Hasan Santoso
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PERBANDINGAN KINERJA STRUKTUR BAJA RANGKA TERBREIS EKSENTRIS DENGAN RANGKA TERBREIS PENAHAN TEKUK EKSENTRIS MENGGUNAKAN BREISING TIPE V DENGAN VARIASI 2 BENTANG DAN 3 BENTANG BREISING PADA BANGUNAN 12 DAN 18 LANTAI Clarissa Thalia Tjandra; Clarita Dewi Ratna; Effendy Tanojo; Hasan Santoso
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 11, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia yang berada pada daerah ring of fire, sering mengalami gempa bumi. Gempa bumi tidak hanya merusak struktur bangunan, tapi juga menimbulkan korban jiwa akibat bangunan yang runtuh. Maka dari itu, desain bangunan dalam bidang teknik sipil perlu memperhatikan gaya gempa yang mungkin terjadi, terutama pada bangunan tinggi. Gaya lateral gempa dapat ditahan dengan berbagai macam sistem penahan lateral, salah satunya adalah breising. Pada penelitian ini, akan ditinjau pengaruh breising pada bangunan 12 (48 meter) dan 18 (72 meter) lantai menggunakan sistem tunggal. Sistem breising yang diteliti adalah Struktur Baja Rangka Terbreis Eksentris (SRTE) dengan menggunakan bresing hollow dan Struktur Baja Rangka Terbreis Penahan Tekuk Eksentris (SRTPT) yang menggunakan breising CoreBrace. Bentuk breising yang digunakan adalah bentuk V dengan jumlah bentang breising yang beragam, yaitu 2 bentang breising dan 3 bentang breising. Performa dari masing-masing bangunan akan ditinjau menggunakan nonlinear time history analysis. Hasil penelitian secara garis besar menunjukkan bahwa SRTPT memiliki nilai displacement dan drift ratio yang lebih kecil daripada SRTE. Namun, SRTE lebih unggul dalam aspek berat struktur dan tingkat kerusakan bangunan.
PENGGUNAAN SPREADSHEET DALAM MENENTUKAN KAPASITAS PROFIL BAJA CANAI DINGIN BERDASARKAN SNI 7971:2013 Elvira Setiawan; Yui Nishimura; Hasan Santoso; Ima Muljati
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.128 KB)

Abstract

Baja canai dingin (cold-formed steel) sudah mulai banyak digunakan sebagai struktur bangunan sekarang ini, seperti gording, panel, dan dak. Jika dibandingkan dengan hot-rolled, baja canai dingin relatif lebih ringan serta cepat dan mudah pengkonstruksiannya. Namun dalam hal desain perencanaan di Indonesia, belum banyak panduan yang tersedia. Dengan terbitnya SNI 7971:2013 tentang struktur baja canai dingin, maka tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat spreadsheet untuk beberapa profil baja canai dingin untuk menentukan kapasitas profil tarik, lentur, tekan konsentris, geser, tumpu, kombinasi lentur dan geser, kombinasi lentur dan tumpu, kombinasi aksial tekan dan lentur, serta kombinasi aksial tarik dan lentur yang sesuai dengan beban-beban yang terjadi. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk memilih profil yang tepat kapasitasnya sesuai dengan beban-beban rencana dengan lebih mudah dan cepat.
EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL 7.2.5.1 MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA Christianto Tirta Kusuma; Tiffany Putri Tjipto; Hasan Santoso; Ima Muljati
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 5, No 1 (2016): FEBRUARI 2016
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.006 KB)

Abstract

Gempa merupakan bencana alam yang tidak dapat dihindari dan dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan. Oleh karena itu, struktur bangunan harus didesain agar mampu menahan gaya gempa yang terjadi. Ada berbagai sistem yang dapat digunakan untuk menahan gaya gempa yang terjadi, baik berupa sistem tunggal maupun sistem ganda. Untuk sistem ganda, harus memenuhi syarat yang diatur dalam SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1 yang mengharuskan SRPM menerima minimal 25% gaya lateral. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah pasal 7.2.5.1 SNI 1726:2012 perlu dipenuhi. Pada penelitian ini akan digunakan sistem ganda berupa SRPMK dan SRBE pada enam bangunan yang direncakanan dengan beban respons spektrum pada kota Surabaya dan Papua menurut SNI 1726:2012. Kinerja struktur akan diperiksa menggunakan nonlinear time history analysis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pasal 7.2.5.1 SNI 1726:2012 yang mensyaratkan pada sistem ganda SRPM harus mampu memikul minimal 25% gaya lateral yang terjadi tidak perlu dipenuhi.
PERBANDINGAN SISTEM TUNGGAL DAN SISTEM GANDA PADA BANGUNAN TERBREIS EKSENTRIS BERBENTUK V TERBALIK DAN DIAGONAL PADA MID RISE BUILDING Evelin Puspa Riani; Avilia Tania; Effendy Tanojo; Hasan Santoso
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 7, No 1 (2018): FEBRUARI 2018
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.049 KB)

Abstract

Perencanaan bangunan di Indonesia wajib didesain tahan terhadap gempa karena Indonesia merupakan daerah rawan gempa. Terdapat dua sistem penahan gempa yaitu, sistem tunggal dan sistem ganda. Dalam penelitian ini, bangunan didesain menggunakan sistem ganda berupa sistem Rangka Terbreis Eksentris (RTE) dan sistem Rangka Momen Khusus (RMK) serta sistem tunggal berupa RTE. Untuk sistem ganda, bangunan harus memenuhi peraturan dalam SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1, di mana rangka pemikul momen khusus mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa desain dengan distribusi yang proporsional terhadap kekakuannya. Untuk sistem tunggal, terdapat batasan ketinggian dalam tabel 9 yaitu 48m, tetapi batasan tersebut diijinkan untuk ditingkatkan sampai 72m apabila memenuhi persyaratan dalam pasal 7.2.5.4. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan menggunakan mid-rise building, yaitu 12 dan 18 lantai, dengan dua bentuk bresing (V terbalik dan diagonal) dan dua skenario yang berbeda (skenario Sistem Tunggal dan Sistem Ganda). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan skenario Sistem Tunggal lebih hemat dan menghasilkan performa yang lebih baik, khususnya pada bangunan 12 lantai. Pada bangunan 18 lantai performa bangunan skenario Sistem Tunggal lebih buruk, tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan. Selain itu, juga didapat kesimpulan bahwa secara keseluruhan bangunan terbreis eksentris V terbalik lebih baik dibandingkan dengan bangunan terbreis diagonal.
KINERJA SISTEM TUNGGAL STRUKTUR BAJA RANGKA TERBREIS EKSENTRIS BERBENTUK V TERBALIK PADA MID RISE BUILDIN Kevin Wijaya; Alberto Orson Ongkowidjojo; Effendy Tanojo; Hasan Santoso
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 7, No 2 (2018): AGUSTUS 2018
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.664 KB)

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terkena gempa, sehingga bangunan di Indonesia harus didesain tahan terhadap gempa. Dalam penelitian ini, bangunan didesain menggunakan sistem tunggal dengan menggunakan Rangka Terbreis Eksentris (RTE). Sistem tunggal memilki batasan ketinggian dalam SNI 1726:2012 tabel 9, untuk Kategori Desain Seismik D adalah 48 m (12 lantai). Namun, batasan ketinggian tersebut boleh ditinggikan menjadi 72 m (18 lantai) dengan mengikuti persyaratan sesuai dengan SNI 1726:2012 Pasal 7.2.5.4. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan menggunakan mid-rise building, yaitu 12,15, dan 18 lantai, dengan bresing bentuk V terbalik dan dengan menggunakan dua jenis bentang yaitu bangunan 3 bentang dan bangunan 5 bentang. Hasil penelitian menunjukkan seluruh bangunan mengalami kegagalan pada balok link, ini seusai dengan hirarki desain daripada RTE. Dengan semakin tinggi bangunan maka performa bangunan semakin buruk. Ini bisa dilihat dari hasil displacement dan drift ratio. Pada bangunan 3 bentang menghasilkan nilai displacement yang lebih baik namun menghasilkan menghasilkan nilai drift ratio yang lebih buruk dari bangunan 5 bentang. Namun seluruh bangunan masih dalam satu kategori klasifikasi kerusakan bangunan yaitu collapse prevention. Sendi plastis yang terjadi pada semua bangunan menghasilkan lokasi dan jumlah yang relatif sama sehingga disimpulkan seluruh bangunan memiliki kinerja yang relatif sama.
PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL 7.2.5.1 TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL Bernard Thredy William Wijaya; Nico Nico; Hasan Santoso; Pamuda Pudjisuryadi
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 5, No 2 (2016): AGUSTUS 2016
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.554 KB)

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara rawan gempa, sehingga bangunan-bangunan di Indonesia perlu didesain terhadap gempa. Dalam SNI 1726:2012 terdapat berbagai sistem struktur penahan gempa, salah satu dari sistem tersebut yang sering dipakai adalah sistem tunggal dan sistem ganda yang merupakan kombinasi dari sistem rangka pemikul momen dan sistem lainnya. SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1 mensyaratkan rangka pemikul momen harus mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa desain pada sistem ganda, baik sistem rangka pemikul momen dengan rangka bresing maupun sistem rangka dengan dinding geser. Sebelumnya telah dilakukan penelitian (Kusuma dan Tjipto, 2015) dengan mengabaikan syarat SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1 berdasarkan asumsi bahwa dengan mengabaikan syarat tersebut , bangunan akan menunjukkan performa yang baik. Pada penelitian tersebut pengujian bangunan menunjukkan performa yang kurang baik. Oleh karena itu pada penelitian ini desain bangunan akan dilakukan dengan memenuhi syarat SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1. Bangunan yang didesain dibedakan menjadi 3 skenario yang akan dinotasikan sebagai S1, S2 dan S3. S1 merupakan bangunan yang akan didesain sebagai sistem ganda yaitu sistem rangka pemikul momen dan sistem rangka bresing eksentrik dengan syarat 25% base shear terhadap proporsi kekakuan. S2 akan didesain dengan syarat 25% terhadap kekuatan bangunan dan S3 akan didesain sebagai sistem tunggal. Hasil pengujian dari ketiga skenario tersebut menunjukkan bahwa bangunan S1 memberikan performa yang paling baik. Bangunan dengan S2 memberikan performa yang sedikit di bawah S1 namun dengan proporsi material yang lebih kecil. Diikuti dengan performa bangunan S3 yang menunjukkan performa yang buruk apabila dibandingkan dengan S1 dan S2.
PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL 7.2.5.1 TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA STRUKTUR BAJA SISTEM RANGKA BRESING EKSENTRIS Joseph Kurniawan; Kevin Gunawan; Hasan Santoso; Pamuda Pudjisuryadi
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 6, No 1 (2017): FEBRUARI 2017
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.129 KB)

Abstract

Perencanaan struktur terhadap gempa di Indonesia mengacu pada SNI 1726:2012. Pada pasal 7.2.5.1 mengenai sistem ganda, mengharuskan rangka pemikul momen khusus mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa desain dengan distribusi yang proporsional terhadap kekakuannya. Namun FEMA 451 memiliki perbedaan isi yang mengatakan distribusi proporsional didesain terhadap kekuatan. Karena perbedaan tersebut, maka diadakan penelitian apakah peraturan yang mensyaratkan proporsi kekakuan dapat diterjemahkan seperti halnya FEMA 451 (2006) dalam pengaplikasiannya menggunakan kekuatan. Dari penelitian sebelumnya oleh Wijaya dan Nico (2016) didapat bahwa bangunan disarankan didesain berdasarkan proporsi kekuatan, dikarenakan performa bangunan hampir sama dengan proporsi kekakuan, tetapi dengan persentase berat yang lebih ringan. Maka dari itu diteliti lebih lanjut apakah bangunan struktur baja dengan Sistem Rangka Bresing Eksentris (SRBE) yang lebih tinggi dan diperhitungkan secara 2 arah, akan menghasilkan kesimpulan yang sama dengan penelitian sebelumnya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bangunan memiliki perilaku yang hampir sama dengan penelitian sebelumnya dimana performa bangunan S2 lebih buruk daripada S1; begitu pula berat bangunan S2 lebih ringan daripada S1. Namun karena perbedaan performa yang dihasilkan S1 dan S2 tidak jauh berbeda, maka kedua skenario masih dapat diperhitungkan sebagai pilihan dalam mendesain untuk menentukan hasil desain mana yang lebih hemat.
PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL 7.2.5.1 Hendri Sugiarto Mulia; Stefanus Edwin; Hasan Santoso; Pamuda Pudjisuryadi
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 6, No 2 (2017): AGUSTUS 2017
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.061 KB)

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap gempa, maka dari itu bangunan di Indonesia harus didesain tahan terhadap gempa. Perencanaan stuktur terhadap gaya gempa di Indonesia diatur dalam SNI 1726:2012. Pada umumnya ada dua sistem penahan gempa yang sering digunakan yaitu sistem tunggal dan sistem ganda. Pada penelitian ini, struktur bangunan akan didesain dengan sistem ganda berupa Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Bresing Eksentris (SRBE) berbentuk diagonal. Diatur dalam SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1, dalam mendisain sistem ganda, kelompok SRPMK harus mampu menahan minimal 25% base shear yang terjadi. Bangunan didesain dengan 2 skenario yaitu Skenario 1 (S1) dan Skenario 2 (S2), dimana pada desain struktur S1, kelompok SRPMK menahan 25% base shear yang terjadi, sedangkan pada desain struktur S2, kelompok SRPMK menahan kurang dari 25% base shear, tetapi gaya dalam yang terjadi akibat beban gempa dikalikan suatu faktor agar memenuhi syarat bahwa kelompok SRPMK minimal menahan 25% base shear. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa bangunan yang didesain dengan S1 memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan S2 bila ditinjau dari simpangan yang terjadi. Hal ini berbanding lurus dengan berat bangunan yang didesain dengan S1 lebih berat dibandingan dengan S2.
EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA BAJA DAN BETON KOMPOSIT PEMIKUL MOMEN KHUSUS YANG DIDESAIN BERDASARKAN SNI 1729:2015 Anthony Anthony; Tri Fena Yunita Savitri; Hasan Santoso
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 5, No 2 (2016): AGUSTUS 2016
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.011 KB)

Abstract

Dalam perencanaannya struktur bangunan harus didesain agar mampu menahan gaya gempa yang terjadi. Ada berbagai sistem yang dapat digunakan untuk menahan gaya gempa yang terjadi dan dalam hal ini penelitian meninjau sistem struktur komposit. Kurangnya aplikasi struktur komposit di Indonesia dimana sangat berkembang pesat di berbagai negara maju menjadi salah satu faktor dari latar belakang penelitian ini. Selain itu, juga karena adanya peraturan SNI 1729:2015 dimana peraturan tersebut merupakan aturan terbaru untuk mendesain struktur komposit di Indonesia. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah sistem rangka baja dan beton komposit yang didesain berdasarkan SNI 1729:2015 dalam menerima beban gempa di Indonesia dapat menghasilkan kinerja struktur yang baik pada bangunan bertingkat. Pada penelitian ini akan digunakan sistem struktur komposit dengan beban respons spektrum pada kota Surabaya dan Jayapura menurut SNI 1726:2012. Kinerja struktur akan diperiksa menggunakan nonlinear time history analysis.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa desain dengan menggunakan SNI 1729:2015 menghasilkan kinerja struktur komposit yang cukup baik terhadap beban gempa dengan periode ulang 2500 tahun (gempa besar) sebaliknya pada gempa dengan periode ulang 500 tahun (gempa sedang), bangunan memiliki kinerja yang kurang baik.
PERBANDINGAN KINERJA SISTEM RANGKA TERBREIS EKSENTRIS DENGAN SHORT LINK PADA KONFIGURASI V DAN MULTI-STORY X MENGGUNAKAN 3 BENTANG BREISING PADA BANGUNAN 12 DAN 18 LANTAI Michael Susanto; Rivaldo Rivaldo; Effendy Tanojo; Hasan Santoso
Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil Vol 11, No 2 (2022): September 2022
Publisher : Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia sering mengalami gempa bumi karena terletak pada kawasan ring of fire. Gempa bumi dapat menimbulkan kerusakan struktur yang dapat memakan korban jiwa. Oleh karena itu, dalam mendesain bangunan perlu memperhatikan gempa yang dapat terjadi, khususnya pada bangunan tinggi. Pada bangunan terdapat berbagai macam penahan lateral untuk menahan gaya lateral dari gempa bumi, salah satunya adalah breising. Pada penelitian ini akan ditinjau pengaruh breising pada bangunan 12 (48 meter) lantai dan 18 (72 meter) lantai menggunakan sistem tunggal. Sistem breising yang diteliti adalah Sistem Rangka Terbreis Eksentris (SRTE) menggunakan breising hollow. Bentuk breising yang akan diteliti adalah bentuk V dan multi-story X dengan 3 bentang. Performa dari setiap bangunan akan ditinjau menggunakan analisis nonlinear time history. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa SRTE dengan breising bentuk multi-story X lebih unggul dari SRTE dengan breising bentuk V dalam aspek berat struktur, tingkat kerusakan bangunan, displacement dan drift ratio yang terjadi.