesar 130ºC dengan debit thermal oil sebesar 8 liter/jam. Untuk nilai kapasitas pendinginan ) terbesar diperoleh sebesar 139,1 watt, laju perpindahan panas pada generator ( ) 233 watt, laju perpindahan panas pada kondensor 143 watt, laju alir massa refrijeran 0.000721 kg/s serta efisiensi generator 0,233 yang didapatkan pada temperatur thermal oil sebesar 130ºC dan debit 6 liter/jam.
Pengujian Karakteristik Kerja Pada Low Stage Sistem Refrijerasi Cascade Dengan Refrijeran R-407f Sebagai Alternatif Ramah Lingkungan Dari R-404a Dengan Variasi Beban Pendinginan Ruben Indurain Pinnata; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.5 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i2.12593

Abstract

Sistem refrijerasi Cascade terdiri dari dua sistem refrijerasi uap tunggal dimana evaporator dan kondensor dari kedua sistem tunggal digabungkan pada sebuah intermediate heat exchanger. Sistem refrijerasi Cascade menggunakan dua jenis refrijeran temperature tinggi dan temperatur rendah dimana R-404a paling banyak digunakan di Indonesia sebagai refrijeran temperatur rendah ini. Meskipun banyak digunakan, R-404a memiliki Global Warming Potential yang tinggi sehingga penggunaan refrijeran alternatif yang mampu bekerja di sistem R-404a namun tetap menghasilkan performa yang baik perlu untuk dicari. Pada penelitian ini, R-407f yang diklaim cocok [1] sebagai refrijeran pengganti dan memiliki kadar GWP [2] yang rendah digunakan sebagai refrijeran alternatif. Data pada eksperimen yang dilakukan ini didapatkan dari mesin sistem refrijerasi Cascade, sistem refrijerasi dua tahap dimana pada High stage digunakan refrijeran Musicool-22 (propane) dan menggunakan R-407F pada Low stage. Karakteristik kerja evaporator low stage diukur pada keadaan tanpa beban, dengan penambahan beban yaitu heater yang dialiri tegangan 0, 120, 180 dan 240 Volt. Hasil yang didapatkan dari pengujian eksperimen ini adalah sistem cascade dengan R407f sebagai refrijeran tanpa mengganti komponen lainnya beroperasi dengan lebih baik. Dari pengujian didapatkan bahwa sistem memerlukan laju masa R407f yang lebih rendah sehingga lebih hemat pada rata-rata 0.001 kg/s, Temperatur terendah evaporator mencapai -42.5°C dan temperatur kabin -35.15°C, Kompresor membutuhkan daya yang lebih rendah sehingga koefisien prestasi rata-rata yang didapatkan adalah 1.32 sementara rasio pembuangan kalor yang didapat lebih mendekati angka 1 yaitu 1.74. Efektivitas dari evaporator low stage yang didapat secara rata-rata 99.99%, daya keluaran kompresor LS minimum adlaah 75[W] dan maksimum 150[W] sementara efisiensi isentropis kompresor LS maksimum 59.41%.
Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya Wahyu Priatna; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.511 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.20015

Abstract

Sistem pengkondisian udara menggunakan Air conditioner tidak hanya berfungsi sebagai pendingin, melainkan dituntut untuk dapat menghasilkan suatu kondisi udara nyaman. Perencanaan ulang yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan yang digunakan apakah telah sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Perencanaan ulang ini dilakukan dengan perhitungan beban pendinginan dari setiap ruangan dan penurunan tekanan pada saluran ducting dengan menggunakan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference) dengan memperhatikan letak geografis, dimensi, konstruksi dan kondisi luar bangunan. Desain temperatur ruangan didasarkan pada ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers) standard comfort zone sedangkan desain di luar gedung didasarkan pada data dari BMKG Juanda. Dari hasil perhitungan beban pendinginan dan kapasitas udara, didapatkan peralatan pengkondisian udara yakni AHU dan FCU yang mengalami kelebihan kapasitas pendinginan dan kapasitas udara suplai menyebabkan ruangan yang dikondisikan nantinya tidak berada pada kondisi nyaman dikarenakan temperatur yang dihasilkan lebih rendah dari temperature ruangan pada kondisi nyaman. Dari hasil perhitungan, juga didapatkan peralatan pengkondisian udara dengan kapasitas yang lebih rendah dari kapasitas perencanaan ulang pada kondisi nyaman menyebabkan kondisi ruangan tidak lagi pada kondisi nyaman. Dari hasil perhitungan perencanaan ulang juga didapatkan besar fan static pressure yang dibutuhkan oleh tiap peralatan pengkondisian udara untuk mensirkulasikan udara didalam system termasuk menyalurkan udara suplai keruangan yang dikondisikan dimana kebutuhan fan static pressure terbesar ialah pada FCU 1-6 sebesar 318,33 Pa dan terkecil pada FCU 206 sebesar 1,08 Pa.
Studi Eksperimen Unjuk Kerja Sistem Refrigerasi Single State Dengan Variasi Expansion Device Saiful Maulida Irsyad; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.902 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.27525

Abstract

Air conditioner/AC (pengkondisi udara) telah menjadi kebutuhan umum pada rumah tangga dan perkantoran di kota-kota besar seperti Surabaya. Pengkondisi udara sangat diperlukan karena Indonesia memiliki iklim tropis dan kondisi udara yang cenderung lembab. Eksperimen kali ini adalah memodifikasi sistem pengkondisian dengan tipe AC split. AC split yang tersusun dari sebuah indoor unit dan outdoor unit dirangkai dengan alat ekspansi berupa Thermostatic Expansion Valve(TXV) dan pipa kapiler, serta alat ukur berupa flowmeter, termokopel, dan pressure gauge. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan variasi alat ekspansi Thermostatic Expansion Valve (TXV) dan pipa kapiler dengan beban evaporator (low, medium, high). Pada setiap variasi, pengambilan data dilakukan sebanyak tigabelas kali dengan interval 5 menit. Performa sistem refrigerasi yang telah dimodifikasi adalah COP untuk kecepatan fan low dengan nilai 3,622 dengan penggunaan TXV dan 3,779 dengan penggunaan pipa kapiler, COP untuk kecepatan fan medium dengan nilai 3,707 dengan penggunaan TXV dan 3,913 dengan penggunaan pipa kapiler, dan COP untuk kecepatan fan high dengan nilai 3,764 dengan penggunaan TXV dan 3,439 dengan penggunaan pipa kapiler. Sedangkan HRR untuk kecepatan fan low dengan nilai 1,276 dengan penggunaan TXV dan 1,265 dengan penggunaan pipa kapiler, HRR untuk kecepatan fan medium dengan nilai 1,270 dengan penggunaan TXV dan 1,256 dengan penggunaan pipa kapiler, dan HRR untuk kecepatan fan high dengan nilai 1,291 dengan penggunaan TXV dan 1,266 dengan penggunaan pipa kapiler. Terjadi peningkatan COP dan HRR seiring dengan peningkatan beban pendinginan.
Studi Eksperimen Pengaruh Viskositas Pelumas Terhadap Performansi Compressor Refrigeration Hairun Apriadi Ramadhan; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.548 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.27531

Abstract

Minyak pelumas atau oli kompresor pada sistem AC berguna untuk melumasi bagian-bagian kompresor agar tidak cepat aus karena gesekan. Selain untuk mengurangi dan memperkecil gesekan dan keausan diantara permukaan-permukaan mesin yang bergerak, pelumas juga berperan untuk menyerap panas yang timbul karena gesekan antara komponen-komponen mesin, hal ini membuat komponen mesin terhindar dari overheating atau panas berlebih. Akan tetapi ada kemungkinan performansi kompresor dapat bekerja dengan baik dengan oli kompresor yang memiliki viskositas yang stabil. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain AC split, refrigeran jenis terhidrogenasi chlrofluokarbon, pelumas jenis mineral oil. AC split yang tersusun dari sebuah indoor unit dan outdoor unit dirangkai dengan TXV (thermostatic expansion valve), inverter, serta alat ukur berupa flowmeter, termokopel, dan pressure gauge. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan variasi putaran evaporator fan (low, medium, high), pengguanaan oli seri 3GS, 4GS dan 5GS. Pada setiap variasi, pengambilan data dilakukan selama 1 jam dengan interval 5 menit. Hasil yang didapatkan dari studi eksperimen pengaruh viskositas pelumas terhadap performansi compressor refrigeration, dengan penggunaan viskositas 100cSt(5GS) efisiensi kompresor yang dihasilkan pada beban high mencapai 73.6% dan nilai tesebut lebih besar jika dibandingkan dengan kedua viskositas 55cSt(4GS) dan 30cSt(3GS), yaitu 72.1% dan 70.3% pada pada kondisi beban high. Penggunaan viskositas yang lebih tinggi, menghasilkan efisiensi kompresor yang lebih besar sehingga mempengaruhi kerja kompresor.
Simulasi Cycle Tempo Pengaruh Kondisi Operasi HPH Off Service terhadap Performa PLTU Paiton Unit 9 Narumi Dwi Ramadhanti; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.927 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.46629

Abstract

Feedwater heater yang digunakan pada sistem pembangkit tenaga uap adalah low pressure heater (LPH), high pressure heater (HPH), dan deaerator. PLTU Paiton Unit 9 menggunakan 4 LPH, 3 HPH, dan 1 deaerator. High Pressure Heater (HPH) berfungsi meningkatkan temperatur feedwater yang akan dipanaskan di dalam boiler sehingga penggunaan bahan bakar lebih sedikit. Pada kondisi aktual HPH sering menghadapi masalah sehingga harus dilakukan perbaikan, yang mengharuskan HPH dalam kondisi off service. Kondisi tersebut memengaruhi daya netto, net plant heat rate, dan efisiensi sistem pembangkit. Pada PLTU Paiton Unit 9, apabila salah satu HPH mengalami kerusakan maka seluruh HPH tidak beroperasi karena by pass dipasang dari deaerator langsung menuju ke boiler. Oleh karena itu, dilakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruh kondisi off service HPH terhadap performa pembangkit. Analisis dilakukan pada software Cycle Tempo 5.0 dan menggunakan data operasi aktual. Setelah itu memvariasikan simulasi dengan mengatur kondisi operasi HPH, dilakukan dengan mengatur bukaan valve yang masuk ke sisi tube HPH. Hasil penelitian dari variasi kondisi HPH off service yaitu kondisi yang paling optimal adalah kondisi eksisting dengan nilai NPHR terendah yaitu 2452,047 kCal/kWh dan nilai efisiensi sistem tertinggi yaitu 35,236%. Variasi yang paling merugikan adalah variasi HPH 1,2,3 off dengan nilai NPHR terbesar yaitu 2513,818 kCal/kWh dan nilai efisiensi sistem terendah yaitu 34,37%. Dari hasil perhitungan kecepatan fluida di dalam pipa dan beban pemanasan HPH didapatkan hasil bahwa pada variasi kondisi HPH 2 off, HPH 3 off, HPH 2 dan HPH 3 off, serta HPH 1 dan HPH 3 off , terdapat kecepatan fluida ekstraksi ke HPH melebihi kecepatan desain dan beban pemanasan HPH melebihi beban pemanasan maksimum. Hal ini karena laju massa uap ekstraksi ke HPH bertambah secara signifikan, beban pemanasan dari HPH meningkat akibat dari temperatur feedwater yang masuk ke HPH semakin rendah.
Studi Numerik Perpindahan Panas Konveksi Paksa pada Pin Fin Berpenampang Circular dengan Susunan Staggered Rezky Anugrah Wicaksono; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.997 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.47384

Abstract

Fin merupakan suatu benda aplikasi perpindahan panas secara konveksi dan konduksi. Fin sendiri digunkanan untuk meningkatkan perpindahan panas dengan cara menambah luasan atau area perpindahan panas.. Md. Abu Jafar Rasel dkk. melakukan penelitian secara numerik mengenai perpindahan panas secara konveksi pada fin yang disusun secara staggered dalam rectangular duct yang memiliki kesamaan terhadap penelitian eksperimen alat praktikum perpindahan panas yang dilakukan Alik D. (2019) yang bertujuan untuk mengetahui heat transfer rate dari base maupun fin dengan memvariasikan kecepatan inlet diameter, dan temperatur base. Analisis dilakukan menggunakan perangkat lunak ANSYS 18.1 sebagai pemodelan geometri dan FLUENT 18.0 sebagai solver. Pin fin berpenampang circular disusun secara staggered yang diletakkan di dalam rectangular duct. Variasi yang dilakukan berupa diameter 10 mm dan 16 mm dengan ST=20mm SL=20mm konstan dan panjang pin fin 70 mm dengan temperatur pada base plate tetap konstan sebesar 500C. Dilakukan 4 variasi kecepatan udara masuk sebesar 2.64m/s, 3.65m/s, 3.96m/s dan 4.20m/s. Untuk mendapatkan hasil yang baik, terlebih dahulu dilakukan grid independence test sehingga diperoleh kerapatan mesh yang optimal. Hasil akan ditampilkan baik secara kualitatif berupa gambar kontur temperatur dan, kontur velocity maupun secara kuantitatif berupa grafik distribusi temperatur sepanjang pin fin. Hasil penelitian menjunjukkan distribusi temperatur menurun di sepanjang fin. Temperatur permukaan fin tertinggi terdapat pada fin baris keempat. Temperatur terendah terjadi pada v = 4.20 m/s dan temperatur tertinggi terjadi pada v = 2.64 m/s. Fin diameter 10 mm mempunyai luas permukaan yang lebih kecil dan memberikan jarak antar fin yang lebih luas daripada fin diameter 16 mm. Jarak tersebut memungkikan fluida yang melalui fin dapat membawa panas dari fin dan menyebabkan penurunan temperatur yang besar. Pada kecepatan yang sama, fin 10 mm mempunyai koefisien konveksi yang lebih besar daripada fin 16 m
Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Equivalence Ratio dan Temperatur Udara Inlet pada Proses Gasifikasi Tongkol Jagung Terhadap Gasifier Tipe Downdraft Berdasarkan Prinsip Energi dan Eksergi Gianardo Satria Primandanu; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i1.82095

Abstract

Solusi untuk mengurangi penggunaan energi fosil, yaitu dengan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan, salah satunya adalah Gasifikasi Biomassa. Dari proses Gasifikasi akan menghasilkan synthetic gas, dan akan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil pada mesin diesel dual–fuel. Penelitian ini menggunakan dua analisa, yaitu analisa energi dan analisa eksergi, untuk mengetahui unjuk kerja dari gasifier. Penelitian ini bersifat simulasi dan eksperimen. Untuk metode simulasi menggunakan software Aspen Plus V10, sedangkan pada eksperimen reaktor yang digunakan untuk proses gasifikasi adalah reaktor tipe downdraft. Terdapat 3 variasi T inlet zona oksidasi yaitu 30°C, 50°C, dan 75°C, sedangkan untuk 5 variasi ER yaitu 0,2; 0,25; 0,3; 0,35; 0,4; sehingga menghasilkan nilai AFR aktual tertentu. Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai LHV tertinggi untuk hasil simulasi, yaitu pada ER 0,2 dengan T inlet 30°C sebesar 5052,65 kJ/kg, dan tertinggi untuk hasil eksperimen sebesar 3736,67 kJ/kg. Hasil cold gas efficiency tertinggi untuk hasil simulasi pada ER 0,35 dengan T inlet 30°C yaitu sebesar 36,47%, dan hasil eksperimen yaitu pada ER 0,35 dengan T inlet 30°C didapatkan 53,84%. Sedangkan nilai efisiensi eksergi tertinggi untuk hasil simulasi yaitu pada ER 0,2 dan T inlet 30°C, didapatkan nilai 34,06%, dan untuk hasil eksperimen yaitu 25,45% pada ER 0,2 dengan T inlet 30°C.
Analisa Energi dan Eksergi Unjuk Kerja Mesin Diesel Dual Fuel Biodiesel (B30)-Syngas Hasil Gasifikasi Pelet Kayu dengan Perubahan Air Fuel Ratio dan Beban Daya Hendro Hendro; Ary Bachtiar Krishna Putra
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.76036

Abstract

Ketergantungan manusia akan penggunaan energi fosil sebagai sumber energi pembangkit listrik dapat direduksi dengan penggunaan syngas hasil gasifikasi biomassa yang dapat digunakan pada mesin diesel dual fuel. Pada mesin diesel dual fuel terdapat permasalahan berupa penurunan efisiensi termal yang disebabkan oleh rendahnya air fuel ratio (AFR), sehingga mengakibatkan terjadinya campuran kaya. Untuk mengetahui parameter unjuk kerja mesin diesel dual fuel dapat digunakan metode analisa eksergi yang mampu menunjukkan kualitas dan kuantitas suatu energi serta besarnya loses selama proses konversi energi. Penlitian ini menggunakan mesin diesel generator set yang dihubungkan dengan pembebanan lampu yang diatur dengan daya keluaran 500W-3000W dan kenaikan interval setiap 500W. Variasi yang dilakukan adalah dengan melakukan perubahan air fuel ratio (AFR) serta melakukan penambahan mass flowrate udara yang akan memasuki ruang bakar menggunakan blower. Terdapat 5 jenis variasi AFR yang diatur oleh dimmer sesuai dengan kapasitas blower. Nilai AFR yang digunakan adalah 10, 15, 20, 22, dan 25. Hasil yang didapatkan berupa variasi AFR 15 memberikan hasil yang optimum terhadap unjuk kerja mesin diesel dual fuel. Terdapat penurunan laju konsumsi bahan bakar biodiesel yang cukup signifikan yaitu 0,0001236 kg/s (0,1236 gram/s), dibandingkan dengan sistem single fuel yaitu sebesar 0,000287 kg/s (0,287 gram/s). Efisiensi thermal sistem single fuel masih berada di atas sistem dual fuel. Namun, efisiensi thermal pada variasi AFR 15 masih berada diatas variasi AFR lainnya dan memiliki nilai rata-rata sebesar 20%. Efisiensi eksergi sistem dual fuel masih berada dibawah sistem single fuel yang dikarenakan penambahan syngas membuat kinerja mesin diesel kurang optimal. Eksergi input yang masuk ke mesin diesel menjadi lebih besar sedangkan daya yang dihasilkan cenderung sama. Penghematan konsumsi biodiesel terbaik berada pada variasi AFR 15 dengan rata-rata jumlah biodiesel tersubstitusi atau jumlah penghematan sebesar 58%.