Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Optimalisasi Peran Kodim Dalam Penanganan Tanggap Darurat Bencana Alam Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah (Studi Di Kodim 0613/Ciamis Jawa Barat) Ito Hediarto; Armaidy Armawi; Edhi Martono
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.15996

Abstract

ABSTRACTThe goal of this research was to understood the Optimization of the Role of the 0613 Military District Command (Kodim) Ciamis in Rapid Response of Natural Disasters and Its Implication to Regional Resilience.This research was a descriptive qualitative one. Data collection was conducted by in-depth interview technique to 10 personnel including the Commander, Staff and members of Kodim 0613/Ciamis, along with observation and reference studies to gathered data and then they were qualitatively analyzed. The result of the research provided the answer that Kodim 0613/Ciamis can offer its role in rapid response of natural disasters in Ciamis Regency, West Java. The activities conducted through rapid assessment and determining the status of damaged region and resources, rescue and evacuation of vulnerable groups, providing the basic needs and emergency recovery.A rapid assessment was conducted when a disaster information was received in Ciamis area, by quickly processing the information, rescue or evacuation conducted by Kodim 0613/Ciamis after the disaster occurred and in cooperation with BPBD Ciamis Regency, the provision of basic needs was conducted by Kodim 0613/Ciamis in order to carried out emergency response program, condition recovery conducted by cooperation between TNI, Polri, and local community and government. The success of Kodim 0613/Ciamis in emergency response resulted in positive impact to the social condition in Ciamis Regency, and bolster the resilience of Ciamis Regency that includes resilience in ideology, politics, economy, socio-culture and defense and security.To optimized the role of Kodim 0613/Ciamis in emergency response, therefore a mechanism should be formulated where Commander of Kodim (Dandim) was entrusted with greater role in decision making during emergency. The Regent (Bupati) may appoint Dandim as the Incident Commander (IC), so that Dandim was able to take swift actions in rescuing and evacuating the victims and restoring the damaged region. Kodim 0613/Ciamis could be regarded as the model of emergency response for other regions.         ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui Optimalisasi Peran Komando Distrik Militer 0613/Ciamis Dalam Penanganan Tanggap Darurat Bencana Alam Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah.Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, yang dilakukan terhadap 10 orang, yaitu Komandan, Staf dan anggota Kodim 0613/Ciamis, selain itu juga melalui observasi serta studi pustaka untuk diperoleh data lalu dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini memberikan jawaban bahwa Kodim 0613/Ciamis dapat berperan maksimal dalam menangani tanggap darurat bencana alam di Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Kegiatan dilakukan melalui  pengkajian secara cepat dan penentuan status terhadap lokasi kerusakan dan sumber daya, penyelamatan atau evakuasi dan perlindungan kelompok rentan, pemenuhan kebutuhan dasar, serta pemulihan kondisi darurat.Kegiatan pengkajian cepat dilakukan bila ada informasi bencana di wilayah Ciamis, dengan segera informasi tersebut diolah, penyelamatan atau evakuasi dilakukan oleh Kodim 0613/Ciamis setelah terjadi bencana dan bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Ciamis, pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan oleh Kodim 0613/Ciamis dalam rangka melaksanakan program tanggap darurat bencana, pemulihan kondisi darurat dilakukan kerjasama antara aparat TNI, Polri, dan masyarakat serta pemerintah daerah. Keberhasilan Kodim 0613/Ciamis dalam menangani tanggap darurat memberikan dampak yang positif terhadap situasi kondisi sosial di Kabupaten Ciamis, dan berimplikasi terhadap ketahanan wilayah Kabupaten Ciamis yang meliputi ketahanan idiologi, ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya dan ketahanan pertahanan keamanan.Untuk lebih mengoptimalkan  peran dari Kodim 0613/Ciamis dalam menangani tanggap darurat, maka perlu diciptakan mekanisme yaitu Dandim diberikan peran yang lebih besar dalam mengambil tindakan saat tanggap darurat. Bupati dapat menunjuk Komandan Kodim sebagai komandan posko tanggap darurat Incident  Commander (IC), sehingga Dandim dapat mengambil tindakan cepat dalam menolong dan mengevakuasi korban serta mengembalikan kondisi lingkungan yang rusak akibat bencana. Kodim 0613/Ciamis dapat dijadikan sebagai model dalam penanganan bencana bagi wilayah lainnya.  
Manajemen Koperasi Dalam Rangka Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Koperasi Wana Lestari Menoreh Di Kabupaten Kulon Progo Diy) Imam Subekti; Edhi Martono; Edy Suandi Hamid
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 22, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.631 KB) | DOI: 10.22146/jkn.16467

Abstract

ABSTRACTThis study identified KWLM management in public forest management and analyzed the effect of cooperative management in public forests management to economic resilience of society of KWLM members. It took at Koperasi Wana Lestari Menoreh in Kulon Progo.This study used combination method with "KWLM management" and "sustainable forest management in public forest management" as independent variable and "economic resilience of society of KWLM members" as dependent variable. Sampling used purposive sampling method. Informants were representing management and members of the cooperative, and respondents were taken from 40 cooperative members.This study concluded that KWLM management in public forests management was done with good cooperative management based on the cooperative principles so as to improved its members welfare and implementing sustainable forest management so it could produce forest products in a sustainable manner. Cooperative management in public forests management had positive effect on economic resilience of society of KWLM members.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis manajemen KWLM dalam rangka pengelolaan hutan rakyat dan untuk menganalisis pengaruh manajemen koperasi dalam rangka pengelolaan hutan rakyat terhadap ketahanan ekonomi masyarakat anggota KWLM. Penelitian ini mengambil studi pada Koperasi Wana Lestari Menoreh di Kabupaten Kulon Progo, DIY.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi dengan variabel bebas manajemen KWLM dan manajemen hutan lestari dalam rangka pengelolaan hutan rakyat, serta variabel terikat ketahanan ekonomi masyarakat anggota KWLM. Pengambilan sampel menggunakan metode  purposive sampling. Informan mewakili pengurus dan anggota koperasi, dan responden sebanyak 40 orang anggota koperasi yang sudah bergabung minimal 2 tahun.Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa manajemen KWLM dalam rangka pengelolaan hutan rakyat dilakukan dengan manajemen usaha koperasi yang baik dilandasi prinsip-prinsip koperasi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan manajemen hutan lestari, sehingga dapat memproduksi hasil hutan secara berkelanjutan. Manajemen koperasi dalam rangka pengelolaan hutan rakyat berpengaruh positif terhadap ketahanan ekonomi masyarakat anggota KWLM.
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Guna Memperkokoh Ketahanan Pangan Wilayah (Studi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta) Gesti Ika Janti; Edhi Martono; Subejo Subejo
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.16666

Abstract

ABSTRACTThe need for non-agricultural land tended to increased. This encouraged the conversion of agricultural lands and if it was not regulated, it may threatened food resilience. The Government had established Law Number 41 Year 2009 regarding Sustainable Food Agricultural Land Protection to controled agricultural land conversion. This study aimed to identified and analyzed Sustainable Food Agricultural Land Protection policy planning, the obstacles faced and the solving strategy to realized regional food resilience in Bantul Regency.The research method was descriptive analytical qualitative approach. Bantul regency was selected as the research location because it had high land conversions and had not implemented any regulation to followed up Law Number 41 Year 2009. Informants in this study were selected by purposive sampling technique from those who formulated the planning and implementation of Sustainable Food Agricultural Land Protection policy in Bantul Regency and also the farmers. The research variables were focused on aspects of land conversion, sustainable food agricultural land policy, and regional food resilience. Data was collected by in-depth interview, observation, documentation, and literature study. The research result showed that Bantul Regency had not seriously prepared Sustainable Food Agricultural Land Protection policy regulation. So far, several studies had been conducted as basis of regulation formulation. The main obstacles were previous spatial planning policy, disobedience to the spatial planning regulations, budget allocation, interest groups, farmer’s willingness and agricultural land availability. To strengthened regional food resilience, the Government of Bantul Regency reviewed spatial planning policy, enforced  law of spatial planning regulations, supported budget allocation, set the Sustainable Food Agricultural Land Protection regulation, increased land productivity, and  protected existing agricultural lands. Although generally, the condition of food resilience of Bantul Regency was in medium category, Sustainable Food Agricultural Land Protection regulation must be implemented immediatelyABSTRAKKebutuhan lahan non pertanian cenderung mengalami peningkatan. Hal ini mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian dan apabila tidak dikendalikan dapat mengancam ketahanan pangan. Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perencanaan kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, kendala yang dihadapi serta strategi pemecahannya guna mewujudkan ketahanan pangan wilayah di Kabupaten Bantul.Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Kabupaten Bantul dipilih menjadi lokasi penelitian karena mengalami aktivitas alih fungsi lahan yang tinggi dan belum menetapkan regulasi untuk menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009. Informan dalam penelitian ini diambil melalui teknik purposive sampling yang merupakan penyusun perencanaan sekaligus pelaksana kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Bantul serta petani. Variabel penelitian difokuskan pada aspek alih fungsi lahan, kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, dan ketahanan pangan wilayah. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan Pemerintah Kabupaten Bantul belum serius dalam mempersiapkan regulasi kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sejauh ini telah dilakukan beberapa studi sebagai dasar penyusunan regulasi. Kendala utama terletak pada kebijakan penataan ruang yang telah disusun sebelumnya, pelanggaran hukum regulasi penataan ruang wilayah, alokasi anggaran perencanaan regulasi, interest groups, kesediaan petani dan ketersediaan lahan pertanian. Untuk memperkokoh ketahanan pangan wilayah, Pemerintah Kabupaten Bantul melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan penataan ruang, penegakkan hukum regulasi penataan ruang, pengalokasian anggaran, penetapan regulasi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, pemberian insentif, serta melakukan kegiatan optimasi lahan, sertipikat tanah petani dan sinkronisasi data lahan pertanian. Meski secara umum kondisi ketahanan pangan wilayah di Kabupaten Bantul dikategorikan sedang, regulasi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan mendesak untuk segera ditetapkan.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali) Anak Agung Istri Andayani; Edhi Martono; Muhamad Muhamad
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.437 KB) | DOI: 10.22146/jkn.18006

Abstract

ABSTRACTThe objective of this research was to understood the process of community empowerment through the development of tourism village in Penglipuran’s Tourism Village and its implications related to the village’s socio-cultural resilience. The research had led to the finding that the process of community empowerment consisted of three stages.The stages were public awareness, giving capacity and empowerment. The form of community empowerment involving public participation starting from planning, implementation and evaluation. Problems of community empowerment relating to maintained culture and customs from modernitation influence,the attitude of society, human resources, accomodation tourist availability and promotion activities.In result, empowerment of communities through the development of tourism village in Penglipuran’s village was giving implemented in socio-cultural resilience such as strengthening and some changes in the social and cultural values and environmentABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memahami berlangsungnya proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di Desa Wisata Penglipuran dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya wilayah. Hasil penelitian diketahui bahwa proses pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Penglipuran berlangsung dalam tiga tahap yaitu tahap penyadaran, pengkapasitasan dan pemberian daya. Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat melibatkan partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun kendala-kendala dalam pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan usaha mempertahankan budaya dan adat istiadat dari arus modernisasi, sikap masyarakat, terbatasnya sumber daya manusia dan ketersediaan akomodasi wisata serta kurangnya kegiatan promosi.Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata memberikan implikasi terhadap ketahanan sosial budaya wilayah berupa penguatan dan beberapa perubahan pada tata nilai sosial, budaya dan lingkungan
Optimalisasi Peran Rimbawan Muda Dalam Pengelolaan Taman Nasional Gunung Ciremai Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah (Studi di Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Kuningan, Jawa Barat) Nurhalida Yogaswara; Edhi Martono; Djaka Marwasta
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.18844

Abstract

ABSTRACT This research examined the optimization of the role of young foresters in the management of Ciremai Mountain National Park (TNGC) and its implications for regional resilience (Studies in the National Park of Mount Ciremai Kuningan, West Java). The purpose of this research aimed to analyzed the optimization of the role of the young foresters in the management of TNGC, as well as to analyzed the implications of optimization the role of a young forester resilience in the region surrounding villages and areas along TNGC itself.Descriptive qualitative had been used and the data was collected based on in-depth interviews with research participants and deeper observation in the field. And also the data relied thoroughly on published data and academic journals or papers and also documentation. Data analysis techniques in this study, namely: 1) data reduction, presentation of data, Interpretation, and withdrawal conclusion.The results showed that linked to optimization of the role of young foresters in conservation management efforts TNGC still seemed to clashed with the economic needs of society that had not been completely fulfilled by switching professions to became the organizer and environmental services since Mount Ciremai in charge as a National Park. Related to optimized the role of a young forester implications for the resilience of the region there was still an imbalance in the respective aspects such as ecological, economic, social and cultural rights of rural areas around the region and from the region TNGC itself.ABSTRAKPenelitian ini mengkaji tentang optimalisasi peran rimbawan muda dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dan implikasinya terhadap ketahanan wilayah (Studi di Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Kuningan Jawa Barat). Adapun tujuan dalam penelitian yaitu untuk menganalisis optimalisasi peran rimbawan muda dalam pengelolaan TNGC, serta untuk menganalisis implikasi optimalisasi peran rimbawan muda terhadap ketahanan wilayah di desa sekitar TNGC dan wilayah kawasan TNGC itu sendiri. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, dengan observasi lapangan, jurnal akademik dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini, adalah reduksi data, penyajian data, interpretasi, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terkait optimalisasi peran rimbawan muda dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi TNGC tampaknya masih berbenturan dengan kebutuhan ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya tercukupi dengan beralih profesi menjadi pengelola wisata dan jasa lingkungan sejak Gunung Ciremai di tetapkan sebagai Taman Nasional. Terkait dengan implikasi optimalisasi peran rimbawan muda terhadap ketahanan wilayah, masih terdapat ketidakseimbangan di berbagai aspek seperti hak-hak masyarakat sekitar atas ekologi, ekonomi, sosial dan budaya di sekitar wilayah dan dari wilayah TNGC sendiri.
Model Traffic Separation Scheme (TSS) Di Alur Laut Kepulauan Indonesia (AlKI) I Di Selat Sunda Dalam Mewujudkan Ketahanan Wilayah Dyan Primana Sobaruddin; Armaidy Armawi; Edhi Martono
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.22070

Abstract

ABSTRACT Maritime traffic increase consequently would make the intensity of the ASL surveillance respectively. Indonesia owned several vital and important straits for maritime traffics, and one of them wass Sunda Straits, which was part of the ASL I connecting Indian Ocean and South China Sea and vice versa. The objectives of the research were (1) to created system model of Traffic Separation Scheme (TSS) in the ASL I Sunda Straits, (2) to studied the impact of TSS model to the territorial resilience of Sunda Straits. This research showed that the best TSS model in Sunda Straits was the solution-2 where TSS laided on western side of Sangiang Island, which was maritime channel in between Panjurit Island and Sangiang Island with still regard the ASL I, and also considered the existing danger of navigation of Koliot Reef by installing an aids to the navigation. The Eigen Value Matrix generated from the TSS Solution-2 model would guarantee Sunda Straits from the security threat, danger of navigation and risk environmental damages, and it would make ease the law enforcement through the straits due to foreign ships had to sailed over this TSS..ABSTRAKPeningkatan lalu lintas pelayaran menjadikan semakin berat tugas pengawasan jalur laut. Indonesia mempunyai beberapa selat yang sangat vital sebagai jalur pelayaran yaitu salah satunya adalah Selat Sunda dimana selat ini merupakan bagian dari Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, yang menghubungkan perairan Samudera Hindia melewati Selat Karimata menuju Laut China Selatan atau sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Membuat model sistem Traffic Separation Scheme (TSS) di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I Selat Sunda, 2) Mengkaji dampak pembangunan model TSS bagi ketahanan wilayah Selat Sunda.Penelitian ini menunjukkan bahwa Model TSS di Selat Sunda yang terbaik adalah solusi–2 dimana TSS berada di sebelah barat Pulau Sangiang, yaitu alur pelayaran di antara Pulau Panjurit dan Pulau Sangiang dengan tetap memperhatikan ALKI-I yang sudah ada, selain itu untuk keberadaan bahaya navigasi di Terumbu Koliot maka diletakkan SBNP. Model TSS Solusi-2 hasil perhitungan Matriks Eigen Value dilihat dari segi ketahanan wilayah  Selat Sunda membuat terjaminnya perairan Selat Sunda dari bahaya keamanan, bahaya navigasi pelayaran serta bahaya pencemaran lingkungan, mempermudah penegak hukum dalam melaksanakan pengawasan karena setiap kapal asing yang akan melewati Selat Sunda harus melewati TSS ini. 
MENGGUNAKAN SERANGGA UNTUK MEMAHAMI KEHIDUPAN Edhi Martono
Jurnal Teknosains Vol 3, No 1 (2013): December
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/teknosains.6130

Abstract

Serangga ternyata memiliki tempat yang sangat istimewa dalam ilmu pengetahuan.Kalau selama ini lebih banyak mengenalnya sebagai jasad pengganggu (Istilah pertaniandikenal sebagai OPT atau Organisme Pengganggu Tanaman dan Istilah kesehatan dikenalsebagai vektor pembawa penyakit), maka dalam ilmu pengetahuan secara lebih umumperan serangga bukan hanya sebagai penyebab kerugian dan kerusakan saja. Serangga amatbermanfaat atau berjasa kepada ilmu pengetahuan dalam menambah khazanah pemahamantentang jasad hidup dan berbagai interaksi yang terjadi pada jasad hidup, termasuk manusia.
Aktivitas Biologis Rimpang Kencur terhadap Lalat Buah Melon II. Bioaktivitas Ekstrak Metanol Rimpang Edhi Martono
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 4, No 1 (1998)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8882.569 KB) | DOI: 10.22146/jpti.9835

Abstract

Kumchura (Kaempferia galangal L.) rhizome has been known to posses bioactivity to melon fly in its crude form. Extract preparation from the same plant part was tested against melon fly Bactrocera cucurbitae Coquillet’s eggs and larvae to investigate its toxicity and activity. Toxicity test was done by diluting the rhizome’s methanolic extract and incorporating the solution to larval diet. Based on the toxicity test, sublethal concentrations were then tested to determine the extract activity to egg and larval survivals, larval stage duration, puparial weight and length, extracts’ repellency to larvae and extracts’ hormonal activity to larvae. The result showed that kumchura extract toxicity was only considered “slightly toxic”, but sublethal concentration as low as 0.3125% (to eggs) and 2.5% (to larvae) significantly affected the fly’s survival, while the same concentration to egg and 0.625% concentration to larvae significantly prolonged larval stage durations. Extracts’ repellency to larvae was siginificant in sublethal concentration as low as 0.3125%, but kumchura extract has no significant effect on puparial weight and length, and did not contain any hormonal activities toward melon fly.
Pembiakan Massal Lyriomiza huidobrensis dengan Pakan Daun Kacang Babi (Vicia faba) Suputa Suputa; Edhi Martono
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 4, No 1 (1998)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10203.391 KB) | DOI: 10.22146/jpti.9885

Abstract

Mass rearing of Lyriomiza huidobrensis, a relatively new leaf miner known to attack potato, was done by using Vicia faba leaf as feed. The leaf miner was able to survive well on this feed, which in the field provide the larvae with alternative host. Result of the rearing was as follows: egg stadium, 4–5 days; larval stadium, 8–9 days; pupal stadium, 12–14 days; male adult longevity, 7–32 days; female adult longevity, 13–41 days. The number of eggs deposited by an average female varied between 114 to 592, with viability of 69.93 to 97.78%, and an average daily deposit of 8–25 eggs. The most important environmental factor in this mass rearing is temperature.
Pertimbangan Fluktuasi Populasi dalam Perhitungan Efikasi Pestisida Edhi Martono
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 5, No 1 (1999)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpti.9968

Abstract

Efficacy trials are carried out to secure registration and distribution permit for pesticides in a given country. In Indonesia, the protocol exclusively relies on the statistical difference between treatments and check plots, with little regard to before-treatment population. The efficacy criterion and its defined formulas with more attention to population changes are available, and should be applied to increase the efficacy’s accuracy.