Titah, Harmin Sulistiyaning
Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Studi Kemampuan Desalinasi Air Laut Menggunakan Sistem Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) pada Kapal Pesiar Artia Anandea Ragetisvara; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.63933

Abstract

Industri kapal pesiar merupakan industri penting pada sektor transportasi laut dalam dunia maritim, yang berperan sebagai bisnis pariwisata bersifat kompleks. Perkembangan industri kapal pesiar diiringi oleh perkembangan teknologi pada kapal, salah satunya berupa teknologi desalinasi air laut untuk menghasilkan air tawar. Reverse Osmosis (RO) merupakan salah satu sistem dalam teknologi desalinasi yang seringkali dipergunakan untuk memenuhi persediaan air tawar pada kapal. Pengaplikasian sistem RO sangat dibutuhkan mengingat besarnya kebutuhan air tawar dan untuk mencukupi kebutuhan air tawar. Kinerja RO bergantung pada kualitas air laut sebagai sumber air bakunya. RO bekerja dengan memanfaatkan tekanan osmosis. Adanya tekanan hidrostatik yang lebih besar dari tekanan osmotik dimanfaatkan untuk membalikkan aliran, sehingga menghasilkan air tawar. RO memanfaatkan proses pompa bertekanan tinggi untuk mengalirkan air laut melewati struktur polimer membran. Pada RO terdapat konfigurasi modul membran utama yang memiliki dua fungsi, yaitu mendukung kinerja membran RO dan menyediakan manajemen fluida yang efisien. Dalam studi kasus yang berada pada Pelabuhan Palma, berlokasi di Kota Palma (Mallorca, Kepulauan Balearic, Spanyol) menunjukkan bahwa pada pelabuhan tersebut terjadi peningkatan penarikan air tawar oleh kapal pesiar. Kapal pesiar mengisi ulang kebutuhan air tawar setiap berlabuh, sehingga aktivitas kapal pesiar menjadi ancaman bagi ketersediaan air di pulau tersebut. Penanganan permasalahan kebutuhan air tawar pada kapal pesiar adalah dengan diaplikasikannya sistem RO pada kapal. RO mampu memasok kebutuhan air dengan debit produksi yang dibutuhkan, yakni sebesar 32,25 m3/jam. Rangkaian sistem RO disusun berdasarkan kualitas air laut yang digunakan sebagai air baku. Disamping sistem RO, dibutuhkan pula pengolahan air limbah termasuk pengolahan brine effluent atau RO Concentrate (ROC) sebagai produk samping dari RO.
Kajian Pengaruh Penggunaan Biosurfaktan Rhamnolipida dan Surfaktin pada Proses Bioremediasi Tanah Tercemar Crude Oil Nelly Amelia; Titah Harmin Sulistiyaning
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.64012

Abstract

Kegiatan eksplorasi, transportasi dan pemurnian minyak dan gas memiliki potensi menimbulkan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah crude oil. Lingkungan yang tercemar crude oil akan memiliki dampak serius terhadap tanah. Salah satu pencemaran tanah yang terjadi di Indonesia berada di pertambangan minyak bumi rakyat Desa Wonocolo, Kecamatan Kadewan, Kabupaten Bojonegoro. Desa Wonocolo sendiri merupakan desa dengan jumlah sumur dan produksi minyak terbanyak di kawasan tambang minyak bumi rakyat di Kecamatan Kedewan. Kondisi ini berpotensi mengakibatkan terjadinya pencemaran tanah oleh crude oil akibat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tumpahan atau ceceran dari berbagai kegiatan tersebut secara terus menerus yang masih dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, tradisional, dan tanpa teknik operasional yang baik. Bioremediasi merupakan salah satu metode alternatif yang potensial dalam mengolah tanah tercemar minyak mentah karena dinilai lebih murah dan ramah lingkungan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja mikroba dalam proses bioremediasi adalah dengan menggunakan biosurfaktan. Biosurfaktan yang terbukti efektif dalam mengolah crude oil pada proses bioremediasi tanah tercemar adalah rhamnolipida dan surfaktin karena memiliki kemampuan dalam mendegradasi hidrokarbon.
Pengolahan Air Limbah dari Kegiatan Pemeliharaan dan Pencucian Lokomotif dengan Menggunakan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Niswah Nafiat; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.64013

Abstract

Kegiatan pemeliharaan dan pencucian lokomotif menghasilkan air limbah yang mengandung fosfat, COD, dan BOD yang tinggi. Metode pengolahan yang digunakan yaitu dengan tumbuhan atau disebut fitoproses. Penelitian ini menggunakan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes). Sebelum dilakukan fitoproses, tahap propagasi, aklimatisasi, dan range finding test (RFT) dilakukan terlebih dahulu terhadap tumbuhan air yang digunakan. Kemudian, penelitian utama atau fitoproses dilakukan pada reaktor berupa kontainer berukuran 30 L dengan dimensi 38,5 x 30 x 24 cm selama 14 hari. Penelitian ini menggunakan air limbah yang berasal dari Depo Lokomotif Sidotopo, Surabaya yang memiliki nilai pH 6,3, fosfat 91,25 mg/L, COD 20944 mg/L, dan BOD 7960 mg/L. Pada tahap RFT menunjukkan bahwa tumbuhan eceng gondok dapat bertahan pada konsentrasi 40%. Lalu, hasil fitoproses menunjukkan bahwa tumbuhan eceng gondok dapat menyisihkan fosfat sebesar 99,9%, COD sebesar 90,5%, dan BOD sebesar 99,7%.
Kajian Fitoremediasi untuk Rehabilitasi Lahan Pertanian Akibat Tercemar Limbah Industri Pertambangan Emas Koesma Nurina Ghassani; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i1.82682

Abstract

Banyaknya pengalihan fungsi lahan menjadi kawasan industri pertambangan, dimana pembangunan industri tersebut berdampak positif dan juga berdampak negatif bagi pembangunan pertanian, antara lain yaitu jika pembuangan limbah industri tidak melalui pengolahan terlebih dahulu (IPAL), hasil pembuangan limbahnya berpotensi untuk mencemari lingkungan, khususnya terhadap tanah-tanah pertanian, diantaranya adalah logam berat, yang berpotensi terhadap percemaran lingkungan pertanian, yaitu Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Kadmium (Cd), Krom (Cr), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Kobalt (Co), dan Nikel (Ni). Oleh karena itu, perlu dicari alternatif penanggulangannya melalui penelitian rehabilitasi lahan. Penyingkiran polutan logam berat menggunakan metode fitoremediasi dengan mekanisme fitoekstraksi menggunakan tumbuhan hiperakumulator yang mampu mengikat Merkuri (Hg) secara cepat dan tepat. Jenis tumbuhan yang digunakan adalah Kacang Kalopo (Calopogonium mucunoides) pada fitoremediasi in-situ dan ex-situ secara single plant species. Sedangkan tumbuhan yang digunakan untuk fitoremediasi ex-situ secara mixed plants species adalah Kacang Kalopo (Calopogonium mucunoides) dan Rumput Gajah Kate (Pennisetum purpureum CV. Mott). Presentase keberhasilannya berada diantara 90-100%.
Isolation and Screening of Diesel Degrading Bacteria from Ship Dismantling Facility at Tanjungjati, Madura, Indonesia Harmin Sulistiyaning Titah; Herman Pratikno; Atiek Moesriati; Muhammad Fauzul Imron; Rizky Islami Putera
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 50 No. 1 (2018)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2018.50.1.7

Abstract

The ship dismantling industry is a cause of contamination of the environment by diesel. The objectives of this study were to isolate and screen diesel degrading bacteria from diesel contaminated areas. Diesel contaminated seawater and soil samples were collected from a ship dismantling facility at Tanjungjati, Madura, Indonesia. Isolation was conducted with an aseptic technique and growing the mixture culture was carried out based on the pour plate method. After 24 h of incubation, thirteen bacteria strains were isolated from diesel contaminated seawater and soil samples from the area of study. The isolated bacteria were identified based on morphological characterization. Mostly gram positive bacteria were found. The isolated bacteria were screened by using nutrient agar medium containing various diesel concentrations (0%, 5%, 10%, and 15% (v/v)). The result of the screening test showed that the bacteria coded EL and CT displayed the best resistance and highest growth in diesel polluted medium. It was shown that both of them potentially have a higher capability of utilizing diesel as carbon and energy source than the others.
Bio-corrosion on Aluminium 6063 by Escherichia coli in Marine Environment Herman Pratikno; Harmin Sulistiyaning Titah
IPTEK The Journal for Technology and Science Vol 28, No 2 (2017)
Publisher : IPTEK, LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.637 KB) | DOI: 10.12962/j20882033.v28i2.2927

Abstract

Biological corrosion is caused by presence of microbes in environment. Escherichia coli causes serious biofouling in various environments and its pronounced influence on marine biofouling that causing serious problems such as accelerated corrosion. E. coli shares similar properties with most marine bacteria and it was extensively studied for marine environment. The aims of this research was to determine the corrosion rate on Aluminium 6063 by E. coli in deep seawater (salinity of 33‰), medium seawater (salinity of 35‰), shallow seawater (salinity of 37‰). Based on results, bio-corrosion rate on Al 6063 were higher than control. The bio-corrosion rate Al 6063 at day 28 in salinity of 37‰ was 1.1233 mm/year, meanwhile the corrosion rate for control was 0.7225 mm/year. Visual observation showed that corrosion occured on surface on specimen. Macrostructure observation showed that white spots occured on surface of specimen with E. coli was higher than specimen in control (without E. coli, only saline water) It was indicating that presence of E. coli caused increasing of corrosion rate on Al 6063.
Penyisihan Salinitas dengan Metode Desalinasi Menggunakan Reaktor Capacitive Deionization (CDI) Azahra Hayu Nariswari; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i2.83176

Abstract

Kesulitan untuk mendapatkan air bersih yang layak saat ini menjadi permasalahan di banyak wilayah, maka dari itu perlu adanya teknologi yang mampu mengubah air belum layak konsumsi menjadi air yang layak konsumsi. Desalinasi merupakan metode yang efektif, karena mampu mengubah air yang belum terolah (air asin) menjadi air yang layak dikonsumsi (air tawar). Teknologi desalinasi menggunakan Capacitive Deionization (CDI) dipilih karena berefisiensi tinggi dan membutuhkan biaya yang rendah. Pada penelitian ini digunakan variasi bentuk elektroda karbon aktif (pelat dan silinder), besarnya voltase (2, 12, dan 24V), jarak antar elektroda (1 dan 5 cm), dan waktu desalinasi (0, 5, 10, dan 15 menit). Dalam pelaksanaan penelitian ini, akan ditentukan juga efisiensi penyisihan salinitas pada reaktor CDI yang dioperasikan secara sistem batch dan kontinu. Berdasarkan uji statistik Analysis of Variance (ANOVA) Two Way pada selang kepercayaan 5%, bentuk elektroda, besarnya voltase, dan jarak antar elektroda tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi penyisihan salinitas dengan P-value sebesar 0,164; 0,452; dan 0,139. Sedangkan bentuk elektroda dan jarak antar elektroda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi penyisihan daya hantar listrik (DHL) dengan besaran P-value 0,00 dan 0,37. Voltase tidak memberikan pengaruh yang signifikan dengan P-value 0,322, namun tegangan 24V memberikan pengaruh yang paling besar terhadap efisiensi penyisihan salinitas dan DHL. CDI yang dioperasikan dengan sistem batch menghasilkan efisiensi penyisihan salinitas yang lebih baik daripada yang dioperasikan dengan sistem kontinu.
Kajian Phytomining Nikel di Lokasi Penambangan Nikel di Papua Barat Alya Rohadatul `Aisy; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i2.92507

Abstract

Pengambilan nikel dari dalam tanah di Pulau Gag, Papua Barat masih menggunakan metode konvensional, yaitu dengan penggalian, pengerukan, dan penambangan, yang berpotensi dapat merusak lingkungan, sehingga perlu dilakukan evaluasi dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan, seperti phytomining. Phytomining dalam penerapannya memanfaatkan tumbuhan dengan sifat hiperakumulator dapat menyerap logam nikel dari dalam tanah, tanpa perlu dilakukan penggalian dan penambangan yang dapat merusak kondisi dari tanah tersebut. Proses pengambilan nikel tersebut dilakukan dengan cara menanam tumbuhan yang bersifat hiperakumulator. Adanya penerapan teknologi Phytomining tersebut, diharapkan dapat meningkatkan estetika lingkungan dan juga meningkatkan ekonomi dari masyarakat di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat. Mekanisme proses yang terjadi selama kegiatan phytomining di lokasi studi, yaitu pemilihan lahan ultramafik yang terkandung nikel di dalamnya, kemudian penanaman dan pembibitan tumbuhan hiperakumulator, penyerapan nikel dari dalam tanah oleh tumbuhan hiperakumulator melalui proses fitostabilisasi, dilanjutkan dengan pengakumulasian Ni di dalam akar tumbuhan, setelah itu dilakukan pemanenan. Proses selanjutnya yaitu penimbangan tumbuhan yang telah dipanen untuk memperoleh berat basah biomassa tumbuhan tersebut, lalu dilakukan metode pasca panen untuk memperoleh logam nikel, yang dapat diolah menjadi berbagai bentuk. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan phytomining nikel, yaitu faktor abiotik (pH, senyawa pengelat, ketersediaan biomassa, dan kelarutan) dan faktor biotik (mikoriza dan bakteri). Tumbuhan yang diterapkan untuk ditanam dalam phytomining di lokasi studi kasus, yaitu Vetivera zizanioides L., yang berjenis rumput-rumputan. Jumlah Ni yang dihasilkan pada lahan seluas 0,2 hektar adalah 146.160 kg, sehingga jumlah tumbuhan Vetivera zizanioides L. yang diperlukan sebanyak 4.350 tumbuhan.
Kajian Literatur Enhanced Phytoremediation pada Lahan Tercemar Logam Berat Merkuri Imroatin Sakinah Rahmatina; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i2.92509

Abstract

Pertambangan emas skala kecil (PESK) merupakan salah satu sumber pencemar logam berat dengan konsentrasi merkuri yang tinggi. Logam berat dapat membahayakan makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya. Salah satu upaya untuk menurunkan konsentrasi pencemar logam berat merkuri pada tanah yaitu dengan fitoremediasi. Proses fitoremediasi dapat ditingkatkan dengan metode enhanced phytoremediation, salah satunya yaitu dengan penambahan rizobakteri (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria - PGPR). Terdapat banyak jenis tumbuhan yang mampu meremediasi tanah tercemar logam berat merkuri, diantaranya Cyperus kyllingia atau rumput teki, Vetiveria zizanioides atau akar wangi, dan Lindernia crustacea atau kerak nasi. Selain itu penambahan bakteri PGPR berupa Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. dapat meningkatkan proses reduksi logam berat merkuri dalam tanah dan membantu meningkatkan pertumbuhan tumbuhan fitoremediator. Konsentrasi rata-rata logam berat merkuri yang dihasilkan oleh PESK di Kulon Progo yaitu 22 mg/kg. Karakteristik tanah tercemar logam berat merkuri yaitu berwarna kuning hingga kecoklatan, memiliki nilai pH tanah asam hingga basa yaitu 4,6 – 8,02, memiliki kandungan C dan N yang rendah hingga sangat rendah, yaitu 0,22% - 1,34% untuk C, dan 0,001% - 0,23% untuk N, serta memiliki struktur tanah lanau dan berpasir atau lempung berpasir.
Remediasi Logam Berat Pb dengan Menggunakan Biochar Sekam Padi dan Tongkol Jagung Muhammad Januar Subarkhah; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.112170

Abstract

Logam timbal (Pb) merupakan salah satu polutan yang paling banyak digunakan dalam beberapa kegiatan industri seperti penambangan, peleburan, pemurnian minyak bumi, percetakan, produksi pigmen, dan pembuatan baterai. Logam timbal bersifat nonbiodegradable dan dapat terakumulasi pada organisme hidup, oleh karena itu perlu dilakukan penyerapan ion logam timbal dari air limbah sebelum dilepaskan ke lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pengaruh penggunaan bahan baku biochar dan dosis penambahan biochar terhadap penyisihan logam berat Pb pada air tercemar. Penelitian ini menggunakan sampel buatan. Variasi yang dilakukan adalah penggunaan bahan baku biochar yang berbeda (sekam padi dan tongkol jagung). Serta dosis penambahan biochar ke dalam air tercemar (0; 4,8; 8; dan 16 gram). Volume larutan yang digunakan sebesar 160 mL. Pengukuran logam berat Pb dalam sampel dilakukan dengan menggunakan AAS-Flame. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu remediasi air tercemar logam berat Pb dengan menggunakan biochar dapat menurunkan konsentrasi logam berat Pb pada air. Pada penggunaan jenis biochar yang berbeda diperoleh hasil biochar tongkol jagung memiliki nilai persen penyisihan yang lebih tinggi dibanding biochar sekam padi pada dosis penambahan yang sama. Sedangkan pada dosis penambahan biochar diketahui kadar penambahan yang optimal dalam menurunkan kadar logam berat Pb adalah 16 gram untuk sekam padi dan 8 gram untuk tongkol jagung dengan masing-masing dapat menurunkan kadar logam berat Pb sampai 95,43% dan 99,28% dengan waktu kontak 30 menit.